Author POV
Bunyi alarm menggema sangat nyaring di dalam kamar yang bernuansa monokrom.
Seorang gadis mengerang, mencari sumber suara yang mengganggu tidurnya.
Gadis itu membelalakan matanya saat membaca label alarm yang bertuliskan 'go out w/ nabil'.
Gadis itu langsung bergegas untuk mandi. Tak membutuhkan waktu lama, hanya lima belas menit ia sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Siapa lagi kalau itu bukan Nara.
Kini Nara sudah memakai jeans putih selutut yang dipadukan dengan sweater berwarna abu. Nara memang sangat suka memakai sweater, kaos oversize, dan hoodie, makannya Nara kalau keluar selalu memakai hoodie, kaos yang dibalut jaket, atau sweater.
Nara menguncir rambutnya secara acak-acakan seperti biasa. Tak lupa, ia juga memakai gelang tali lilit dan jamnya. Lalu Nara memakai bedak bayi dan menyemprot dirinya dengan minyak wangi favoritnya yang berbau kopi.
Setelahnya, Nara mencari hpnya di kasur dan langsung mengabari Nabil bahwa ia sudah siap.
Nara memasukan hp dan dompetnya ke dalam tas selempangnya, lalu ia keluar kamar dan langsung turun ke bawah.
Nara mengunci pintu rumahnya yang kosong, lalu ia memakai sandal gunung kesayangannya di teras sambil menunggu Nabil.
Nara merasakan hp disakunya bergetar, ia berharap Nabil lah yang menghubunginnya. Nara mengeluarkan hpnya, dan ternyata,
Arianjng is calling ...
Dengan malas Nara pun mengangkat telepon dari Arian. "Halo Ar," ucap Nara.
"Anterin gue yuk, beli kado buat teh Nita sekalian mampir njenguk bunda. Seminggu lagi teh Nita ultah,"
"Gue gabisa, gue sibuk Ar,"
"Ngga biasanya lo nolak, sibuk apaan emang?"
"Banyak tugas, lagian masih seminggu lagi kan? Besok atau lusa deh gue anterin,"
"Yaudah kalo lo ngga bisa, jangan dipaksain,"
"Sorry yah Ar,"
"Yoi,"
Tutt, Arian mematikan sambungan teleponnya. Seketika Nara menjadi tidak enak dengan Arian, baru kali ini dia menolak ajakan Arian dengan alasan yang tidak sebenarnya pula.
Nara melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, ternyata baru pukul 09:53 AM.
Mengingat ibunya tidak di rumah, Nara langsung mengirimi ibunya pesan kalau ia akan keluar untuk nonton.
Memang dihari minggu seperti ini, rumah Nara jarang berpenghuni. Ayahnya sibuk bekerja di luar kota, sedangkan adiknya pasti ikut dengan ibunya ke kafe dan akan pulang malam karena kafe yang pasti ramai dihari minggu. Biasanya Nara juga keluar untuk latihan basket dan berlanjut nongkrong untuk mencari wifi bersama Sagia dan Yesi, tapi sudah empat minggu ini ia tidak melakukan aktivitasnya.
Tak lama terdengar suara klakson dari luar gerbang, dengan semangat Nara pun menghampirinya.
"Ganteng juga," ucap batin Nara saat melihat Nabil yang menggunakan celana jeans hitam panjang dengan kaos putih yang dibalut balut kemeja kotak-kotak hitam yang lengannya digulung sampai siku.
"Bil," panggil Nara membuka gerbang rumahnya.
"Eh," ucap Nabil kaget, "Gue kira salah alamat, baru aja gue mau telfon," lanjut Nabil memasukan hpnya kembali ke dalam saku celananya.
"Ngarang," kekeh Nara.
"Mau jalan sekarang?" tanya Nabil yang diangguki oleh Nara. "Yaudah ayo," ajak Nabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Hilang
Roman pour AdolescentsYang paling dekat pun bisa menjadi sosok yang paling jauh di lain waktu. Begitulah orang-orang yang ada di kisah seorang gadis bernama Sefinara Ayuning Alaksa.