Ending

452 29 2
                                    

Bella's POV
Seminggu setelah kematian Angie, mulai aku khawatir pada Jessica yang makin hari makin parah keadaannya. Aku hanya takut hidupnya ikut berakhir seperti Angie. Aku sudah cukup sedih akan kematian Angie, sahabat yang amat kusayangi. 2 minggu berlalu hingga aku, Shania, dan Britta diperbolehkan pulang. Shania dan Britta pulang ke rumah masing- masing. Aku memasuki kelas 7 semester 2. Aku ketinggalan pelajaran selama 5 minggu. Aku berusaha keras kembali mengikuti pelajaran, meskipun sangat sulit. Pelajaran semester 2 kali ini menurutku sedikit sulit. Huh, biasanya aku bertanya pada Angie jika aku kesusahan, sekarang tidak bisa. Angie itu pintar, sering dia dapat ranking 1 atau 2. Sedangkan aku masuk 10 besar bersama Jessica. Tadi saat pertama masuk, aku disambut hangat oleh teman-teman sekelas. Ada yang beri aku kado atau makanan. Aku senang-senang saja menerimanya. Rupanya mereka sudah tahu tentang kejadian tragis beberapa minggu yang lalu. Pasti wali kelasku yang menceritakannya karena orangtuaku menjelaskan mengapa pada hari pertamaku aku tidak bisa masuk. Kelas terasa sepi walau sebenarnya teman-teman sekelas benar-benar kacau. Kebetulan setelah istirahat pertama free class. Guru-guru rapat mendadak. Kupikir akan pulang cepat, tapi tetap pulang jam setengah 2. Benar-benar membosankan. Aku memilih berbaur dengan Karina dan Aqilla. Mereka juga temanku. Mengobrol, bercanda, dan kegiatan lainnya yang jelas kurang kerjaan banget. Perlahan aku mulai mengabaikan rasa sedihku terhadap Angie. Tapi kembali diingatkan oleh Aqilla. "Bella, aku mau tahu detail tentang kecelakaanmu itu" pinta Aqilla. "Uhmm...itu.." aku bingung mau jawab apa. "Ayolah, ceritakan saja" kata Karina ikut-ikutan. Terpaksa aku menceritakannya walau aku tidak mau mengingatnya kembali. Kecelakaan itu membuat sahabatku hilang. Aku tidak mau ada yang memintaku untuk menceritakannya lagi selain Karina dan Aqilla. Sudah cukup mereka saja yang tahu. "Itu sangat tragis" komentar Karina memaparkan wajah sedih. "Tapi kalian harus janji agar tak menceritakan pada siapapun, aku ingin melupakannya" kataku. "Tapi.." Bantah Aqilla. "Onegai!" tegasku menggunakan bahasa Jepang yang berarti 'please'. "Okay..." Karina dan Aqilla meninggalkanku. Aku memutuskan untuk memainkan suatu alat musik di ruang musik sekolahku. Memang terkesan horror, tapi tidaklah seburuk itu bagiku. Saat iseng-iseng bermain cello, ada anak yang masuk. "Oh, ada orang, kukira siapa yang bermain cello" kata Mia mendekatiku. "Mia! Ajari aku main cello dengan bagus dong" pintaku. "Permainanmu saja sudah cukup bagus" kata Mia. "Belum, ajari saja sedikit" kataku. "As you wish" katanya. Tak lama, bel pulang berbunyi. "Ah, aku ke kelas dulu ya" kata Mia kabur. "Ya! Thanks a lot!" seruku. Mia hanya melambaikan tangannya. Aku juga mengembalikan cello ke tempat semula dan menuju kelasku. Teman-temanku yang piket mengangkat bangku-bangku dan membersihkan kelas. Oh iya, hari ini kan hari Selasa, jadi aku harus ikut piket. Aku sudah tidak piket beberapa kali karena masih di RS. Cepat-cepat kuselesaikan pekerjaanku dan langsung kabur ke bawah. Pulang. Entah kenapa aku ingin cepat-cepat pulang. Seperti ada sesuatu menantiku. Benar saja perasaanku itu. Karina memberitahuku. "Bella! Syukurlah ketemu, keluargamu hari ini datang menjemputmu, katanya ada kabar yang sangat menggembirakan hatimu" kata Karina tersenyum. "Wah, mereka dimana?" tanyaku bersemangat. "Di lobby" jawab Karina. "Baiklah, bye!" seruku meninggalkan Karina. "Bye!" balasnya sambil melambaikan tangannya. Aku berlari menuju lobby. Sayang, karena baru pulang sekolah, jalanan ramai, jadi aku harus bersabar. Bisa dibilang desak-desakkan sana-sini, hingga aku sampai di lobby. "Bella!, sini!" panggil sebuah suara yang tak lain mamaku. Aku mencarinya dan setelah bertemu, mamaku langsung menarik lenganku menuju mobil hitamku yang agak besar. Setelah naik, mobilku melesat menuju suatu tempat yang tidak asing bagiku. Ya, rumah sakit yang merawatku waktu itu. "Ma, ada apa? Kenapa mengajakku kesini?" tanyaku. "Ayolah, ikut saja, pasti Bella senang" jawab mamaku. Aku heran sekali. Begitu naik lift, menuju koridor yang tak asing bagiku, tibalah di kamar Jessica. Raut wajahku tiba-tiba gembira. Pasti Jessica keadaannya membaik atau lebih baik dari itu. Dengan semangat aku masuk ke ruangannya. Benar saja, dia terlihat lebih baik. Kepalanya masih diperban. Sebelum aku berbicara kepadanya, aku berdoa agar ia tetap ingat denganku. "Je...Jessica?" panggilku. Ia belum bereaksi apa-apa.

