2. He

87 22 2
                                    

Asrama malam hari ini cukup sepi. Angin berhembus pelan membelai pucuk kepala Rasya yang tertutup kerudung. Rasya kini duduk di luar kamar asrama ditemani segelas kopi hangat yang dia buat tadi. Udara malam hari membuatnya betah berlama-lama di luar kamar. Inilah yang terkadang membuat Rasya tidur lagi setelah subuh. Kebiasaan yang kurang baik.

Rasya menghembuskan napas pelan, matanya menerawang jauh. Masa-masa dimana dia bersekolah di SMP dahulu, mengingatkan dia dengan Rama. Ya, Rama. Rasya sedikit mengembangkan senyumnya tipis. Rasanya itu tidak akan terulang lagi.

"Kamu lagi ada masalah, Sya"

Suara Ais mengagetkan Rasya, "Astaghfirullah, ngapain kamu di sini, Ais?"

"Lah harusnya aku yang tanya, kamu ngapain di sini?"

"Ah hehe cuma mau menikmati udara yang sangat segar di malam hari ini,"

Ais memutar bola matanya malas, "Nggak percaya aku,"

Terkadang Rasya berpikir, mengapa Ais selalu tahu keadaannya? Apa jangan-jangan Ais cenayang? Atau mungkin,

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh,"

Tuh kan bener! Ais itu cenayang.

"Suka bingung sama sifat kamu, pendiam tapi menyimpan banyak rahasia"

"Justru yang pendiam itu memang memiliki banyak misteri,"

"Termasuk kamu?" canda Rasya.

Ais yang ditanya hanya mengedikkan bahu tak tahu. Ais tahu, temannya yang satu ini pasti pikirannya sedang kalut. Namun Ais tak ingin memaksa Rasya untuk bercerita dengannya. Lagi pula, jika nanti Rasya siap untuk bercerita, pasti Ais siap mendengarkan.

"Dunia ini sempit, ya, seolah ingin selalu mempertemukan aku dengan dia,"

"Ya, semesta mempertemukan kalian, tetapi tidak untuk menyatukan."

🍃🍃🍃

Pagi ini Rasya dikagetkan lagi oleh sebuah coklat yang ada di loker meja miliknya. Baru satu hari kemarin dia memasuki kelas ini, mengapa ada coklat misteri ini lagi? Bagaimana bisa seseorang dengan cepat mengetahui Rasya berada di kelas ini dan duduk di tempat ini? Bagaimana bisa?

"Ini nggak bisa dibiarin kalo terus-terusan begini. Aku harus cari tau. Ya, aku harus cari tau,"

Saat berbalik badan, Rasya dikejutkan oleh kedatangan Rama yang membuat keseimbangannya sedikit oleng. Rama dengan cekatan menarik tangan Rasya agar tidak jatuh. Manik mata mereka berdua bertemu. Seakan tenggelam dalam mata Rama yang meneduhkan, Rasya kembali tersadar.

"Eh em, maaf aku nggak sengaja"

"Nggak usah minta maaf, lo nggak salah. Lagian kenapa sih lo kaget liat gue?"

"Yah kan aku nggak tau kalo kamu di belakangku,"

"Alesan aja lo. Bilang aja lo mau ditolongin sama gue 'kan?"

"Mana aku tau kalo aku mau jatuh," Rasya menatap ke arah Rama dengan kesal. Kenapa dia jadi sangat amat percaya diri seperti ini? Mungkin tadi makannya salah kali ya?

"Yaudah nggak usah marah, tambah tua sukurin lo,"

"PAGII NENG RASYA CANTIKK!!,"

Suara Raka menggelegar di kelas Rasya. Rasya berdecak kesal dengan kedatangan Raka.

"Apa?! Ck suara kamu tu ya lebih keras dari toa tau nggak?"

"Aelah si oneng marah-marah mulu, tambah cantik tau rasa lo,"

Story of MadrasahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang