Chapter 1. Dia Ibuku (1)

5.1K 160 2
                                    

Terkadang aku bermimpi.

Di mimpi itu, ada seorang pria.

Pria itu dan aku berada di dalam ruangan yang luas. Kami duduk di tempat tidur, mandi di bawah hangat sinar matahari yang menembus jendela. Sepi sepenuhnya. Satu-satunya suara di kesunyian itu adalah nafas kami. Hanya dengan bertatapan dengannya membuatku merasa panas.

Setelah beberapa saat, pria itu mengulurkan tangannya kepadaku dan kami bertukar kehangatan tubuh untuk waktu yang lama.

"Apa kau yakin akan baik-baik saja?"

Pria yang memelukku bertanya bertanya dengan berhati-hati.

Aku langsung menjawab

"Ya, aku akan baik-baik saja."

Pria itu meraih tanganku dengan semangat yang tiba-tiba. Meskipun itu mimpi, cara jari-jarinya menyentuhku terasa sangat jelas. Ujung jari pria itu bergetar ketika dia dengan tenang meletakkannya di punggungku.

Aku menatap wajah memerah pria itu.

Ketika mata kami bertemu lagi, pria itu maju dan menciumku. Bibirnya menyentuhku di tempat dimana tidak pernah disentuh oleh orang lain.

Aku mencium dia di tengkuknya sebagai jawaban dari ciumannya.

"..."

Pria itu mengeluarkan nafasnya yang panas, memanggil namaku. Aku memeluk pria itu lebih lama.

Mimpi itu berakhir.

Itu adalah mimpi yang sama untuk lima tahun terkahir, tapi saat aku bangun, semuanya samar.

Aku tidak dapat mengingat nama pria yang memanggilku ataupun mengingat wajah pria itu.

Satu-satunya yang ku ingat adalah suara pria itu.

Itu adalah suara yang bagus dan halus yang menarik untuk didengar.

•••

Kakiku terasa berat, seperti kapas yang direndam di dalam air.

Setelah setiap langkah, perutku mengeluarkan suara keras. Bergerak satu langkah dan perutku akan menggeram untuk dua berikutnya... Kapan terakhir kali aku memakan sesuatu yang layak? aku tidak dapat mengingatnya. Aku ingat aku tidak pernah makan tepat waktu sejak aku dikeluarkan dari restoran tempat aku bekerja beberapa hari yang lalu.

Bau yang tidak enak mengganggu hidungku.

Ah, aku lapar.

Jika aku terus berjalan seperti ini, aku akan kelaparan di bawah terik matahari. Aku duduk di lantai karena aku sudah tidak punya energi sama sekali.

Dimana aku bisa mendapatkan beberapa makanan?

Aku merasakan sedikit getaran di lantai tempat aku meletakkan tanganku. Perlahan getarannya semakin keras dan setelahnya langkah kaki bisa didengar jelas. Langkah kaki itu semakin cepat dan keras tanpa ada tanda-tanda berhenti dan semakin mendekat.

Aku mendongak dan melihat seseorang mendekatiku.

Apa mereka akan memberiku makan?

"..."

Itu adalah seorang anak laki-laki, umurnya sekitar lima tahun. Anak laki-laki berambut pirang dan pipi tembam itu menunjukkan ekspresi tersentuh di wajahnya begitu dia melihatku. Itu seperti dia akhirnya menemukan mainan yang telah ia cari sepanjang hari. Aku mengamati wajah anak itu –dia tampan.  Pakaian yang dia kenakan terlihat mulus seolah-olah jari-jariku akan menembus kain tanpa perlawanan.

Mungkin dia seorang anak bangsawan.

Anak laki-laki itu memasang ekspresi ramah saat ia menatapku. Tiba-tiba, dia melompat ke pelukanku. Bocah lelaki yang jatuh ke pelukanku beraroma sangat harum, tetapi aku takut bocah itu mencium bauku.

"Hey."

Aku memanggil anak itu dengan hati-hati.

"Ma..."

Anak itu menjawab dengan lucu. Itu sangat indah sehingga aku menemukan diriku tersenyum. Aku selalu ingin memiliki seorang anak laki-laki seperti dia. Anak itu memelukku erat seolah ia tidak berniat melepaskan diri dari pelukanku yang bau.

"Siapakah kamu, sayang?"

Aku bicara kepada anak itu lagi, dan anak yang besandar di dadaku meneriakkan nama yang sangat aneh...

"Mama!"

I Suddenly Became a Mother [Terjemahan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang