Hitoka

36 2 0
                                    

Pagi yang cerah di sebuah daerah pinggiran Okinawa.

Di salah satu rumah, nampak seorang gadis muda tengah sibuk memotong lobak dan daun bawang. Tangan kirinya sesekali bergerak mengaduk sup miso yang mendidih

"Hitoka, selamat pagi. Kau bangun lebih awal ya?"

Gadis itu menoleh, nampak seorang pria setengah baya sedang menuruni tangga dengan handuk yang tergantung di pundaknya

"Selamat pagi ayah. Iya karna hari ini hari pertamaku sebagai murid kelas 2" sahutnya sambil berkonsentrasi pada potongan daun bawangnya

"Oohh kau benar. Jinto-chan juga mengatakan hal yang sama kemarin. Kau berencana berangkat sekolah bersamanya?"

Hitoka menaburkan garam pada supnya

"Hmm dia tidak berkata apapun padaku. Mungkin aku akan berangkat sendiri saja. Ayah mau kopi?"

Lelaki itu mengangguk pelan

"Ya sudah. Jangan lupa minta berkat kepada ibumu ya" ujarnya sambil membuka koran pagi nya, yang langsung dibalas singkat oleh sang putri

Setelah menyajikan kopi dan sarapan untuk sang ayah, gadis bernama lengkap Sakai Hitoka itu langsung berlari menuju kamarnya untuk bersiap siap

Ia mematut dirinya di cermin. Kemeja putih berlengan pendek yang ia padukan dengan rok sekolahnya yang berwarna abu abu. Tak lupa ia gunakan dasi berpita besar resmi milik sekolahnya. Ia tak mengenakan blazer, sebab meski musim semi, udara di Okinawa sudah cukup membuatnya merasakan musim panas setiap harinya

Setelah merapikan rambutnya dan memeriksa sekali lagi make up tipis yang telah ia balurkan di wajahnya, ia pun segera menuju ke ruangan bawah tempat ayahnya berada

Ayahnya telah menyelesaikan sarapannya dan tengah bersiap untuk mandi, sebelum akhirnya ia memutuskan memperhatikan Hitoka yang tengah duduk bersimpuh didepan altar ibunya

Mengikuti apa yang ia katakan tadi; meminta restu

Hitoka terlalu mirip dengan ibunya, hampir tak ada gen miliknya yang menurun pada Hitoka selain mata coklat besar itu. Sisanya, gen mendiang istrinya itu yang mendominasi

"Sudah selesai?" Ujarnya ketika Hitoka berbalik

"Ayah mengejutkanku" putrinya memberi ekspresi cemberut; memaksa Takayuki untuk melepaskan kurva melengkung yang terhias di wajahnya

Orang biasa menyebutnya; senyum.

Hitoka berbalik tersenyum, seolah menunjukkan bahwa dunia berada di pihaknya.

"Baiklah, aku berangkat"

"Selamat jalan. Semoga beruntung di hari pertamamu"

Hitoka mengangguk mantap, sebelum akhirnya berbalik dan menghilang dibalik pintu depan.

Takayuki menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika irisnya bertumpu pada sebuah bingkai foto di ruang tamunya.

"Bagaimana ini? Putri kita semakin dewasa. Aku semakin merasa sulit untuk melepaskannya.."

.

"HI-TO-KA-CHAN!!"

Sudah sedari tadi, panggilan orang yang menyerukan namanya itu, Hitoka abaikan begitu saja.

Entah dengan mencoba lewat jalan lain, pura pura sibuk dengan bukunya, sampai mengenakan earphone nya sebagai pertanda bahwa ia tidak ingin diganggu

Namun tetap saja, suara bising dari pemuda yang sedari tadi memanggil namanya itu tidak mau menyerah

Hingga akhirnya pemuda itu melompat ke hadapannya; membuat Hitoka terkejut setengah mati sampai hampir jatuh terjengkang

"Kau mendengarku tidak sih??" Pemuda itu melipat tangannya didepan dada, seperti seorang pelanggan yang sedang melayangkan complain pada seorang pelayan

Hitoka melepas earphone nya kasar "Memang kau tidak lihat ya aku sedang mendengarkan musik!? Mana mungkin aku mendengarmu!?"

Pemuda itu meraih earphone di tangan hitoka dan menempelkannya di telinga "tapi musiknya tidak ada" sahutnya polos

Hitoka seketika jadi gugup, memang earphone itu hanya alasan agar ia tak bertemu pemuda ini. Gadis itu berdehem untuk meredakan gugupnya

"I–itu.. tentu saja karna aku sudah mematikannya!"

Pemuda itu mengangguk anggukan kepalanya dengan ekspresi yang mencurigakan. "Hmmm jadi begitu.."

Ia berjalan pelan memutari badan Hitoka dan berhenti disampingnya—dimana tas sekolah Hitoka berada— membuat Hitoka mengernyit waspada.

"Sakai Hitoka.." gumamnya

Pemuda berambut merah muda itu menarik sesuatu dari tas Hitoka dan mendekatkannya ke wajah gadis itu

"..jika kau ingin jadi penipu ulung, aku rasa aku bukanlah sasaran yang tepat untukmu"

Ujung jari pemuda itu menggenggam ujung earphone yang Hitoka gunakan sejak tadi.. yang tidak tersambung pada ponsel ataupun media pemutar mp3 lainnya

Mata coklat Hitoka membulat sempurna ketika melihat kerlingan jahil dari pemuda yang seolah mengintimidasinya itu. Gadis itu mulai bergerak tak nyaman dan bicara gelagapan

"A– I-itu.. aku bisa.. b-bukan seperti yang kau bayangkan.."

"Kau harus menciumku jika ingin mendapatkan ini kembali" sedetik kemudian.. pemuda itu sudah menghilang dari hadapannya

"Tidak tidak, tunggu!"

Hitoka seketika menyesal kenapa ia harus mengenal pemuda super jahil itu. Harusnya ia tidak pernah meminjamkan handuknya pada pemuda itu saat pelajaran olahraga sewaktu SMP dulu dan membuatnya harus menjalani hari hari menyebalkan setiap harinya

Maka.. ia pun tak harus repot repot bertemu hari yang menurutnya benar benar sial ini

"HAYATOOO!!!! KEMBALIKAN EARPHONE KUUUUU!!!!"













Okeee chapter pertama rampung yaa. Di dedikasikan kepada fitur kenangan ku di fesbuk yang membuatku mengingat kembali semua tokoh didalam ff ini 😘

Semoga suka yaa🧡

You've Fallen For Me; ebidan x stardust planetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang