5

533 68 5
                                    

"Yak! Kau mau bawa aku kemana?" Decak Heejin kesal, karena Hyunjin yang terus membawa paksa dirinya entah mau kemana.

"Udah diem! " ketus Hyunjin, yang masih kekeuh membawa Heejin bersamanya.

Kini, sampailah mereka di sebuah taman yang ada di pelataran sekolah tersebut.

"Duduk! " pintah Hyunjin.

Mendengar Hyunjin yang seolah memerintah seenaknya, Heejin menaikan alisnya, bingung dengan sikap yang sedang ditunjukan Hyunjin padanya.

"Kenapa aku harus menuruti perint- akh! " belum sempat Heejin menyelesaikan kalimatnya, Hyunjin sudah mendudukan dirinya di atas bangku tersebut secara paksa.

Heejin yang diperlakukan seperti itu cuma bisa memasang tampang kesal, namun entah kenapa, ia tidak bisa marah pada gadis yang ada di depannya saat ini.

"Kau, tunggu di sini, aku gak mau tahu, pokoknya, sampai aku kembali, kau tidak boleh pergi dari sini, arraseo?! " pintah Hyunjin.

Heejin yang baru akan tarik nafas untuk membalas perkataan Hyunjin, mengurungkan niatnya karena Hyunjin sudah pergi dari hadapannya.

"Ahk! Bodo amat! emangnya siapa dia? Main memerintah seenaknya begitu, " decak Heejin kesal, ia ingin bangkit dari kursi itu, namun, saat mengingat raut wajah Hyunjin yang menyuruh dia untuk menetap, ia pun mengurungkan niatnya.

Heejin kembali duduk di bangku tersebut, ia bersandar, kepalanya mengadah ke atas langit, menatap langit biru yang dihiasi beberapa awan disana.

Heejin memejamkan matanya, mencoba rileks, namun setelah beberapa menit berlalu, ia malah membayangkan wajah Hyunjin.

"Hei!" panggil Hyunjin.

Sontak, Heejin membuka matanya, ia sedikit terkesiap begitu melihat Hyunjin yang ternyata sudah kembali.

'Woahh... Penampakan macam apa itu tadi? Aku pasti sudah gila, ' pikir Heejin, sembari menggeleng beberapa kali.

"Kau kenapa? Memikirkan sesuatu? " tanya Hyunjin yang perlahan ikut duduk di samping Heejin.

"tidak, aku tidak memikirkan apa-apa, " jawab Heejin.

Mata Heejin teralihkan dengan benda yang ada di tangan Hyunjin, yaitu selembar kain dan sebotol air.

Pertama, Hyunjin melipat kain tersebut menjadi dua lapis, lalu menuangkan air yang ada di botol pada kain tersebut, membasahinya, kemudian ia memerasnya.

Kini, matanya beralih pada Heejin.

"Sini, " ucap Hyunjin, meminta sesuatu dari Heejin.

"Apanya? " tanya Heejin bingung.

"Loh? Kok balik nanya? Udah sini-in!" ucap Hyunjin.

"Kau udah gila? Apa yang harus ku serahkan padamu? Apanya yang mau di sini-in? " kesal Heejin.

Hyunjin pun membuang nafas kasar, ia mendekatkan duduknya memepet ke Heejin, dengan enteng, lengannya menggapai tengkuk Heejin, mendorong Heejin dari tengkuknya, mendekatkan wajah Heejin padanya.

Heejin yang mendapat perlakuan seperti itu sontak terkesiap, matanya pun membulat seketika, bahkan entah kenapa jantungnya juga jadi berpacu lebih cepat.

'A..Apa-apaan dia ini?!!' Heejin yang panik pun membatin di benaknya.

Sedetik kemudian, Heejin merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menempel di pipinya.

Yap, kain yang tadi dibasahi oleh Hyunjin, ternyata bertujuan untuk mengompres pipi Heejin yang sempat terkena tamparan Olivia.

"Tahan ya, aku akan pelan-pelan kok, kalau tidak dikompres, ini akan terus memerah nantinya, kau tidak mau, kan? Kalau harus ditanyai oleh guru soal pipimu yang memerah? " ucap Hyunjin yang masih dengan telaten nya menempelkan serta menekan-nekan secara perlahan kain yang sudah dibasahi air hangat itu di pipi Heejin.

if my (our) love is wrong. [GxG] 2jinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang