1

58 9 0
                                    

Brian Adityasa, tak pernah absen dari panggilan keras di toa sekolah. Jika sudah mendengar ketukan di Mic pengeras suara sudah dipastikan nama itu muncul. Tak heran jika ia selalu menjadi laki-laki yang terkenal karena keburukannya yang bagai terbrantas semua masalah di hadapannya. Tak sedikit pula yang muak berhadapan dengannya.

Sesudah bel masuk sekolah, tiba-tiba Brian mendengar ketukan di pengeras suara. Langsung tak banyak tanda tanya di benaknya. Ia berjalan dengan santai sembari mendengar seruan namanya yang tiga kali dipanggil. Clingak clinguk di depan kantor mencari si pemilik suara tadi.

"Auuu .... Aduh pak sakit ...," teriak Brian bersikeras mencoba melepaskan tarikan tangan dari guru yang terkenal killer.

Brian di seret ke ruang BP sambil meringis kesakitan memegang telinganya. Dia tak begitu banyak teman di sekolah. Banyak yang selalu membicarakannya. Sampai terdengar di telinganya ada yang menyebut namanya. Ia pun tak sungkan memberi pelajaran walau sebatas ocehan.

Siapa yang tak mengenal pemuda ini, tinggi, tampan, pintar, tetapi pemalas. Di sekolah, Brian terkenal karena ulahnya. Tidur di jam pelajaran tak asing lagi. Sampai-sampai, guru yang mengajar di kelasnya sudah malas untuk menegur pemuda itu.

Brian berlatar belakang keluarga sederhana, namun kenakalannya tak bisa di pandang sebelah mata. Kadang, ia menjadi pelindung untuk adik-adiknya. Terkadang pula, ia menjadi musuh bagi teman-temannya. Brian tak pernah takut kepada siapa pun, selama ia tak membuat masalah terlebih dahulu.

"Coba kalian perhatikan perhitungan berikut," Pak Kirno guru matematika Brian menjelaskan singkat.

"Perhatikan apa pak? Perhatikan bapak? Sudah saya perhatikan terus pak."

"Kamu ini, nyeletuk saja," muka memerah Pak Kirno terlihat jelas.

Wusshhh ....

Pengahpus terbang melayang menuju Brian. Tepat menabrak hidungnya hingga memerah. Sudah sering Brian menjadi bulan-bulanan guru karena sikapnya yang kurang ajar. Begitu pun saat ulangan, ia tak segan untuk membuat contekan.

***

"Eh bro, minta duit," ucap Brian kepada salah satu temannya.

"Cuma 10 ribu yan, gak ada lagi uangku," jawab temannya.

"Yaelah ribet banget lu. Minta 5 ribu aja."

Memang jahat, dan tak ada belas kasihan kepada orang-orang. Sikapnya sering keterlaluan kepada teman-temannya.Tak heran banyak yang segan kepadanya. Termasuk kakak kelas.

Brian tak punya kekasih. Ia hanya membuat-buat saja nama dilengannya agar di akui memiliki kekasih. Padahal, jauh berbeda.

Awal MOS sekolah, pemuda ini pendiam. Namun seiring berjalannya waktu ia menjadi bringas. Haus akan kekuasaan. Sangat menyebalkan memang, jangankan untuk menorehkan prestasi, yang ada membuat malu sekolah. Sudah 2 kali kedua orang tuanya dipanggil untuk menyelesaikan masalahnya. Tapi masih saja ia membuat keributan di sekolah.

🌿

Hingga suatu ketika, awal semester lima. Lagi sibuk-sibuknya memperbaiki nilai. Brian malah sebaliknya. Semakin hari, semakin malas ia mengerjakan tugas yang diberi guru. Ada seorang perempuan yang menarik perhatiannya.

Awalnya, ia tak memiliki rasa. Karena, Brian selalu menganggap semua permainan tak ada kata serius.

"Hey, kenapa sendirian? Masuk kelas woy. Galau ya?" celetuk Brian yang tak sengaja melihat perempuan tersebut duduk sendiri di depan kelas.

"Hemm ...," perempuan itu hanya mengangguk saja.

"Ya elah, ni ya aku kasih tau. Bumi ini luas bulat pepat. Dan kamu galau karena satu cowok yang ninggalin kamu itu?"  tatapan tajam perempuan itu membuat Brian makin kesal.

Duka LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang