Hening nan sejuk, kala embun pagi menyelimutiku di antara taman bunga yang membentang luas. Selebihnya hanyalah warna putih di udara tanpa bisa kusentuh, membasahi rambut panjang dan telapak tangan ini.
Terdengar seperti bisikan halus menuntunku pada kenyamanan, gubuk tua melelapkanku bagai hangatnya pelukan. Terpejam.. Mati rasa sukmaku mengarungi alam berbeda, tempat serupa cerita dongeng masa kecil.
Sejauh mana diriku melangkah tak kutemui batas surga kecil ini. Negeri penuh istana menjulang dihuni rakyat pimpinan sang ratu. Indah namun asing kala kutapaki lebih jauh, apakah ini khayangan? Rasa damai membalut takut, mendorongku hingga berani.
Semua tampak nyata dan hidup, aku tak ingin pergi meski tersesat. Sapa senyum menyambut hadirku kepada antah berantah, suatu alam bebas berpilarkan ratusan cemara. Perasaanku terbang bersama kumbang dan kupu-kupu di udara, andaikan ku bisa menggapai salah satu darinya aku akan berkata "Bawalah harapanku pada langit biru.".
Aku membuka mata lebih luas, lepas dari fantasi indah yang lama. Sehelai kelopak violet melayang bersama memori mimpi, diiringi ribuan kelopak lainnya. Menutup arah pandangku pada sang surya, bertebaran nan sejalan dengan jutaan titik embun.
Pada akhirnya aku sampai pada lembaran terakhir diary-ku. Kuizinkan penaku mengukir ragam kata dalam wadah baru, sebab tanganku dingin tanpa genggaman dan rangkulan. Di mana kelopak-kelopak bunga yang terbang mengantar kepergiannya menuju suatu tempat, jauh dari diriku.
YOU ARE READING
Diary Stella
Teen FictionCerita ini bermula saat Shaka, seorang siswa 11 IPA 1 yang terkenal pendiam bertemu dengan siswi yang begitu usil yaitu Stella. Kesan pertama yang menjengkelkan bagi Shaka saat bertemu dengannya, secara kebetulan mereka duduk satu bangku di kelas. T...