Brak!
"AAAKKK!!! YAA ALLAH.. JADIKANLAH DIA JODOHKUU!!"
Fany mendobrak pintu kaca yang menuju balkon dengan kekuatan tangannya. Sesampainya di lantai yang tidak tertutup genting itu, ia langsung berteriak seperti orang kerasukan dengan kedua tangannya yang ditempelkan di ujung sisi kanan dan kiri bibir untuk dijadikan sebagai perantara corong.
Setelah sopir bus menghentikannya di depan halte milik perumahan Bianca tadi, Fany langsung terbirit-birit untuk segera keluar dan membayar ongkosnya dengan uang senilai lima puluh ribu tanpa menginginkan kembalian. Saking ingin cepat-cepat berada di balkon kamarnya untuk melampiaskan perasaan jantungnya sendiri yang sedari tadi berdetak kencang tidak karuan di dalam sana. Fany benar-benar tidak mendengar abang-abang supir busnya yang terus berteriak, "Non! Kembaliannya, Non! Ini kembaliannya gak diambil? Non!"
Dirinya malah berlari antusias memasuki gerbang perumahan sambil menyapa kedua satpam yang sedang bertugas di sana dengan senyum yang sumringah.
"Sore, bapak-bapak penjaga perum! Sehat selalu yak!"
Tentu dengan sikapnya yang sangat ceria itu membuat kedua satpam yang disapa sepertinya terheran-heran.
"Salah karo bocah kuwi?¹"
"Aku pun ora ngerti.²"
Dan tibalah di sini, tempat di mana seorang Stiffany selalu terhibur dengan sapaan angin yang menghembus menyapa kulitnya. Sejuk, Fany selalu merasakannya, dan ia benar-benar menikmati berlama-lama di tempat ini sambil melihat halaman rumahnya dari atas.
"Loh? Mobil siapa yang dateng," gumamnya bermonolog disaat sebuah mobil sedan berwarna hitam memasuki halaman rumahnya. Ia benar-benar tidak pernah melihat jenis mobil itu terparkir di depan rumah, yang berarti, siapa pun pemiliknya pasti orang asing bagi Fany.
Ya, tapi tidak untuk Ibunya.
🔸♥🔸
Fany hendak memasuki kamar mandi yang sudah tersedia di dalam kamarnya sendiri, ia baru saja selesai memilih baju gantinya untuk dipakai sehabis mandi nanti. Tapi, sebelum dirinya benar-benar masuk ke dalam ruangan yang bergema itu, langkah kakinya terhenti dikala ada suara yang memanggilnya dari balik pintu utama kamar, "Sayang? Kamu ada di dalam?"
"Mamah? Iya, Mah, kenapa?"Ceklek.
Pintu kamar terbuka, menampilkan raut wajah Sarah–Ibu Fany, yang dikagetkan dengan seragam sekolah Fany yang basah kuyup, "Astaga, kamu masih main hujan-hujanan, Fan?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC SCHOOL
Fiksi RemajaMichael Daviss, mantan kapten tim basket Garuda-Jakarta yang selalu menjadi primadona sekolah. Tidak terasa, waktu berputar begitu cepat, ditahun ajaran baru ini ia dipertemukan dengan sosok perempuan yang sangat menyukai hujan, Stiffany. Seperti me...