1. Bertemu Denganmu

518 47 78
                                    

"Awal kebahagianku adalah, ketika aku dan kamu bertemu. Ada sesuatu yang membuncah tersembunyi, saat mata lemahmu dan mata tajamku saling bertatap."

-Keyakinan Hati

🍁🍁🍁

Rinai hujan mulai membasahi bumi. Rintik-rintik air yang semula kecil, perlahan mulai membesar. Dedaunan silih berjatuhan di terjang angin. Hilir mudik orang saling berlarian mencari tempat untuk berteduh. Angin menerpa hingga ke kulit-kulit. Dingin rasanya. Orang-orang terlihat sedang menunggu hujan reda, dengan bertepi di pinggir warung yang sudah tutup.

Malam akan segera tiba, tetapi hujan tak kunjung reda. Jika terus menerobos menerjang hujan, pasti baju dan badan akan kebasahan. Suara gemuruh petir juga angin yang kian kencang, menambah kepanikan seorang lelaki yang tengah duduk di kursi kayu dekat bapak-bapak yang mungkin kira-kira berumur kepala empat. Di sana bukan hanya lelaki dan bapak-bapak itu, ada juga sekitar sepuluh orang yang sedang menepi dari hujan yang semakin besar.

"Dingin," gumam lelaki muda itu. Ia menurunkan kacamatanya yang bertengger di hidung mancungnya.

Lelaki itu mengerutkan alis tebalnya, melihat pemandangan hujan dengan mata yang menyipit. Bibir kecilnya cemberut kesal. Ia kesal dengan hujan yang tak kunjung reda, ia harus cepat-cepat pulang ke rumahnya. Ia menyesal sebab tak membawa jas hujan, dan ia juga menyesal sebab ia tak memakai mobil kesayangannya. Sepeda motornya ia tepikan di pinggir sepeda motor yang lain.

"Namanya siapa nak?" tanya bapak-bapak yang duduk di sebelahnya.

Lelaki itu melirik ke arah bapak-bapak itu, "Panggil saja Al, Pak." Ujarnya dengan senyuman. Terlihat tampan.

"Nak Al dari mana? Naik apa?" tanyanya.

"Dari rumah kakak Pak, kebetulan itu motor saya yang warna hitam." Lelaki bernama Al itu menunjuk sepeda motornya yang berwarna hitam. "bapaknya sendiri dari mana? Mau malam begini ko belum pulang Pak?" tanyanya.

"Bapak habis kerja, mau pulang juga ini hujannya nggak reda-reda, mau menerobos takutnya nanti bapak sakit, kalo bapak sakit nanti nggak bisa kerja," lirihnya lalu menepuk pundak Al.

Al tersenyum canggung, ia malu dengan bapak-bapak yang sudah terlihat tua itu, tetapi bapak-bapak itu tetap semangat untuk pergi bekerja. Panas kepanasan hujan kehujanan bapak itu tetap semangat. Terkadang ia malu, suka lalai dan bermalas malasan jika Uminya membangunkan ia untuk pergi ke kantor atau kuliah.

🍁🍁🍁

Hujan masih belum juga reda, sudah hampir satu jam lelaki bernama Al itu menunggu dengan bapak-bapak yang bernama Pak Redi itu. Al meraih Handphone didalam tasnya. Ia berniat untuk menelepon sang Umi jika ia akan pulang terlambat akibat hujan yang jatuh semakin besar.

Telepon untuk Uminya tak kunjung dijawab. Handphone Uminya tak aktif. Al berniat untuk mengirim pesan saja daripada sampai rumah nanti ia diomel sebab tak memberi kabar.


Bidadari Surganya Al❤
Assalamualaikum Umi, Al pulang terlambat. Al dihadang oleh hujan yang deras Umi, Al lupa bawa jas hujan. Makanya nanti Al pulang terlambat. Jangan khawatir ya Mi, Al baik-baik saja. Nanti kalo Al sampai rumah, marahi hujannya ya Mi.

Al menyimpan Handphonenya. Ia menggerutu sendiri, pasalnya Al tidak suka hujan. Ia tau jika hujan adalah rahmat dari Allah, namun ia tak suka hujan. Hujan membuatnya kehilangan seseorang yang pernah singgah di hatinya.

Keyakinan Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang