Ibu kandung Joshua dan istinya John... Huh...
Mungkin ibu kandung anak itu ada hubungannya dengan nama ‘Senna’, yang dinyanyikan John dengan suara sedih dan khusyuk.
Meskipun aku datang ke sana dengan pikiran memberi makan rasa lapar yang tumbuh di dalam diriku, aku merasakan rasa pahit. Atau mungkin itu rasa ingin tahu. Semakin banyak Josh, atau haruskah ku panggil Joshua, memanggilku 'ibu', semakin aku penasaran dengan ibu kandungnya.
Tapi aku tidak boleh penasaran. Bukankah itu tipe baru dari penyiksaan baru-baru ini? Apa yang pernah ku dengar... Ah... Curiosity killed the cat! (*)
Tapi apapun itu, aku penasaran dimana ibu kandung Josh sekarang? Aku setidaknya harus tahu sedikit untuk menyesuaikan diri seperti ibunya. Tapi saat itu, suara gemuruh bergema di perutku.
Suaranya sangat kencang... itu memalukan. Bahkan John diam-diam menatap ke perutku. Aku tersenyum canggung. Aku harus berhenti berpikir dan makan. Hal-hal kompleks hanya menyakiti otakku, semakin aku memikirkannya.
Tapi itu menakutkan untuk dipikirkan. Orang ini, John, berpikir dia berhasil menggodaku dengan makanan lezat. Untuk berpikir aku akan menggunakan cara seperti itu! Tapi siapa peduli. Aku seorang pengemis, ingat? Pengemis tidak bisa pilih-pilih.
Segera setelah itu, pintu yang tertutup terbuka secara alami dan sosok berseri-seri berjalan masuk.
"Mama! Mama, bukankah tadi kau bilang kau lapar?
Telingaku meninggi karena makanan. Ah ... Tidak ... Ini benar-benar siksaan. Belum lagi tatapan John terkunci padaku, mengamati setiap gerakanku aku bertaruh.
Tapi aku mengabaikan itu. Aku akan mengambil keuntungan dari situasi ini.
Aku melihat pada Josh. Aku menyadari pakaiannya sudah berganti. Itu terlihat nyaman dan lucu.
"Ya, sayang. Aku sangat lapar."
".... Sayang."
John berkata dengan sarkas. Aku tidak mempedulikannya dan menatap Josh.
"Hehe... Aku membawakanmu sesuatu yang enak!"
Seorang wanita mengikuti Josh dari belakang. Dia memiliki tatapan aneh di wajahnya, sebuah senyum lemah, juga sedih di waktu yang sama.
Aku berpikir, mengapa semua orang disini sedih?
Tetapi pikiran itu dengan cepat menguap - karena apa yang aku lihat mengejutkanku. Memegang apa yang tampak seperti nampan panjang dua lantai yang ditumpuk dengan daging. Baki-baki itu penuh dengan hidangan lezat dan semua jenis daging untuk dimakan.
Bau itu membuatku gila. Aku memiliki keinginan untuk melompat, mengambil makanan, dan melahap semuanya sekaligus.
Pelayan yang melihatku ngiler seperti seekor anjing yang kepanasan mulai menaruh makanan di atas meja. Tidak butuh waktu lama, tetapi anak laki-laki melakukannya seperti selamanya.
Sementara itu, air liur menetes dari sudut mulutku.
"Josh, bisakah aku mengambil ini?"
Aku bertanya pada Josh, tapi bajingan tekutuk itu, John, menjawab.
"Siapa lagi yang akan memakan itu, pengemis?"
Suaranya mengisyaratkan sarkasme yang tajam. Aku meliriknya, matanya tajam, dan dengan cepat berubah menjadi salah satu dari kecerahan yang cerah ketika aku menoleh ke Josh.
"Tentu saja! Mama, ini semua untukmu."
Josh berseri-seri.Josh menyuruhku makan. Takut bahwa semua itu hanya ilusi, aku mulai mengisi perutku yang dilanda kelaparan.
Akhirnya, makanan terakhir...
Aku tidak percaya betapa enak daging itu. Jika makanan seperti ini disajikan setiap hari, menetap dengan Josh sepanjang hidupku sebagai pengasuhnya mungkin tidak terlalu buruk.
Huft... aku harap aku dapat memiliki seorang anak laki-laki sepertinya. Tapi kenyataannya dia bukan anakku. Aku hanya seorang yang berpura-pura menjadi ibu. Itu akan menjadi pekerjaan yang sulit, tapi aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti. Aku mengangkat kepalaku, aku melihat Josh dan John, yang belum meninggalkan ruangan, lihat aku dengan harapan. Wajah John kusut seperti biasanya, sementara Josh tetap tersenyum seperti biasa.
"Aku senang melihatmu makan."
Ya, dia terlihat senang.
Hanya jika John bisa belajar satu dua hal dari anaknya, itu pasti akan sangat mengagumkan. Cara anak itu berbicara, itu sangat tidak mirip seperti ayahnya.
"Ha-ha... Makan malam pengemis ini akhirnya selesai."
Aku menepuk perutku beberapa kali dan tersenyum puas.
"Ya, kau adalah pemakan besar, pengemis."
John tetap memanggilku pengemis di setiap kalimat. Itu melelahkan. Aku menaikkan satu alis dan sedikit menatap padanya. Tidak bisa terlalu kelihatan, atau aku akan ditendang keluar.
"Apa? Apa kau menatapku?"
"Ya, pengemis ini menatapmu."
John menggelengkan kepalanya.
"Berapa lama kamu akan memanggil dirimu sendiri pengemis?"
"Sampai kau berhenti menaggilku pengemis?"
"Jika bukan pengemis, lalu aku harus memanggilmu apa?"
"Aku punya nama. Lina. Tolong panggil aku Lina."
Tapi aku ragu itu adalah nama asliku. Semua jejak masa laluku hilang. Aku sulit mengingat masa laluku.
Tapi satu nama yang ku ingat samar-samar adalah 'Lina'. Itu bisa jadi adalah nama dari seseorang yang kukenal, atau bisa saja memang namaku. Aku tidak tahu.
".... Nama itu tidak cocok untuk mu."
John membalas dengan ketus.
"Jadi kau akan tetap memanggilku pengemis, begitu?"
Seperti suara kami meningkat sedikit, Josh berteriak, suara dengan penuh kegugupan.
"Berhenti, Papa, Mama! Seorang suami dan istri tidak boleh bertengkar! Itu tidak baik!"
"......."
John dan aku, kami menutup mulut dengan rapat, kehilangan kata-kata pertikaian.
(*) pepatah dalam bahasa inggris yang digunakan untuk memperingatkan bahaya dari rasa penasaran yang tidak perlu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Suddenly Became a Mother [Terjemahan]
Historical FictionType : Korean Novel Status : OnGoing Alternative : 졸지에 엄마가 되었다 Author : Bird Poop Suatu hari, saat berkeliaran di jalanan, mengeluh kelaparan, seorang anak laki-laki yang lucu berlari ke arahnya dan berteriak...