03

25 4 0
                                    

Hari ini senin pagi. Upacara sedang berlangsung. Tapi ada empat cewek yang tak mengikuti upacara. Tentu saja, Alleta, Raya, Nindya dan Kirana. Cewek bandel. Alleta ikut cabut, karena dirinya memang paling malas disuruh upacara. Empat gadis itu ada di rooftop.

Entah bagaimana mereka bisa cabut upacara. Padahal banyak guru dan anggota osis yang berpatroli. Mereka hanya terdiam di rooftop, namun ini lebih baik dari pada ikut upacara.

Mereka duduk berpencar, Raya yang duduk di pembatas tanpa takut jatuh. Nindya yang duduk lesehan tanpa takut kotor. Kirana yang tetap berdiri tanpa takut pegal dan dirinya yang duduk di kursi tak terpakai tanpa takut kursinya rusak.

Keempatnya hanya berdiam. Menatap lurus sesuai kemana arah mata masing masing. Tak ada suara. Sunyi. Namun tak lama, pintu rooftop terbuka. Nindya yang refleks nya paling cepat, ia langsung bangun dari duduknya dan melangkah mendekati pintu rooftop. Ketiga cewek lainnya hanya menatap memunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanpa bergerak dari tempat masing masing.

Belum ada lima langkah Nindya berjalan. Muncul empat orang cowok yang kini menatap empat cewek yang ada disana. Nindya berhenti melangkah. Ia menengok ke belakang. Menatap Raya dengan sorot mata bertanya. Raya bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat.

"Gue yang duluan disini." Ucap Raya dingin pada keempat cowok yang berdiri diam dekat pintu rooftop.

"Oke." Ujar salah satu cowok itu. Lalu ia mengajak ketiga temannya pergi dari sana.

Nindya dan Raya kembali ke tempat nya masing masing. Suasana kembali sunyi. Alleta menghela nafas amat pelan. Pikirannya berkelana.

Empat orang cowok tadi, merupakan kumpulan cowok yang sama seperti kumpulan Raya. Mereka dianggap pembully, sombong, semena mena, belagu, bandel dll. Jika Raya dan tiga temannya merupakan ratu nya. Empat cowok tadi ialah raja nya.

Mereka sama. Citra mereka sama. Buruk. Namun kedua kumpulan atau geng ini bisa dibilang tak berteman dan tak bermusuhan. Mereka netral, seperti orang asing. Mereka semua sama sama disegani. Namun, Alleta masih tidak tau nama keempat cowok itu. Alleta jelas tak tau. Tak ada yang membicarakan mereka disekitarnya.

🎀🎀

"Keduluan kita Ar." Ujar Danu kesal. Ia duduk diatas keramik wastafel. Mereka ada di toilet cewek yang ada dilantai tiga. Mereka lebih memilih toilet cewek karena lebih bersih. Kata Daffa.

"Masa kita nongkrong di toilet. Ga banget." Ujar Daffa seraya merapihkan jambulnya didepan cermin besar yang ada di toilet.

"Ya gimana. Udah keduluan juga." Jawab Rayyan yang kini bermain ponsel sambil menyandarkan tubuhnya ditembok.

"Besok besok kita harus berangkat pagi biar bisa booking rooftop." Usul Daffa yang dibalas tatapan malas dari Danu.

"Lo aja sana. Gue sih ogah." Ujar Danu. Daffa berdecak kesal. Daffa kembali terdiam berfikir. Hingga ide nya kembali muncul.

"Apa gue benerin pintu rooftop aja, terus kuncinya gue yang pegang. Biar mereka ga bisa booking. Ya Ar?" Daffa mengutarakan ide nya dengan semangat. Ia menatap Arkan gembira.

Namun jawaban Arkan membuatnya menghela nafas kasar. "Lo tukang pintu?" Arkan bertanya dengan salah satu alisnya yang terangkat.

"Dia tuh tukang kunci Ar." Ujar Rayyan yang kini menatap Daffa dengan tampang menyebalkannya. Semua yang ada di sana terkekeh kecuali Daffa yang memasang tampang kesal.

Pita Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang