Acara yang dinanti-nantikan para penghuni sekolah pun telah datang. Pentas seni. Semua tenda yang disusun sudah rapi dan penuh dengan orang yang ingin berpatisipasi dengan pensi sekolah ini.
"Banyak juga yang datang dari sekolah lain." ucap Bianca di gandengan Diego. Diego mengangguk.
Saat ini para panitia atas berkumpul di samping panggung, mendapat kursi VIP dimana mereka sendiri yang menciptakan itu. Licik memang. Mereka hanya membuat itu untuk mereka berenam sementara para guru dan yang lainnya berbaur di kursi penonton.
Diego baru menyadari bahwa Janette duduk di samping Bianca dan Bastian di sampingnya. Itu berarti mereka terpisah jauh. Janette memperhatikan sekitar, sementara Bastian memainkan hpnya.
"Jan, lu ngapain di sini? Bangku di sebelah Bastian kosong tuh, gue mau duduk di sini." ucap David, si ketua Osis yang terpilih sebagai pembawa acara bersama Rebecca.
"Ngapa harus gue duduk disono? Kan lu bisa," jawab Janette.
David membelalak, "Begimana caranya gue sama Rebecca latihan jaraknya semeter gitu?!" ujar David sambil menunjuk kursi di samping Bastian.
Bastian melirik sebentar lalu kembali menatap hpnya.
"Dapit mau latihan sama gue, Jan," ucap Rebecca coba menjelaskan.
David mengeram kesal, "Nama gue David, Beka!" Rebecca melirik sini, "iye tau gue."
Janette mendecak lalu pergi ke samping Bastian dan duduk di sana. David dan Rebecca pun duduk dan mulai berbicara berlatih membawa acara. Janette merasa canggung saat duduk di samping Bastian, karena Bastian terlihat biasa saja dan tak menoleh padanya. Tiba-tiba Diego menyikut lengan Bastian. Bastian pun menoleh.
"Lu gak mau ngajak Janette jalan? Manfaatin waktu sebelum dia berangkat gitu." ucap Diego.
"Tiga hari lagi kan?" sahut Bianca, Diego mengangguk.
Namun respon Bastian menggeleng dan menghela napas. Raut wajah Bastian berubah, Diego bisa melihat itu. Diego juga melihat Janette menunduk.
"Ini lu berdua kenapa sih, hah?!"
Janette menoleh heran, Bastian juga menoleh ke arah Janette, spontan ia membuang muka kembali. Bastian bangkit kemudian pergi meninggalkan kawasan panitia. Janette menatapi Bastian yang meninggalkannya tanpa berkata sedikitpun.
Diego menangkap lengan Janette. "Jan, lu sama Bastian kenapa dah?"
Janette tak menjawab dan malah ikut pergi meninggalkan mereka. Ia mengejar Bastian dan menepuk lengan Bastian yang sedang berjalan menuju gerbang.
Bastian yang merasa lengannya dipukul pun membalikkan badan dan bersiap untuk memukul balik jika ia tak mengingat bahwa itu adalah Janette.
"Bas, kok lu makin marah sama gue?"
Bastian tak merespon.
"Padahal semalem gue balik cepet buat mikirin mateng-mateng semua yang lu bilang. Gue udah ngerti semuanya sekarang."
Bastian tertawa renyah saat mendengar 'pulang cepat' itu. Jelas-jelas ia melihat Janette bersama Reza sedang berada di dalam coffee shop di dekat sekolah.
"Mahir banget lu bohong. Hahaha, gak nyangka gue." ucap Bastian menggeleng heran dan tertawa singkat.
Janette menautkan alisnya, tak mengerti maksud Bastian mengatakannya berbohong.
"Udahan aja ya, Jan. Udah cape gue." setelah merasa ia telah membereskan masalah, Bastian membalikkan badan dan kembali meninggalkan Janette. Bastian terlihat melepaskan kartu identitas dan menyerahkannya kepada salah satu siswa yang bertugas mengurus tiket di depan gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
6 STONES
RomancePertukaran pelajar yang dialami seorang cewek ini ternyata membawa dampak buruk bagi kelangsungan kisahnya disaat ia harus pulang ke tanah kelahirannya. Siapa yang bisa menenangkan ini?