"Leta, are you ok?" Tanya Kirana khawatir melihat Alleta yang sedari tadi melamun. Alleta tersadar dari lamunannya dan menatap Kirana lekat.
Alleta menatap Kirana dengan senyum diwajahnya. "Gapapa kok." Ucap Alleta menenangkan Kirana yang menatapnya agak kesal.
"Dari tadi gue ngomong ga didengerin, sebel ah." Ucap Kirana membuang muka nya kearah samping. Alleta gemas sendiri melihatnya.
"Maaf deh Ran." Ujar Alleta sambil menepuk pelan bahu Kirana. Teman barunya yang sudah lewat lima hari.
Ya. Alleta anak baru disekolah itu. Sudah lima hari terhitung setelah ia resmi menjadi siswa SMA Merdeka. Dalam lima hari itu pula, ia sudah mendapat kawan baru. Kirana, Nindya, dan Raya.
Sekolahnya di sekolah ini agak tak nyaman, Karena teringat satu hal yang sebenarnya tak ingin dia ingat. Janji yang bukan sebuah janji dengan seseorang. Ia tak tau namanya apa, ia hanya tau kata janji untuk mendeskripsikannya. Yang sebenarnya atas dasar pemaksaan dan rasa iba.
"Belum apa apa, gue udah nyesel kayaknya." Batin Alleta.
Huft
Alleta menghela nafasnya pelan. Ia bawa matanya menjelajahi seisi kelas hingga matanya berhenti di meja yang ada depannya. Nindya dan Raya sedang asyik membicarakan sesuatu seraya mengamati ponsel yang entah milik siapa. Sebenarnya yang lebih banyak bicara ialah Nindya, sedangkan Raya hanya mengagguk menggeleng atau bergumam.
Tatapan mata Alleta beralih ke seorang gadis yang berdiri di sebelah meja mereka sambil menatap dua cewek itu yang asik berbincang dengan tatapan malas, Alleta bisa melihat pancaran kemarahan di mata gadis itu.
"Ngapain dia berdiri di situ? Kayak orang bego aja." Batin Alleta.
Gadis itu kini menatap Alleta dengan pandangan yang menurut Alleta aneh. Alleta membalas tatapannya dengan sinis. Gadis itu sedikit heran dengannya lalu kembali menatap Nindya dan Raya. Alleta beralih menatap Kirana yang ada disebelahnya. Cewek itu kini sudah asyik dengan novel ditangannya.
"Pasti dia udah tenggelam didunia novel." Batin Alleta.
Huft
Alleta kembali menghela nafasnya pelan. Matanya harus kembali beralih pada meja didepannya saat mendengar suara agak gaduh disana.
"Bentar kek. Ga sabaran banget." Keluh Nindya menatap lawan bicaranya garang.
Cewek itu ciut ditempatnya, lalu berkata dengan suara pelan. "Lo kan punya hp sendiri." Ucap cewek yang setia berdiri disebelah meja Raya dan Nindya.
"Berisik lo. Tuh ambil." Ujar Raya yang sepertinya sudah kesal. Tangannya dengan santai namun cepat mendorong ponsel yang sejak tadi ada ditangan Nindya menuju cewek yang berdiri itu.
Prak
Karena tak siap, ponsel nya jatuh. Cewek yang ada disebelah meja menatap ponsel yang tercerai berai itu sedih. Kepalanya ia angkat. Menatap dua cewek yang menjadi lawan bicaranya.
"Jangan bacot." Ujar Raya lagi.
Cewek disebelah meja sepertinya ingin marah, namun ia tahan. Ia berjongkok mengumpulkan bangkai ponsel yang tercerai berai dilantai. Setelah selesai, ia berdiri dan melangkah menjauh dari meja Nindya dan Raya. Tanpa sudi menatap kedua cewek itu sedikitpun.
"Semoga hp lo bisa di perbaiki cewek aneh." Batin Alleta.
"Bacot banget sih. Kayak gak kenal Raya aja tuh orang." Ucap Nindya menatap kepergian cewek itu dengan tatapan remeh dimatanya. Disampingnya, Raya sudah tenggelam memainkan ponsel miliknya tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pita Merah Muda
Teen FictionFollow aku sebelum membaca. Alleta, si gadis cantik berusia 16 tahun. Kisah ini dimulai karena sebuah janji yang bukan janji. Hidupnya selalu ditimpa banyak masalah. Tentang keluarga, teman dan sahabat. Masalah datang silih berganti. Namun pita me...