Alleta berdiri didepan cermin yang memantulkan dirinya. Memuji dirinya sendiri di depan cermin. "Makin hari makin cantik aja." Keluh Alleta dengan kedua tangan yang menangkup wajahnya. Selang beberapa detik setelah berucap, Alleta terkekeh melihat tingkat percaya diri yang ada dalam dirinya.
Alleta sudah siap dengan seragam sekolah dan tas digendongannya. Kakinya juga sudah dibalut sepatu berwarna hitam. Rambut hitam nya hari ini digerai. Wajahnya dipoles sedikit, menambah kecantikan nya.
Alleta melangkah keluar kamar. Saat membuka pintu, Alleta berpapasan dengan Kalila yang lewat untuk turun ke bawah. Kalila menghentikan langkahnya, Alleta pun begitu. Alleta berdiri di pintu seraya menatap Kalila tajam, Kalila tak kalah juga melemparkan tatapan tajam nya.
Di sana, Kalila juga sudah siap dengan seragam sekolahnya. Seragam nya ketat, iw geli Alleta liatnya. Dan untungnya seragam mereka berbeda, artinya mereka beda sekolah. Alleta patut bersyukur tentang itu.
Setelah beberapa saat saling melempar tatapan tajam, Kalila berlalu dari hadapan Alleta dan kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Alleta memberikan tatapan sinis nya pada punggung Kalila. Alleta juga ikut melanjutkan niatnya, ia menutup pintu kamarnya dan mulai melangkah turun ke lantai bawah.Oh iya, Alleta belum cerita ya, kalo kamar Kalila itu ada di lantai atas juga. Alleta tak tau persis dimana letak kamar Kalila. Tapi yang pasti kamarnya ada di lantai dua.
Saat menuruni tangga yang terakhir, Alleta berpapasan dengan Mama. Alleta melempar senyum nya pada Mama yang dibalas senyuman pula. Alleta mendekati Mama nya.
"Mama mau kemana kok udah rapi?" Tanya Alleta penasaran karena Mama nya sudah berpakaian rapih.
"Mau ke rumah Oma." Ungkap Mama ragu.
Alleta meneliti wajah Mama nya sebentar. "Oma kenapa?" Tanya Alleta penasaran karena melihat gurat cemas di wajah sang Mama."Engga. Ayo sarapan, nanti Papa marah kita kelamaan." Ucap Mama yang langsung melangkah menuju ruang makan.
Alleta tau Mama nya mengalihkan topik pembicaraan. Apa yang terjadi sama Oma? Oma gak apa apa kan. Bikin cemas aja. Semoga Oma gapapa deh.
Alleta ikut melangkah menuju ruang makan. Saat tiba disana Alleta dibuat kesal karena Kalila yang masih menduduki kursinya. Apa Papa tak memberitahu nya kalau itu kursi milik Alleta. Alleta mencebikkan bibirnya kesal. Ia pasrah menduduki kursi lain.
Papa sudah ada di meja makan bahkan sebelum Alleta sampai. Semangat sekali Papa. Saat semua sudah berkumpul, Papa mulai memakan sarapannya diikuti yang lainnya. Sarapan pagi ini tak dihiasi pecakapan apapun. Malahan Alleta dan Kalila terlibat dalam perang tatap.
Beberapa menit kemudian, piring Alleta sudah kosong. Alleta lebih dulu selesai sarapan. Setelah mendorong piringnya menjauh, Alleta meraih tas sekolahnya yang ia gantung di sandaran kursi. Alleta bangkit dari duduknya, Namun suara Papa membuatnya berhenti.
"Duduk Alleta." Perintah Papa. Alleta menatap Papa nya pasrah lalu kembali duduk di kursinya.
"Hari ini kamu gak sekolah. Kita kerumah Oma." Ungkap Papa tanpa basa basi.
Alleta mengerutkan keningnya. "Kenapa Pa?" Tanya Alleta menatap Papa nya yang kini menatap nya.
"Oma sakit." Jawab Papa yang langsung membuat Alleta terkejut. Alleta menatap Mama nya mencari kebenaran yang akurat, Mama mengangguk pelan ke Alleta. Alleta langsung ingin kembali bertanya namun didahului Kalila.
"Oma sakit?! Kalila ikut ya!" Ucap Kalila. Papa langsung menatap Kalila.
"Kamu gausah ikut. Kamu tetap sekolah." Ucap Papa mutlak tak terbantahkan. Kalila langsung diam ditempatnya duduk seraya menatap Papa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pita Merah Muda
Teen FictionFollow aku sebelum membaca. Alleta, si gadis cantik berusia 16 tahun. Kisah ini dimulai karena sebuah janji yang bukan janji. Hidupnya selalu ditimpa banyak masalah. Tentang keluarga, teman dan sahabat. Masalah datang silih berganti. Namun pita me...