Jessica's POV

Aku berusaha bangun walau mataku berat sekali. Aku tahu Bella memanggilku. Setelah berusaha keras, aku berhasil membuka mataku. "Jessica! Kamu tidak apa-apa kann?" tanya Bella senang. Aku hanya bisa mengangguk. "Jes, kita ketinggalan banyak pelajaran nih, semoga kau cepat sembuh supaya bisa mengikuti pelajarannya!" seru Bella. Aku tersenyum saja. Aku juga berharap aku cepat sembuh. Sebenarnya aku ingin bertanya pada Bella, apakah Angie sudah sembuh atau belum? Tapi tenggorokanku terasa sakit sekali untuk mencoba berbicara. Tiba-tiba Bella berlari keluar dengan teriakan memanggil dokter. "Dokter, bisa periksakan sahabat saya sekarang?!!" serunya. Beberapa suster dan dokter datang ke ruanganku. Mereka memeriksaku dan Bella menunggu dengan tatapan berharap. "Keadaannya makin membaik, ia harus tetap disini selama 3 minggu untuk kepulihannya" kata sang Dokter dengan senyum mengembang. "Syukurlah, makasih dok, sus" kata Bella. Mereka pergi keluar dan Bella mendekatiku. "Kau dengar itu?! 3 minggu lagi kau bisa pulang!" seru Bella. 3 minggu. Menurutku itu waktu yang sangat lama. Aku ingin cepat sembuh.
Author's POV

Sejak itu Bella selalu menjenguk Jessica, merawatnya setelah pulang sekolah. Hampir Bella tak peduli akan tubuhnya sendiri yang mulai lemah. Ketika hari libur saja Bella ingin menginap disana untuk menjaga Jessica. Begitu seterusnya hingga 3 minggu tercapai.
Bella's POV
"Yess!! Hari ini hari kepulangan Jessica, aku harus menjemputnya!!" batinku senang sekali. Hari ini hari Minggu. Aku memutuskan untuk pergi kesana. "Ma, aku mau ke rumah sakit!" seruku langsung keluar. Aku akan menaiki taksi yang ada di dekat rumahku. Aku melesat menuju rumah sakit.

---Skip---

Ternyata orangtua Jessica akan ke luar negeri dan memintaku menjaga Jessica dirumahku. Dengan senang hati keluargaku menerima Jessica. Tapi, saat mendekati kenaikan kelas ke kelas 8. Orangtuaku mulai sibuk dan mempulang lanku ke sebuah asrama terkenal, Carmella School. Aku senang-senang saja dengan itu. Jessica terlihat sangat senang. Sebenarnya ia lama sekali ingin bersekolah di asrama itu, namun orangtuanya kurang setuju. Poor Jessica. Setelah kenaikan, aku dan Jessica ke stasiun untuk langsung menuju Carmella School. Awalnya kami diantar orangtuaku lalu orangtuaku pulang lagi. Suasana sekolah terlihat sepi karena masih liburan kenaikan kelas. Aku dan Jessica nanti akan menuju ruang kepala sekolah terlebih dahulu. Kami tinggal menunggu liburan sekolah berakhir.

---THE END---

*ENJOY THIS LAST PART GUYS! BUT DON'T FORGET TO READ ANOTHER SEASON OF THIS STORY. THE TITTLE IS 'True Friends 2: Carmella School'. Thanks guys, vote and comments*

True Friends [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang