III. lucky one

316 198 135
                                    

"Here's the thing about luck...you don't know if it's good or bad until you have some perspective."

──Alice Hoffman.

= Enam Hari =


"Heh Nona Lebras, sekarang jadwal piket lo kan? Bisa ambil jadwal piket gue enggak? Duh, gue ada janji nih."

Jihan menoleh, menatap Felicie──si lawan bicara──dengan kesal. Selalu saja seperti ini. Gadis berdarah Perancis itu selalu meminta Jihan mengambil tugas piketnya.

Jihan hanya menghela napas. Padahal dirinya sengaja mempercepat pekerjaannya agar bisa bertemu dengan Lino secepatnya.

Lino berjanji bahwa hari ini dia akan menjemput Jihan dari sekolahnya. Mengendarai sepeda tentu saja.

Tapi sepertinya usahanya sia-sia. Jihan harus menggantikan tugas piket Felicie.

Tapi seakan tidak terima dengan Felicie yang selalu saja meminta tugas piketnya di ambil alih olehnya, Jihan menolak Felicie untuk kali ini.

"Sorry Nona Louis. Tapi gue ada janji," ucap Jihan lalu memakai tasnya dan berlalu meninggalkan Felicie.

Jihan menghiraukan teriakan Felicie yang meneriaki namanya sambil sesekali menyumpah-serapahi Jihan.

Dari kejauhan, Jihan dapat melihat Lino yang berdiri di halte dengan sepeda coklat polosnya.

Jihan terkekeh. Lucu sekali wajah Lino ketika sedang melamun. Yah, seperti yang di ketahuinya. Lucu dan tampan. Lino pantas mendapati julukan itu.

Lupan atau Lutam atau Cutam?

Jihan jadi senyum-senyum sendiri ketika memikirkannya.

"Hai!" sapa Jihan ketika gadis itu sudah berdiri di hadapan Lino.

Senyum Lino merekah. "Hai!"

Jihan melihat sepeda Lino lalu menatap Lino. "Lama ya nunggunya?" tanyanya.

Lino menggeleng sambil terkekeh. "Enggak kok. Akunya aja yang kecepetan."

Jihan merasa tidak enak. Itu artinya Lino sudah menunggu lama, kan?

"Maaf ya. Tadi piket dulu. Aku kemarin lupa bilang kalo hari Senin aku ada jadwal piket. Maaf ya," cicit Jihan.

Lino tersenyum sembari mengusap kepala Jihan. "Enggak apa-apa. Kan udah di bilang, aku yang kecepetan."

Jihan tersenyum menggoda. "Terlalu semangat ya?"

Lino salah tingkah karena perkataan Jihan. Laki-laki itu hanya tertawa kecil. Suara tawanya selalu menyejukkan hati.

Sepertinya hubungan mereka sudah sangat dekat jika di hitung dari beberapa hari mereka saling mengenal.

Hanya dalam waktu tiga hari mereka sudah sangat dekat. Bayangkan jika sebulan, setahun, sepuluh tahun yang akan datang.

"Jihan?" panggil Lino dengan tangan yang melambai-lambai di depan wajah Jihan.

Sepertinya gadis itu sedang melamun.

Jihan mengerjap. "E-eh?"

Lino terkekeh. Oh tolong, berikan Jihan napas buatan karena untuk kesekian kalinya Lino tertawa atau terkekeh. Hal itu tidak baik bagi kesehatan jantung Jihan.

Wajah dan suara Lino sangat menyejukkan hatinya.

"Jadi, kita mau ke mana?" tanya Lino.

Jihan mengusap-usap tengkuknya. "Tadinya mau ke game center." gadis itu mengambil jeda. "Tapi denger anak kelas, mereka bilang ada discount di gramedia."

Enam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang