II. twilight

474 209 167
                                    

"Twilight, again. Another ending. No matter how perfect the days is, its always has to end."

──Stephenie Meyer.

= Enam Hari =

Tok tok

Jihan beranjak dari tidurnya dengan antusias ketika kendengar suara ketukan pintu yang tertangkap indera pendengarannya.

Jihan menuruni anak tangga dengan berlari kecil sebelum akhirnya di omeli Mama.

"Jihan turun tangga jangan lari-lari nanti jatuh!" seru Mama ketika melihat Jihan turun tangga dengan berlari.

Jihan tersenyum lebar hingga matanya menyipit. "Maaf, Ma. Hehe."

Mama Jihan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putri semata wayangnya.

Ceklek

Pintu terbuka lebar ketika anak Si pemilik rumah membukanya. "Haii." sapa Si gadis dengan pakaian berwarna kuning cerah. Secerah senyumannya.

Lino tersenyum simpul. "Hai.

Semenjak pertemuan mereka kemarin untuk yang pertama kalinya, mereka jadi akrab.

Itu semua di karenakan Lino-lah yang bercerita paling banyak. Walau awalnya Jihan mengira bahwa Lino adalah orang yang bersedih dan pendiam jika di lihat dari sorot matanya.

Namun pada akhirnya mereka berdua saling bertukar cerita dan berakhir menjadi seorang teman yang akrab.

Tidak menutup kemungkinan untuk Jihan yang tidak memiliki teman menjadi sangat senang menyambut teman barunya.

Yah, dan Jihan terlalu bersemangat menyambut teman sekaligus tamu pertamanya di rumahnya.

Lino yang memutuskan untuk bertemu hari ini. Entah karena apa tapi Jihan sangat senang mendengar ajakan Lino dan dengan senang hati menerimanya.

"Jadi, apa kamu terlalu senang ketemu sama aku?" tanya Lino yang melihat Jihan tersenyum sangat lebar.

Jihan mengerjap lalu tertawa kikuk. "A-e-itu... Hehe." ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pipinya merona karena malu.

Lino tertawa melihat wajah Jihan yang sangat lucu di matanya. "Kamu lucu banget kalo merah gitu pipinya."

Jihan terbelalak lalu dengan refleks memegangi pipinya sendiri. "M-merah?"

Lino mengangguk. "Iya. Tapi kamu tambah cantik kok."

Jihan tersipu karena ucapan Lino. "A-ah masa sih? Terharu loh aku." ujar Jihan seakan-akan menghapus air mata.

Lino terkekeh. "Aku punya sesuatu yang indah buat di tunjukin sama kamu. Mau liat?"

Mata Jihan berbinar. Senyumnya merekah. "Beneran?? Mau!" serunya antusias.

Lino menarik tangan Jihan lalu membawa gadis itu berlari bersamanya ke suatu tempat.

"Kita mau ke mana?" tanya Jihan di sela-sela berlari.

Enam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang