35. Ini Takdir

126 12 1
                                    

"Takdir yang digariskan Allah untukku, begitu sakit dan pilu. Suka tidak suka, aku harus menjalaninya. Memang berat, tapi percayalah, akan ada balasan yang setimpa di akhirat kelak."

-Keyakinan Hati

🍁🍁🍁

Jenazah Kiran telah selesai di mandikan, juga telah selesai si solatkan. Kali ini, sanak keluarga akan berangkat ke tempat pengistirahatan terakhir Kiran.

Dengan deraian air mata, para keluarga berusaha tegar mengantarkan Kiran ke tempat istirahat abadinya itu.

Al ikut turun memakamkan Kiran. Walaupun hatinya terasa tak sakit dan juga tidak sanggup, Al harus kuat. Demi Kiran. Kiran tidak suka jika kepergian Kiran, Al tidak menyambutnya dengan hati yang ikhlas.

Selesai dimakamkan, semua orang berdoa dengan khusu. Lea bundanya tidak ikut serta, karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Lea sering terbangun lalu pingsan lagi saat mendapati kenyataan bahwa putrinya telah tiada.

Al mengelus batu nisan yang bertuliskan nama Kayla Kirania Zahrotul Husna. Perempuan yang ia cinta sudah istirahat dengan tenang. Tidak akan ada lagi kesakitan dalam diri Kiran. Karena Kiran sudah tak lagi bernyawa.

Para keluarga juga tetangga yang menghadiri makam Kiran, satu persatu mulai pergi meninggalkan Al sendiri. Al saat ini hanya ingin sendiri bersama Kiran istrinya.

Al bisa gila jika tanpa dukungan kekuatan dari orang-orang sekitarnya. Al bisa menjadi gila karena kepergian Kiran. Namun Al harus tetap melanjutkan hidup, masih ada Kayla kecilnya yang butuh pelukannya.

Diciumnya batu nisan Kiran dengan hati-hati. Dengan air mata yang berderai di pipi Al. Al tersenyum melepas kepergian Kiran.

Al mengelus batu nisan itu sebelum ia pergi untuk pulang. Saat ini, tak ada lagi tempatnya untuk pulang, karena sandaran ketika ia lelah sudah tidak ada. Tempat Al berkeluh kesahnya sudah pergi. Selama-lamanya.

"Sayang, Abang pulang dulu. Nanti Abang akan bawa Kayla kesini. Jaga bayi kita di surga nanti. Jangan lupa jemput Abang ya dek. Abang akan terus mencintaimu. Selalu." ucap Al mengelus batu nisan Kiran sebelum ia pergi untuk pulang.

Tanpa aba-aba, hujan datang tidak begitu deras. Hanya rintik-rintik yang datang. Mungkin langit ikut berduka atas kepergian Al. Langit turut berduka melihat kesedihan Al.

Al masih terus mengelus nisan Kiran. Tanpa memperdulikan bajunya yang mulai sedikit basah kusup diterpa hujan. "Bahagialah disana. Abang ikhlas melepaskan kepergianmu," ucap Al dengan air mata yang mengalir.

Saat Al ingin berdiri, Al merasa hujan sudah tak lagi membasahi bajunya. Al melirik ke atas, dan mendapatkan seseorang yang sedang memayunginya. Orang itu meneduhkan Al dari hujan.

"Mayra," ucap Al dingin.

Mayra mengangguk. Penampilannya kali ini sudah berubah. Mayra memakai baju gamis dan kerudung yang melekat di kepalanya. Saat mendengar kabar meninggalnya Kiran, Mayra juga ikut berduka.

Mayra sudah tobat sebelum kepergian Kiran. Mayra juga pernah mendatangi pesanrren dan meminta maaf kepada Kiran. Untung saja waktunya untuk meminta maaf kepada Kiran belum terlambat.

Keyakinan Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang