"Fanyykuuu..!!"
"Michael! Lu kemana aja? Kagak kebablasan tidur berjam-jam di rooftop-kan, lu?"
Bella mengangkat kedua tangannya ke udara, layaknya anak balita yang ingin dipeluk sang Bunda, dengan sangat antusias Bella berlari kecil menghampiri tubuh kecil Fany. Sedangkan Sebastian yang barusan juga menanyakan kabar teman 'sehidup-sematinya' itu berjalan santai di belakang Bella sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Tentu tingkahnya itu membuat para adik kelasnya tertohok memandangi paras rupawan Sebastian. Plis deh, sangat kalem. Adem liatnya.
"Sayangkuuu," Bella berhasil memeluk Fany sebelum sang pemilik tubuh mungil itu menghindar.
"Aduh, Bel! Engap!" Fany memekik, ia bersusah payah melepaskan pelukan maut dari sahabatnya yang sedang kerasukan setan Teletubbies ini, "Lepasin, Bella! Gua bukan Tinky Winky, Dipshy, Lala, ama Uddin! Gua bukan pasukan Teletubbies, ih lepasin!" Fany terus meronta-ronta dengan omongan ngawurnya, ia tidak suka dipeluk, itu menjijikan bagi Fany.
Bella melepaskan tautannya, ia mengepal kedua telapak tangannya yang dihentakkan ke bawah, "FANY! LU KEMANA AJA SIH?! KENAPA JIDAT LU BISA KAYAK GINI?!" Bella menggerutu bak anime-anime Jepang yang melampiaskan kemarahannya dengan gestur imut yang menggemaskan.
"Nginep di rumah gua, Bel, nanti malem gua ceritain." jawab Fany seadanya. Ia merasa tidak mood harus berbicara panjang lebar hanya untuk menceritakan kejadian tadi pagi.
Mendengar Fany berkata seperti itu, membuat dada Michael sedikit sesak, ia mengkhawatirkan seseorang. Hanya sedikit memang, tapi itu berhasil membuat gejolak di dadanya memberontak ingin membela.
"Fan," ucap Michael berbisik di sebrang telinga Fany, tentu saja ia sedikit membungkuk untuk mensejajarkan mulutnya dengan daun telinga milik Fany. Fany menoleh ke sumber suara, sontak mata cokelat itu membulat dengan apa yang ia lihat di depannya sekarang. Fany bisa menebak benda merah muda itu sangat kenyal dan lembut bila di..
Di..
Di cii..
'Apasih!' buru-buru Fany menghempaskan pikiran liar yang melesat dipikirannya.
"Kenapa, kak?"
Alex yang menyadari hal itu langsung pergi meninggalkan orang-orang yang serasi dengan pasangan mereka. Ya, Sebastian sangat cocok bersama Bella, dan Michael juga tak kalah serasi dengan Fany.
"Gua duluan, Chel, Seb," pamit Alex, "Fan, cepet sembuh sama luka di jidat lu," lelaki yang tak kalah tampan dari Michael dan Sebastian itu menepuk pelan pundak Fany sebelum ia benar-benar pergi. Sedangkan Michael yang menyaksikan telapak tangan Alex bersentuhan dengan bahu Fany tak acuh sama sekali, ia memandangnya biasa saja tanpa ada cemburu sedikit pun, karena pada kenyataannya Fany memang bukan siapa-siapa bagi Michael. Hanya orang asing yang satu sekolah dengannya.
"Ehem, gua sama kak Seb juga duluan ya, Fan, sampai ketemu nanti sore," Bella melambaikan tangan kanannya di bawah dagu, merasa canggung dengan situasi sekarang yang entah kenapa Michael terlihat sangat dingin dan menakutkan, Bella menggeret Sebastian untuk menjauh dari dua insan yang sedang diam seribu bahasa sambil menatap bingung teman-temannya yang pergi tanpa alasan yang jelas.
Halaman sekolah mulai sepi, karena memang sebelum Fany keluar dari UKS sudah terdengar bel pulang berbunyi dua puluh menit yang lalu, jadi artinya? Apa hanya tinggal mereka berdua saja yang sedang berdiri di sini?
Setelah memandang kepergian Bella dan Sebastian, kedua pasang mata cantik itu menatap kagum manik cokelat terang milik cowok dihadapannya ini, Michael masih setia memandangi punggung temannya yang berjalan bergandengan dengan teman Fany, apa mereka pacaran? Batin Michael.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC SCHOOL
Teen FictionMichael Daviss, mantan kapten tim basket Garuda-Jakarta yang selalu menjadi primadona sekolah. Tidak terasa, waktu berputar begitu cepat, ditahun ajaran baru ini ia dipertemukan dengan sosok perempuan yang sangat menyukai hujan, Stiffany. Seperti me...