Taeyong menatap kakaknya yang sibuk mengelap sisa air mata yang membanjiri wajahnya. Ia meringis saat melihat tingkah konyol kakaknya. Bukannya malu dengan tingkah aneh nya, Myungsoo justru tersenyum lebar. Ia kembali membuang ingus nya dengan keras. Sampai membuat Taeil tertawa kecil.
"Ahh maafkan aku. Haha," kata Myungsoo sambil melihat Taeil. Ia segera duduk di kursi kerjanya sambil menarik nafas dalam. Histeria karena bertemu dengan Taeyong sudah mulai mereda. Pikirannya kembali jernih.
"Kau dimana selama ini?" tanya Myungsoo dengan nada serius.
Taeyong menyadari kalau akal sehat kakaknya sudah kembali. Ia melirik Taeil dan temannya itu segera mengeluarkan beberapa berkas dari tas tangannya. Hal kecil yang luput dari perhatian Myungsoo yang masih sibuk menatap adik semata wayangnya.
"Ya Tuhan." Tiba-tiba Myungsoo menunduk sambil menahan isakan yang mulai menyerangnya kembali. Hal itu membuat Taeyong menaikkan alisnya. Bingung dengan tingkah aneh kakaknya.
"Kenapa?" tanya Taeyong. Ia mulai cemas dengan isakan yang kembali terdengar memenuhi ruangan. Ia segera beranjak dari kursi nya dan berdiri di samping kakaknya. Sesekali tangannya menepuk punggung kakaknya. Terasa sangat canggung karena biasanya dialah yang sering dipeluk dan ditenangkan oleh kakaknya.
"Mereka akan senang sekali melihatmu baik-baik saja. Terutama Jisoo... Oh God. Aku tidak tahu dimana Jisoo sekarang. Aku tidak percaya dia yang ada di mobil itu," oceh Myungsoo.
Taeyong menghela nafas pendek. "Jisoo bersamaku."
"Huh?" Myungsoo menatap Taeyong dengan tatapan bingung. "Bagaimana bisa?"
"Ada banyak yang tidak kakak tahu. Dan ada banyak yang harus aku ketahui darimu. Untuk itu aku ada disini."
"Kau membuatku takut," kata Myungsoo cemas.
Taeyong meringis. "Semua akan baik-baik saja jika kita bisa bekerja sama, kak."
"Maksudmu apa, Yong? Aku tidak mengerti. Kamu bukannya kembali untuk kita? Bukannya kamu akan tinggal dengan kami?"
Taeyong menggeleng pelan. "Not now, kak. Sandiwara ini akan terus berlangsung sampai aku menjebloskan paman Park ke penjara."
Saat nama itu disebut, Myungsoo seolah tersadar kalau adiknya menghilang karena diculik oleh Park Yoochun.
"Apa dia melukai mu, Yong? Apa kau baik-baik saja?" tanya Myungsoo panik. Ia menepuk-nepuk pundak Taeyong. Mencari luka yang bisa ia lihat. Mengingat seperti apa Park Yoochun. Ia tak heran jika Taeyong terluka.
"Aku baik-baik saja," elak Taeyong. Ia tak ingin membuat Myungsoo cemas. Ia pun tak ingin mengingat masa kelamnya saat depresi karena terpisah dari keluarganya.
Myungsoo akan memprotes tapi ucapan Taeil menahannya.
"Waktu kita tak banyak, Yong," tegur Taeil. Ia melihat jam tangannya. "Johnny sudah bergerak ke area A."
Taeyong mengangguk. "Aku akan menemui mu besok kak. Saat ini aku harus pergi. Tolong bilang pada paman dan bibi kalau Jisoo baik-baik saja bersamaku."
"Tapi-"
Taeyong memeluk kakaknya dengan erat. Memutus kalimat protes Myungsoo dengan bisikan yang mengejutkan.
"Sampaikan salam sayangku untuk ayah dan ibu."
"Huh? Darimana kau tahu?" pekik Myungsoo kaget.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Revenge
RomanceSaat pembalasan dendam lebih utama dibanding segalanya, termasuk cinta. Cinta yang datang di waktu yang salah, dan pada orang yang salah.