"The two hardest things to say in life is hello for the first time and goodbye for the last."
──Moira Rogers.
= Enam Hari =
Jihan meruntuki buku PR-nya yang ketinggalan di atas meja belajar di kamarnya. Hari ini dirinya pasti di hukum karena tidak membawa bukunya.
Untuk yang pertama kalinya Jihan tidak membawa buku. Dan gadis itu pastikan bahwa kejadian ini adalah yang terakhir kalinya.
"Jihanette Lebras, kenapa tidak mengumpulkan pekerjaan rumahmu?" tanya guru pembimbing di depan kelas dengan lantang.
Jihan menggaruk tengkuknya. "Ketinggalan, Mam." jawabnya.
"Berdiri di lapangan sampai istirahat," ujarnya.
Jihan hanya menghela napas lalu pergi meninggalkan ruang kelas.
Jihan tidak khawatir sama sekali, sebab dirinya belum pernah merasakan bagaimana rasanya di hukum.
Berdiri di tengah lapangan dengan cuaca terik. Sehabis ini bisa di pastikan tubuh gadis itu bau matahari.
Untungnya, siang ini tidak begitu terik karena awan-awan menutupi panasnya matahari.
Mata Jihan tertuju pada anak laki-laki yang menghampirinya ke lapangan. Anak laki-laki itu tersenyum pada Jihan dengan deretan gigi dan behel yang terpapar.
Jihan memalingkan wajahnya. Tidak membalas senyuman Jevan.
"Tumben banget nggak bawa buku PR." ujar Jevan tiba-tiba. Sok akrab.
Jevan mendengus karena Jihan mengabaikannya. Laki-laki berbehel itu merasa seperti kacang.
"Ternyata si peringkat satu bisa nggak bawa buku PR juga, ya." Jevan masih saja berbicara walaupun sudah jelas Jihan enggan untuk berbicara dengannya.
"Gue manusia kali," sahut Jihan tidak terima atas pernyataan Jevan.
Jevan terkekeh. Ternyata Jihan tidak benar-benar mengabaikannya. "Yaa aneh aja gitu."
"Bagus dong, si peringkat dua nggak ada saingan lagi." Jihan menoleh pada Jevan yang notabenya si peringkat dua lalu memalingkan wajahnya lagi.
Jevan jadi merasa tidak enak pada Jihan dan memilih untuk menutup mulutnya.
Sepertinya Jihan memang sengaja ingin membuat laki-laki berbehel itu bungkam.
"Biarpun lo pura-pura nggak bawa buku PR juga gue nggak akan tertarik sama lo," ujar Jihan membuat Jevan tertohok.
🍂
Jihan memandangi keluar jendela di kantin. Makanan yang sedari tadi ada di meja makannya terabaikan. Tidak gadis itu sentuh sama sekali.
Pesan Jihan tidak di balas oleh Lino sama sekali. Bahkan Lino tidak membacanya. Jihan jadi galau.
Gadis itu memikirkan hal yang tidak-tidak. Entahlah mengapa Jihan terlalu takut seperti ini. Seharusnya dia tidak khawatir karena Lino tidak akan meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enam Hari
Romance[✓| end | bahasa ] ❝Andai kita bisa bertemu lebih awal, mungkin saat ini aku masih bisa melihat wajahmu❞ © 2020, Khatulistivva