Rutinitas

2 1 0
                                    

Author POV

Hari ini adalah hari sabtu. Seperti biasa, sepasang muda mudi itu mendatangi lapangan komplek diamond hanya untuk bermain basket.

Yap, sepasang muda mudi itu adalah Nara dan Arian. Mereka tengah asik beradu basket, walaupun akhirnya selalu Nara yang kalah.

Sekarang giliran Arian yang mendribble bola dan Nara berjaga agar Arian tidak bisa memasukan bolanya ke dalam ring.

Arian mendribble bola berusaha untuk menerobos, saat sudah sampai tengah Arian melakukan gerakan seperti akan shoot. Saat Nara sudah loncat untuk menghalangi, Arian langsung mundur dan melakuan jump shoot. Yap, Arian melakukan gerakan fake.

"Dua belas, dua," ucap Arian menghampiri Nara yang sudah mencak-mencak. "Wanna play again baby?" tanya Arian meledek.

"Shit! That's enough, gue pasti kalah," ucap Nara berjalan menuju tepi lapangan.

Nara duduk di tepi lapangan, ia mengambil minum yang ia bawa dari rumah di tas ranselnya yang kecil. Nara menenggak air putihnya hingga tersisa setengah.

"Makanya latihan yang rajin biar bisa ngalahin gue," ucap Arian duduk di samping Nara. Arian menyambar botol minum milik Nara lalu menenggak sisanya sampai habis.

"Ih minum gue Ar!" ucap Nara saat Arian merebut botol minumnya.

"Yah abis Ra, sorry ngga sengaja keminum semua," ucap Arian memberikan botol minum Nara yang sudah kosong, tidak ada isinya.

"Bukan ngga sengaja, tapi niat!" ucap Nara mengambil botol minumnya dan memasukannya lagi ke dalam tas. "Udah sering dibilangin kalo mau basketan tuh bawa minum sendiri, masih aja ngga didengerin," omel Nara.

Arian hanya terkekeh, "Besok besok gue bawa galon sekalian deh," ucap Arian membuat Nara tertawa ringan.

"Garing," ucap Nara.

"Buktinya lo ketawa," ucap Arian.

Nara hanya bergumam, ia malas jika harus membalas perkataan Arian pasti akan menjadi debat.

"Kenapa diem? Pengin pup?" tanya Arian yang melihat Nara diam menatap langit sore yang mulai berganti warna menjadi jingga.

"Bisa ngga sih seharian ngga bikin kesel?" tanya Nara mencubit lengan Arian.

"Bisa ngga sih seharian ngga nyubit lengen gue?" ucap Arian menirukan gaya berbicara Nara.

"Kalo lo ngga ngeselin ya ngga bakal gue cubit lah," ketus Nara.

"Ya maap," ucap Arian.

Nara hanya menatap Arian dengan sengit. Nara tak habis pikir pasti, pasti ada aja kelakuan Arian yang membuat Nara kesal di setiap saat.

"Hmm langitnya bagus banget ya Ar," ucap Nara menatap langit yang sudah berubah warna menjadi jingga. "Tapi sayang datangnya sebentar banget, bentar lagi juga pasti ngilang," lanjut Nara.

Arian hanya bergumam, ia bingung harus menjawab apa. Arian tidak seperti Nara yang pandai bermain kata.

"Kaya kebahagiaan yang gue rasain sekarang, mungkin cuma sebentar dan besok bakal ilang," ucap Nara.

"Lo lagi kenapa sih?" tanya Arian heran.

"Gue lagi deket sama seseorang," celetuk Nara membuat Arian menatap Nara tak percaya. "Serius," lanjut Nara menoleh pada Arian yang sedang menatapnya.

"Siapa?" tanya Arian mengangkat alisnya.

"Gue bakal kasih tau kalo hubungan gue sama dia udah pasti,"

Jangan HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang