Rama celingukan mencari sumber suara yang tadi memanggilnya. Lamat-lamat dari kejauhan, dia melihat segerombol laki-laki yang dia duga adalah tim futsalnya. Dan ya, benar. Mereka sekarang sedang berada di gedung futsal yang cukup terkenal di kota ini. Tak jarang juga, tempat ini diadakan lomba futsal setiap ada event tertentu.
Untuk perkenalan, tim futsal mereka ada 8 ditambah Rama jadi 9 orang (inti+cadangan). Mereka adalah Raka, Fikri, Rama, Hatong, Zidan, Zaka, Sutan, Rendi, dan Awan.
Rama bergabung dengan temannya yang lain, kemudian pemanasan seperti biasa sebelum memulai futsal. Berbeda dengan Raka, dia justru membuka aplikasi youtube lalu memutar video yang ada di dalamnya.
SENAM KEWER-KEWER.
Siapa yang tidak mengenal senam ini? Senam yang sangat disukai oleh Raka. Raka menggerakkan badannya mengikuti irama. Musik disetel sangat keras menjadi daya tarik untuk teman-teman yang lain. Mereka seolah tak peduli dengan pemanasan yang baru saja mereka lakukan. Dengan semangatnya, mereka menirukan gerakan Raka dan berjoget ria.
"Asekk,"
"Tarik mangg!"
"Senam kewer-kewer ala Raka!"
"Kampret lah Raka!"
"Raka somplak emang!"
"Raka semprulll!"
"Raka kembarannya SI ALAN!"
Begitulah serentetan cacian dan makian dari teman-teman Raka. Raka tak mempermasalahkan itu. Dia memang senang melakukan aktivitas apapun, yang penting membuat hatinya senang. Rama yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala sesekali tertawa pelan. Musik behenti, Raka berdecak kesal.
"Sekali lagi dong, Ka!"
Baru akan memutar kembali, Fikri selaku kapten futsal mengambil hp milik Raka lalu menyimpannya di tas.
"Sekarang kita latihan futsal dulu, kalo mau lanjut nanti lagi!" Putus Fikri.
"Nggak asik lah pak kapten," protes Hatong.
"Bener apa yang dibilang Fikri, kita latihan futsal dulu aja." Putus Raka kemudian disetujui oleh semuanya.
"Di sini gue yang jadi kapten. Napa pada lebih setuju sama Raka, heran gue" Fikri memberengut kesal.
Mereka pun melakukan latihan futsal selama 1 jam diselingi istirahat dan melanjutkannya lagi. Jam menunjukkan pukul setengah 6 petang. Beruntung di gedung ini terdapat 5 kamar mandi dan juga mushola di seberang gedung. Mereka semua selalu membawa baju ganti serta sarung untuk sholat dikarenakan pulang terlalu malam. Rama pun tak lupa membawa karena sudah diberi informasi saat pulang sekolah tadi. Mereka mengambil baju ganti lalu mengantre di kamar mandi untuk sekadar membersihkan badan.
Adzan maghrib pun berkumandang. Mereka bergegas menuju mushola seberang untuk menunaikan sholat. Raka bersalaman dengan sang muadzin, bang Sofyan, diikuti teman yang lain. Mereka semua memang akrab karena setiap futsal sampai petang, mereka akan melaksanakan sholat di sini. Jika di mushola ini tidak ada imam, Zidan –yang termasuk tim futsal mereka– menjadi imam. Mengingat Zidan adalah orang yang lebih paham agama dibanding teman-temannya.
Bang Sofyan pun ber-iqomah dengan merdunya. Teman-teman Raka berdecak kagum, selalu saja mereka kagum dengan bang Sofyan, masih muda sudah menjadi muadzin, dan suaranya tak perlu diragukan lagi. Bang Sofyan selesai, menyuruh Zidan untuk menjadi imam karena tidak ada yang ingin menjadi imam. Zidan menyanggupi hal itu lalu mulai berjalan ke tempat imam.
Zidan menyuruh semua jamaah untuk merapikan shafnya.
"سَوُّوا صُفُوفَكُمْ , فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاةِ"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Madrasah
أدب المراهقينApakah SMA dan MA itu sama? Pertanyaan yang sering melintas di pikiranku. Mungkin banyak orang berpikiran bahwa keduanya itu berbeda. Nyatanya sama saja, hanya yang membedakan adalah keagamaannya. Jika di SMA semua agama berkumpul, sedangkan di MA h...