Prolog

169 31 10
                                    

Langkah terburu-buru Rasya di sepanjang lorong asrama membuat Bu Nyai geleng-geleng kepala. Bu Nyai mengira pasti Rasya tidur lagi setelah sholat subuh hingga dia telat pergi ke madrasah. Ini memang hari pertama masuk madrasah selama libur panjang kenaikan kelas. Dan ya, Rasya lupa kalau hari ini sudah berangkat ke madrasah. Setidaknya, dia tidak lupa untuk tidur selama liburannya.

Pemalas. Satu kata yang menggambarkan Rasya saat itu. Di balik sifatnya yang periangnya, ada sedikit rasa malas yang bersarang di tubuhnya. Tetapi, soal tanggung jawab, dia nomor satu. Memang, manusia tidak ada yang sempurna. Tapi, manusia adalah makhluk yang paling sempurna.

"Eh ada Bu Nyai," ucap Rasya saat sampai di depan Bu Nyai lalu mencium tangannya.

"Ckckck. Kamu itu kenapa lari kayak dikejar setan gitu. Jangan lari-lari, nanti kalau jatuh ke bawah gimana?"

Jatuh kan emang ke bawah, nyungslep ke gorong-gorong sekalian. Haha

Di balik sifat Bu Nyai yang penyayang, anggun, dia juga memiliki selera humor yang lumayan bisa dibilang tinggi. Bu Nyai tidak ingin melihat anak asramanya merasa segan untuk berbicara dengannya, sebaliknya Bu Nyai menginginkan siapapun yang ada di asrama merasa nyaman saat bersamanya.

"Bu Nyai nggak tau? Rasya habis dikejar sama fans Rasya yang banyaknya nggak ketulungan itu, bu"

"Oh jadi fans kamu itu, setan? Astaghfirullah Rasya"

"Eh bu-bukan gitu maksud saya bu. Masa ada setan yang suka sama Rasya yang pemalas ini? Hehe"

"Lagian kamu ini, kenapa bisa jam segini baru mau berangkat? Kamu lupa, ya, hari ini udah masuk sekolah"

Rasya meringis menatap Bu Nyai, merasa malu. "Maaf Bu Nyai soalnya tadi ada kendala hehe, Rasya berharap belum telat, tapi, mobil asrama juga pasti udah berangkat. Rasya pamit ya bu, naik angkot aja insyaallah ada. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, hati-hati Sya."

Rasya pun berhasil keluar dari asrama. Dia menengok kanan kiri tak ada angkot yang berlalu lalang. Sebenarnya, jarak asrama ke madrasahnya hanya berjarak 2km. Apa mungkin Rasya harus berlari saja? Mengingat jaraknya tidak cukup jauh. Jam yang melingkar di pergelangan Rasya menunjukkan pukul 06.45. Itu artinya, 15 menit lagi bel berbunyi. Ya, Rasya harus berlari.

Rasya memang senang berlari, apalagi saat penilaian olahraga. Dia pernah mendapat juara ketiga saat lomba lari satu kelas. Rasya tidak menghiraukan rok yang dipakainya. Beruntung, rok yang dipakainya lumayan besar dan longgar sehingga tidak mudah sobek.

Rasya sudah hampir tiba di madrasah. 5 menit lagi. Yah, sepertinya Rasya sangat bersyukur untuk hari ini. Larinya lumayan cepat, pikir Rasya.

Sesampainya di gerbang, dia mengatur napas. Tarik napas, keluarkan, tarik napas, hembuskan, "Hhuuuhhh... Akhirnya sampai juga"

Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya, membuat Rasya kembali menegakkan tubuhnya lalu menghadap ke belakang.

"Telat ya, neng?"

"Nang neng nang neng, nama aku bukan neneng!"

"Siapa yang bilang nama lo Neneng, ha?"

"Lagian kamu manggilnya gitu,"

"Itu mah nama panggilan sayang dari gue"

Rasya berasa ingin muntah mendengar ucapan dari satu temannya ini.

"Yaudah jangan cemberut gitu dong, gue kangen sama lo, udah berasa satu tahun nggak ketemu lo padahal liburan cuma satu bulan"

"Ngapain pake kangen segala, playboy cap badak kayak kamu kan, ceweknya banyak"

"Jangan marah gitu dong Sya, gue tau gue ganteng, fansnya banyak, yang suka juga banyak. Tapi tenang, hatiku hanya untuk kamu seorang"

Raka tersenyum bangga, membuat siswi lain yang melihat di sekitarnya menjerit histeris. Tapi tidak dengan Rasya, dia sudah menganggap Raka teman atau mungkin sahabat dari hampir satu tahun yang lalu.

"Aku mau ke mading, cari kelas. Bay!"

"Syaaa tunggu! Gue ikut aelahh"

Sesampainya di mading.

"Hm kelas XI IPA 2, alhamdulillah," Rasya tersenyum senang.

"Kok gue nggak bisa satu kelas sama lo sih, heran gue"

"Ya nggak bisa lah, kamu kan jurusan IPS" Rasya memutar bola matanya malas.

"Iya juga ya, yaudah gue pindah jurusan IPA aja kalau gitu, biar bisa satu kelas sama lo"

"Ck. Udah deh nggak usah pindah pindah segala. Udah kamu mengabdi aja di kelas IPS, kamu kan udah nyaman di kelas itu."

"Wah ide bagus, tapi gue juga udah nyaman sama lo kok"

"TERSERAH!"

Rasya menghentakkan kakinya kesal lalu meninggalkan Raka untuk menuju ke kelas. Saat melewati ruang guru, dia dikejutkan oleh seorang laki-laki tengah duduk membelakangi Rasya. Rasya berpikir, mungkin ada anak baru.

.
.
.

Story of MadrasahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang