Chapter 3. Dia Ibuku (3)

1K 124 1
                                    

Dia menangis.

Itu memilukan. Mata anak itu terlihat sangat sedih. Tapi aku tidak bisa membantunya. Aku bukan ibunya, jadi aku mengabaikan mata putus asa anak itu.

Aku minta maaf, nak. Aku berpikir situasi tiba-tiba dan memalukan itu hanya berakhir seperti itu tetapi anak itu menggoyangkan tangannya dan jatuh ke lantai. Lalu, dia mulai menangis lebih sedih dari semua orang di dunia ini.

"Uhuhuu... Papa nakal... apa tidak cukup meninggalkan nya di jalanan, dan sekarang kau bahkan tidak akan memberi Mama makanan. Papa sangat nakal..."

Si anak dengan tubuh kecil menangis dengan suara yang sangat keras. Orang-orang yang berjalan di sepanjang sisi jalan mulai melirik dan menatap kami. Pria muda yang tampan itu pastinya adalah ayah dari anak itu, lalu si ibu yang lapar...

Apa mereka pikir aku? Aku tidak tahu bagaimana aku menjadi seorang ibu yang lapar, tapi mereka benar.

"Josh! Berdiri sekarang juga! Atau kau akan mendapat masalah dengan Papa saat kita kembali ke mansion!"

Suara pria itu bertambah keras dan keras, dahinya berkerut dalam kemarahan.

"Josh, saat kau kembali ke mansion, kau akan mendapat hukuman!"

Suara kemarahan pria itu tidak membuat anak itu takut sama sekali. Dia mengeluarkan suara lebih keras dan mengancam ayahnnya.

"Jika Papa meninggalkan Mama disini, aku akan disini juga."

"Apa yang sebenarnya kau katakan?"

"Dia disana!"

Josh menunjukku dengan tangan kecilnya.

Yah... aku bukan ibumu yang lapar, tapi aku lapar.

"Mamamu tidak ada disini!"

Pria itu berteriak.

"Dia ada disana!"

"Josh... orang kotor itu bukan mamamu."

"Dia kotor karena Papa tidak merawat Mama!"

"Josh..."

Pria itu menghela nafas berat dan tidak bicara untuk waktu yang lama...

Anak kecil itu adalah orang yang berani. Dia tidak bergerak sedikit pun dari sikapnya yang keras kepala.

Aku merasa seperti akan bosan mencampuri argumen mereka. Aku berharap pria itu akan membawa anak itu dan menghilang dengan tenang. Untuk sesaat aku berharap, tetapi tiba-tiba aku terbukti salah oleh pria tampan itu, saat dia datang ke arahku lagi. Wajah biasa pria itu berubah menjadi ekspresi jijik.

"Hey, pengemis."

Pengemis? Siapa yang dia panggil? Aku menatap sekitar dan menyadari tidak ada seorangpun kecuali aku yang bisa dipanggil pengemis. Aku mungkin terlihat seperti pengemis, tapi aku bukan seorang pengemis. Aku menggigit bibirku, tidak dapat mengatakan itu.

"Ya, si pengemis menjawab."

"Apakah kau bekerja?"

"Tidak, aku baru dipecat."

"Ya, akan terlihat aneh untuk seseorang sepertimu bekerja."

"Apa?"

Apa yang sebenarnya pria ini katakan? Pria itu menjawab dengan berani, tanpa ada perubahan di wajahnya.

"Apa kau mau mencoba pekerjaan baru?"

"Apa itu?"

"Untuk sekarang, ayo ke mansion dan bicara. Anak itu tidak bisa tenang."

Tangis anak itu masih berlanjut. Pria itu menjadi semakin tidak sabar, meski tidak sengaja. Pria itu terlihat gugup saat aku tidak segera menjawab. Jumlah orang yang berhenti berjalan dan menyaksikan kami mulai bertambah. Itu tidak dimaksudkan, tetapi itu adalah perasaan perhatian yang tidak disengaja.

"Mengapa kau tidak menjawab?"

Pria itu mengeluh kepadaku.

Aku memiringkan kepalaku dengan wajah kosong.

Satu-satunya alasan mengapa aku tidak segera menjawab pertanyaan itu adalah karena keraguan kecil yang ku punya untuk orang asing. Apakah tidak apa-apa untuk mengikuti pria ini? Aku menatapnya dengan kecurigaan. Seorang pria dengan wajah tampan tidak pernah terlihat sebagai seorang penipu, tapi tidak juga berarti dia bisa di percaya.

"Apa kau meragukanku?"

Pria itu bicara saat dia melihat kecurigaan di mataku.

"Ya, pengemis ini mencurigaimu."

Aku menjawab dengan anggukkan kepalaku.

Fakta bahwa aku dipanggil pengemis memicuku.

Pria itu kesal dalam amarah.

"Aku John Lancaster."

"Apa?"

"..."

John. Itu nama yang tak asing untuk sebuah alasan. Aku mencoba mengingat dimana aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi untuk aku yang berkeliaran di jalanan tanpa ingatan, tidak ada yang muncul di pikiranku.

"Yah, itu nama yang bagus."

Kirk!

Pria itu menyentuh dahinya dengan muka serius dan berkata, "Itu luar biasa. Dengar, aku orang termuda yang mewarisi gelar Duke dan aku memiliki banyak prestasi. Ada juga gelar yang diberikan kepadaku dari Raja sendiri. Apa kau tahu siapa aku sekarang?"

Jadi, dia adalah hanya pria yang hebat dan berkuasa, kan? Aku tidak terlalu tertarik dengan dia orang termuda untuk menjadi seorang duke ataupun sesuatu yang seperti itu. Satu-satunya yang membuat aku tertarik adalah... geraman...

Itu bunyi keras lainnya dari perutku.

"Apa itu kuda?"

John bertanya dengan nada konyol.

"Jika kau ikut denganku, akan disediakan nasi."

"Oke, ayo."

"Kemana?"

"Makan nasi."

"Aku menang."

Dia tertawa mengecewakan.

Pasti mengecewakannya untuk pergi makan. Aku menatap ke arah senyumnya yang sedih. Tawa dan suaranya masih terngiang di telingaku. Ketika aku memikirkan suaranya, tiba-tiba terasa aneh.

Karena aku merasakan sebuah keheranan.

Aku merasa seperti aku pernah mendengar suara bagus dari pria itu sebelumnya.

Dimana aku mendengar namanya sebelumnya?

"Ah!"

Untungnya, aku langsung mengingat asal suaranya.

"Apa kamu yakin akan baik-baik saja?"

Suara John dan suara dari pria yang sering ku dengar di dalam mimpiku. Itu aneh. Aku bertanya kepadanya hal pertama yang ku tahu.

"John Lancaster. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

I Suddenly Became a Mother [Terjemahan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang