~"~
Anak muda harusnya peka
Peduli dengan lingkungan sekitar
Jangan hanya diam membatu bak mortar
Bangkit dan meleklah dengan perkembangan lini masa
Bukan hanya merangkai diksi manis semata
/ɑfissɅ/
"Selimut sudah, baju untuk anak-anak sudah, baju orang dewasa sudah, baju bayi sudah, makanan siap saji su..... eh mana makanan yang mau kita bawa ke pengungsian?." Tanya Anggi sambil mengecek barang tak terkecuali alas tulis yang dipegangnya selalu bak mandor.
"O iya, kemana ya? Perasaan tadi udah gue bawa deh." Sambung Een
"Duh gimana nih, mana sebentar lagi tim kita bakalan jemput." Anggi tampak khawatir sambil terus mencari-cari kardus yang berisi makanan, bagaimana Anggi tidak khawatir?. Ini semua adalah tanggung jawabnya selaku ketua pelaksana.
"Lo cari apa? Cari ini?." Ucap laki-laki yang menyela kesibukan Anggi
"Eh iya itu, kok bisa ada di lo? Lo ambil ya tadi?."
"Ya elah... udah dibantuin masih aja gue di tuduh."
"Tau nih Anggi, bersyukur loh Raindy udah bantuin kita. Macam pangeran di film-film gitu." Een membela Raindy yang dibalas sikutan lengan Anggi
"Aduh... apaan sih An..." diikuti sorot tajam mata Anggi mengisyaratkan Een untuk bungkam.
Tit tit.... Suara lengking klakson mobil memecah perdebatan mereka bertiga, mengintruksi untuk segera memasukkan barang-barang yang akan didonasikan ke korban bencana alam. Setelah memasukkan barang-barang ke dalam mobil, mereka segera melaju ke tempat dimana orang-orang kehilangan sanak keluarga mereka, rumah yang rata dengan tanah, senyum yang tak lagi merekah, dan trauma yang menyelimuti jiwa mereka.
"Widih... udah ada di sini aja lo." Sapa Raindy yang melihat Zulfan sudah sibuk membagikan makanan siap santap.
"Iya lah, gak kayak lo masih luluran." Sambung Zulfan yang sedikit menggoda Raindy
"Awas lo ya." Ancam Raindy
"Udah-udah ayo kerjain tugas kalian masing-masing, jangan pada ribut gini." Perintah Anggi
Anggi dan teman-temannya berpencar membagi tugas sesuai yang sudah direncanakan, ada yang membagikan makanan, ada yang membagikan baju-baju, ada yang membantu membangun tenda, ada yang membantu BNPB dan warga yang sedang memasak di dapur umum, dan Anggi bertugas untuk memberikan trauma healing pada anak-anak. Anggi disambut oleh para relawan lainnya yang juga datang dari daerah-daerah yang lebih jauh darinya. Bahkan mereka berasal dari daerah yang sebulan lalu juga mengalami bencana alam serupa dari daerah asal mereka.
Anggi tertegun saat relawan perempuan itu membagikan kisahnya dan memompa semangat anak-anak agar terus bangkit karena hidup masih panjang. Masih banyak kesempatan untuk meraih asa kembali dan masih lebih banyak harapan lagi untuk membanggakan ibu pertiwi.
Kemanusiaan memang sudah melekat pada jiwa tiap insan, tinggal bagaimana kita memupuknya agar terus tumbuh dan menyebarkan kebaikan untuk lingkungan sekitar.
Trauma healing yang disampaikan kepada anak-anak memang harus yang ringan-ringan, seperti bermain permainan, menyanyi, bahkan menari untuk bisa mengekspresikan emosi mereka dan mengurangi ketakutan.
Sedangkan trauma healing yang disampaikan untuk orang dewasa bisa dengan memberikan ruang untuk mengeluarkan keluh kesah mereka, tidak perlu memberikan terlalu banyak solusi karena yang mereka butuhkan hanyalah tempat untuk mencurahkan perasaan mereka. Mereka butuh tempat untuk di dengar, butuh tempat untuk melunturkan stress ketika harta benda semuanya hancur tak tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di kala Rain-du
Teen FictionMengikhlaskan, satu kata yang mudah di ucap tapi sulit dilakukan, seperti halnya Surah Al-Ikhlas tak ada kata ikhlas di dalamnya karena ikhlas tak terlihat dan ikhlas tak terucap, ia hanya terasa dalam hati. Mengikhlaskan cinta yang telah terpendam...