Bagian 4

3 0 0
                                    


Hari ini hari minggu yang sangat berbeda dari biasanya. Suasana yang biasanya hangat dan ceria tiba-tiba berubah menjadi suasana yang hening seakan-akan ada suatu jarak yang begitu lebar di antara para penghuninya. Tak ada sapaan yang diucapkan oleh seseorang dari lantai atas rumah. Yuppp... minggu pagi ini tak terdengar suara Keira dari lantai atas untuk menyapa. Padahal di hari minggu, dia menjadi orang pertama yang antusias untuk melakukan kegiatan bersama dengan keluarganya. Namun, dia tak lagi menunjukkan batang hidungnya sejak kejadian semalam. Selama satu minggu ini, memang menjadi minggu paling berat buat Keira.

Mimpinya yang sudah di depan mata, harus begitu saja dia relakan karena tidak ada persetujuan dari kedua orang tuanya. Keira yang ceria berubah menjadi sosok yang murung dan menjadi mudah menyerah serta pasrah. Hal tersebut berbanding terbalik dengan saudara dan teman-temannya yang sangat antusias menyambut status baru bagi mereka.

Cklekk...

"Selamat pagi semuanya", sapa Kiara sambil melihat ke lantai bawah.

"Ehhh, tumben kok sepi sih. Pintu kamar Keira juga masih ke tutup. Ayah sama Bunda juga tidak ada dibawah. Apa mungkin mereka udah jalan duluan dan sengaja ninggalin gue", ucap Kiara.

Kiara pun akhirnya memutuskan turun ke bawah untuk mencari Ayah, Bunda dan Keira. Mulai dari ruang tamu hingga taman belakang rumah tidak ada tanda-tanda dari orang-orang yang dia cari, bahkan si mbok Darsih dan mbak Fitri pun tak tampak. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk kembali naik ke kamarnya. Saat tiba didepan pintu kamarnya, Kiara merasa ada hal yang janggal pada Keira. Dia pun memutuskan untuk berbalik badan menuju kamar Keira.

Tok, tok, tok.. Suara ketukan kamar dari Kiara untuk membangunkan Keira. Hingga tiga kali tidak ada tanda-tanda kemunculan dari Keira. Dengan terpaksa tanpa meminta izin dari sang punya kamar, Kiara langsung saja masuk ke kamar Kiara.

"Kei, Keira", ucap Kiara.

Ihh.. kok tumben sih gelap banget gak biasanya dia matikan semua lampunnya, gumam Kiara.

"Kei, kok tumben ..... ", Kiara pun terdiam sejenak.

Dia sangat kaget melihat kamar Keira yang kosong tak berpenghuni. Kiara mencari di sekeliling kamar untuk mencari sosok Keira yang tidak ada di kamarnya. Dengan cepat dia turun ke lantai bawah untuk memastikan kembali apakah saudaranya itu sedang berkumpul dengan orang tuanya. Sesampainya di bawah, ternyata Kiara tidak menemukan saudaranya. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi orang tuanya yang sejak pagi tidak ada di rumah.

"Halo Bun, Bunda sama Ayah ada di mana sekarang ??", tanya Kiara dengan nafas tersengal-sengal.

"Kiara ada apa nak ? Kamu kenapa Kia, tenang dulu ambil nafas pelan-pelan, setelah itu kamu cerita ke Bunda", jawab Bunda dengan nada cemas.

"Bunda sekarang buruan pulang ke rumah. Keira... Keira gak ada di kamarnya Bun. Keira gak ada di rumah", ucap Kiara.

"Apa... gak ada di rumah ??. Yakin dia gak ada di rumah ?? Coba kamu cek lagi ke bawah atau ke taman komplek. Biasanya Keira ada disana", perintah Bunda.

"Semua sudah aku cek Bun, tapi tetap aja, dia gak ada di rumah. Oke, coba aku cari ke .....", balas Kiara.

"Tunggu nak, kamu gak usah ke taman biar Bunda sama Ayah saja. Kamu di rumah saja tunggu kabar dari Bunda. Kamu tenang dulu ya". Sela Bunda.

"Oke Bun, semoga ada kabar baik", tutup Kiara.

.....

Flashback kejadian semalam.

"Sepertinya gue harus keluar dulu dari rumah ini. Gue mau ngehibur diri sendiri. Memang harusnya lo itu harus nurut Kei sama Ayah. Kalo nurut kan hidup lo akan terjamin dan mapan. Lo itu harus contoh si Kia. Dia selalu nurut dan lakuin apa yang Ayah sama Bunda mau. Ahhhhhhh... bisa gila gue lama-lama", ucap Keira pada dirinya sendiri di depan cermin.

Cita dan CintaWhere stories live. Discover now