Author POV
Tiga minggu sudah berlalu, hari-hari Nara berjalan cukup lancar. Pertemanannya dengan Anes, Yasmin, dan Gita semakin akrab. Banyak juga yang mulai penasaran dengan hubungan Nara dengan Arian, tapi Nara lebih memilih bodoamat saat ada yang bertanya atau membicarakannya di belakang. Juga dengan Satria dan Dika yang ternyata tidak berpengaruh dalam kehidupan Nara sekarang, perlahan Nara akan melupakan Rafi dan menepati janjinya dengan Arian.
"Naraaaaaaa! Bangun woi! Tidur mulu kerjaan lo, masih pagi juga!" omel Anes yang melihat Nara tertidur sejak Nara sampai di kelas tadi pagi, untung dua jam pertama kosong akibat sang guru pergi dinas ke luar kota.
Nara tak mengindahkan omelan Anes, ia masih tetap tidur dengan pulas tanpa bergerak sedikit pun.
"Naraaaa bangun nggak? Ini udah ganti jam, ada tugas sebelum praktek! Woi!" Anes mengomel tepat di samping telinga Nara.
Nara mengulet dan mengucek matannya. "Apaan sih?!" kesal Nara karena tidurnya diganggu.
"Apaan sih apaan sih! Nih tugas kerjain, dikumpulin maksimal habis istirahat pas mau praktek," omel Anes kesal. "Lo semalem ngapain aja sih? Jadi kelalawar?" tanya Anes heran dengan sifat pelor Nara yang tambah parah sejak masuk SMA.
"Semalem telponan sampe jam tiga," ucap Nara tak sadar karena nyawanya belum kumpul.
"Heh?! Telponan sama siapa anjir?!" heboh Anes penasaran.
"Ups, mulut gue bego banget," ucap Nara saat menyadari ucapannya, ia menabok mulutnya pelan.
"Jujur sama gue, gamau tau! Semalem lo telponan sama siapa hm?" tanya Anes.
"Ah nyebelin, ntar lo mah langsung ngira yang ngga ngga," gerutu Nara.
"Jujur atau gue tanya ke Arian aja, dia pasti tau,"
"Arian ga tau, gue belum cerita sama siapapun,"
"Mau gue bilang Arian biar dia ikutan kepo juga?"
"Ngga bisa! Arian kalo udah kepo bisa jadi nyebelin parah, ada aja caranya. Males gue,"
"Yaudah kasih tau siapa? Tinggal bilang aja susah banget,"
"Sama Nabil, puas lo?!"
Anes menganga, ia sedikit tidak percaya. "Hah? Nabil? Bentar bentar," ucap Anes mengingat sesuatu tentang Nabil. "Oh kakak kelas yang lo mintain nama ignya itu? Anjir kalian jadi deket he?" lanjut Anes heboh, untung saja kelas mereka sedang sepi karena yang lain sedang mengerjakan tugas di perpustakaan, termasuk Gita dan Yasmin.
"Shit, untung sepi. Janji lo ga bakal bilang ke siapa-siapa tentang ini," ucap Nara.
"Ahhh anjir andai gada tugas, gamau tau pokoknya lo utang cerita sama gue. Titik, gapake koma!" ucap Anes kesal. "Sekarang ke perpus skuy, tugasnya harus dikumpulin sebelum praktek njir, kalo tugasnya belum ya gabisa ikut praktek," jelas Anes.
"Bentar bentar, emang hari ini ada praktek? Praktek apaan?" tanya Nara heran.
"Praktek kimia bego! Lo ngga baca grup semalem? Infonya kan udah dishare di grup,"
"Aaaaaaaaaa gue ga bawa jas lab anjir! Gue ngga tau ada praktek, gimana dong?!" teriak Nara frustasi.
"Bego lo anjir, bucin sih bucin tapi ngga sampe gini juga," omel Anes. "Gini, kita kebut ni tugas, terus baru nyari jas lab buat lo, gimana?" lanjut Anes.
Entahlah nasib Nara hari ini mungkin sedang tidak baik. Nara hanya bisa pasrah dengan keadaan, dimarahin atau tidak itu liat saja nanti. Sekarang Nara hanya bisa membuntuti Anes menuju perpustakaan untuk mengerjakan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Hilang
Teen FictionYang paling dekat pun bisa menjadi sosok yang paling jauh di lain waktu. Begitulah orang-orang yang ada di kisah seorang gadis bernama Sefinara Ayuning Alaksa.