Sefinara POV
Hari ini cukup menyenangkan walaupun tetap membosankan, setidaknya aku bisa mendapatkan uang jajan daripada hanya berdiam diri di rumah.
Setelah berkenalan dengan beberapa teman baruku, aku memutuskan untuk tidur sampai wali kelas datang.
Tak sampai 30 menit aku dibangunkan oleh Anes karena wali kelas datang. Beliau hanya menyampaikan tentang peraturan sekolah yang harus ditaati, perkenalan, dan pemilihan struktur kelas. Sialnya aku dipilih menjadi wakil kelas, sedangkan Anes menjadi sekertaris satu, Yasmin menjadi sekertaris dua, dan Gita mendapat bagian menjadi bendahara.
Sejauh ini tidak ada yang menarik di kelas ini, mungkin karena masih memasuki masa adaptasi. Tetapi ada dua anak yang membuatku kaget karena ini bisa menjadi bahaya karena bisa sekelas dengan mereka. Mereka adalah adalah Satria Gamma Dayamas dan Raphael Bintang Arnandika .
Mereka berbahaya karena semasa SMP mereka adalah teman dekatnya Rafi, ya Rafirgio Erpandi Maharan, seorang laki-laki yang bisa membuatku merasakan jatuh dan cinta untuk pertama kalinya.
"Ck sialan jadi inget kejadian itu lagi" batin Nara.
Flashback on
Author POV
Hari itu adalah hari saat diselenggarakannya acara graduation SMP Angkasa.
Seluruh murid laki-laki kelas 9 menggunakan jas layaknya seorang pejabat, sedangkan murid perempuannya menggunakan kebaya berbagai macam model bak ibu negara.
Seluruh murid angkatan yang akan lulus ini terlihat sangat pangling, aura yang dikeluarkan mereka tampak berbeda dengan biasanya.
Acara graduation tahun ini diselenggarakan dengan mewah. Panggung megah yang memakan tempat sebanyak setengah lapangan, photo booth yang disediakan oleh pengurus osis, bahkan tersedia stand makanan yang ada di pinggir lapangan.
Rangakaian acara pun berjalan dengan lancar, mulai dari sambutan kepala sekolah, sambutan ketua osis, ucapan berpisah dari tiap perwakilan kelas 9, foto perkelas diatas panggung bersama wali kelas, hingga kini berada di acara hiburan.
Banyak yang masih setia duduk menyaksikan acara, banyak juga yang sudah beranjak menemui teman mereka hanya untuk sekedar berpelukan dan mengucapkan salam perpisahan.
Berbeda dengan mereka semua, kini Nara berada di lapangan basket. Ia sedang duduk bersama Yesi dan Sagia di bangku yang berada di bawah pohon kersem.
"Ngga kerasa ya, udah lulus aja. Padahal baru kemarin kita berjuang bareng di atas lapangan ini," ucap Yesi membuka pembicaraan.
"Alah gaya lo, jarang latihan juga," ucap Sagia memukul lengan Yesi pelan.
"Lo juga Gi, sering telat kan. Udahlah yang paling rajin di sini tuh gue," ucap Nara membanggakan dirinya.
"Kita ngga bakal setim lagi ya?" lirih Yesi.
"Sorry, keputusan gue udah bulat. Gue mau bales jasa nenek gue yang dulu ngrawat gue dari kecil sampe TK, sekarang gantian gue yang harus ngrawat nenek gue yang mulai sakit-sakitan. Sorry, gue harus pindah ke Semarang" jelas Sagia menunduk, Nara dan Yesi pun tau bahwa Sagia sedang menahan air matanya.
"Sorry Gi, gue gabisa ngambil beasiswa yang coach Ibra tawarin, padahal gue juga pengin sekolah di Semarang kaya lo, biar kita setim lagi tapi gue ga boleh sekolah kejauhan sama mamah," jelas Nara menepuk bahu Sagia.
"No problem, lo lanjutin aja sekolah lo di sini. Gue juga bakal sering balik kok," ucap Sagia tersenyum tipis.
"Berarti lo lanjut di SMA Angkasa dong Ra?" tanya Yesi penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Hilang
Teen FictionYang paling dekat pun bisa menjadi sosok yang paling jauh di lain waktu. Begitulah orang-orang yang ada di kisah seorang gadis bernama Sefinara Ayuning Alaksa.