Author POV
Pagi hari yang cerah, secerah senyum seorang gadis bernama Sefinara Ayuning Alaksa atau Nara. Gadis yang memiliki mata sipit, pipi yang sedikit chuby, hidung sangat pesek, bibir yang agak tipis, berkulit sawo matang keturunan ibunya yang berasal dari Jawa Tengah, dan memiliki berat badan yang pas dengan tingginya.
Hari ini adalah hari pertama Nara resmi menjadi murid SMA. Nara sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah daritadi.
Kini Nara sedang menatap pantulan dirinya di cermin, penampilannya selalu tidak berubah. Selalu tidak ada polesan make up atau bahkan skin care sama sekali di wajahnya, rambut yang dikuncir tapi tetap saja berantakan, dua gelang tali melingkar di tangan kirinya, dan seragam yang longgar tidak menampilkan bentuk tubuhnya.
"Naraaaaaa, udah siang! Kamu mau berangkat jam berapa?!" teriak Luna, mamah Nara.
Nara tersadar dari lamunannya, ia bergegas mengambil tasnya yang hanya berisi satu buku kosong, tempat pensil, dompet, earphone, dan charger. Nara langsung keluar kamar dan menuruni anak tangga untuk menghampiri mamahnya yang tengah meladeni adiknya sarapan.
Nara langsung meminum susu yang sudah disediakan mamahnya ketika ia sampai di meja makan. "Mah, Nara langsung berangkat ya," pamit Nara yang menyalami tangan Luna.
"Jangan lupa pake helm, hati-hati nak," ucap Luna yang hanya diangguki oleh Nara.
Nara melenggang keluar rumah begitu saja. Ia memang jarang sekali memakan sarapannya, itu sudah kebiasaannya dari TK.
Nara mengeluarkan motor beat street kesayangannya dan memakai helm fullfacenya. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk Nara sampai di sekolahnya, SMA Semesta.
Nara memarkirkan beat streetnya dengan rapih di parkiran khusus kelas sepuluh. Ia membuka helm fullfacenya lalu merapihkan rambutnya yang memang tidak pernah rapih.
Nara mengedarkan pandangannya, mencari Anes, sahabatnya sejak duduk di bangku SMP. Baru saja Nara berjalan beberapa langkah, Nara merasakan hp di saku roknya bergetar.
Anesialand is calling......
"Kebeneran ni anak telepon," gumam Nara lalu menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.
"Halo Ra,"
"Iya. Gue udah nyampe sekolah, lo dimana?"
"Gue ada di deket papan informasi, sebelah ruang TU,"
"Lo udah tau dimana kelasnya?"
"Belum, gue nungguin lo biar bisa bareng hehe,"
"Yaudah lo tunggu di situ, jangan kemana-mana"
"Ayay captain!"
Setelah mematikan sambungan telponya, Nara memasukan hpnya lagi ke saku rok dan bergegas ke tempat sahabatnya berada.
"NARAAAAA!" seru seseorang.
Nara menoleh mencari sumber suara, ternyata sahabatnya lah yang memanggil namanya dari kejauhan sambil melambaikan tanganya, Nara langsung menghampiri sahabatnya itu.
"Kita dapet kelas apa yah? Gue lupa njir," ucap Nara nyengir.
"Lah si bloon, kelas sendiri lupa,"
"Ya saya juga manusia yang tak luput dari kesalahan,"
"Bacot lo Ra. Lo mah pikunnya kelewatan, giliran doi mah susah banget nglupainnya,"
"Dih kenapa jadi bahas doi sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Hilang
Teen FictionYang paling dekat pun bisa menjadi sosok yang paling jauh di lain waktu. Begitulah orang-orang yang ada di kisah seorang gadis bernama Sefinara Ayuning Alaksa.