✧*。6: Childhood

136 17 7
                                    

Sebelum masuk ke ceritanya, author abal-abal ini mau ngucapin makasih buat kalian yang udah masukin cerita ini ke reading list kalian.. bersebelahan sama cerita FF karya author yang uda terkenal huhu.. ngga nyangka banget banyak yang excited sama cerita ini..
.
Makasih juga yang udah ngasih vote dan komen, mungkin itu ngga seberapa tapi melalui hal kecil itu secara ngga langsung kalian ajak followers kalian untuk baca cerita ini juga.. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)
.
Makasih juga buat yang ngechat author dan ngasih masukan dan semangat.
Terharu banget..
.
Maaf ya kalo author yang ini jarang update, bahkan bisa sebulan sekali, kalian sabar banget.. makasih ya..
Kirain SMA itu kaya kebanyak cerita wattpad, ternyata tiidaakkk!!
Author yang baru masuk SMA aja tugasnya banyak poull.. jadi jarang buka wattpad, seringnya google classroom sama zoom mulu, apalagi sekarang online school yakan.. Mungkin juga faktor baru ngerasain sekolah negeri, soalnya dari playgroup di swasta hehee..
(• ▽ •;)
.
Sekian aja curhatan gajelas dari author. Stay save buat semua.. jaga kesehatan ya.. tetap semangat..
💜 Selamat membaca, Borahae! 💜

+×+


Chapter 6.


Sudah berjam-jam Hueningkai berkutik dengan kertas dan penanya. Melakukan pekerjaan paling menyenangkan sekaligus membosankan baginya.

Srreeek..

Lagi-lagi ia menyobek kertasnya, meremasnya hingga tak berbentuk, dan melemparkannya ke sembarang arah.

Terlalu berantakan, bahkan kapal pecah belum cukup mendeskripsikan bentuk kamarnya saat ini. Ia bertekad membereskannya esok pagi, walau ia yakin itu hanya akan menjadi wacana dan akan tetap seperti itu.

Kai menutup bukunya, meninggalkan meja kerja dan menuju kasurnya.

"Aarrrgh!! Sialan! Siapa yang naro ni sampah disini sih!!" umpatnya sembari melemparkan plushie yang menggunung di kasurnya ke sembarang arah.

"Bisa gila gua lama lama njirr!" umpatnya sekali lagi, menarik selimut tebalnya dan berjalan menuju sofa kecil di kamarnya. Lagi-lagi ia harus tidur di sana karena boneka-boneka sialan itu.

Terlalu lelah untuk mengumpat, sudah sama lelahnya dengan mengajukan surat pengunduran diri ke agensinya. 
Ia sudah lelah berpura-pura menjadi remaja sok imut yang mencintai plushie.  Ia mencintai musik seperti ia mencintai dirinya. Tapi bukan seperti ini yang ia inginkan. Ia lelah.. sangat lelah..

Kai merogoh saku celananya, mengambil benda pipih kesayangannya. Menekan beberapa tombol untuk menelepon seseorang.

"Hey, malam, belum tidur?"

"Belum," jawab gadis di seberang sana.

"Gue mau curhat nih, ngga ganggu kan?"

"Oh boleh.. gue juga belum ngantuk kok."

Tak perlu menunggu agensi ini mengijinkannya pulang, cukup mengetahui bahwa ia memiliki gadis yang akan selalu bersamanya saja sudah cukup. Ia sudah menemukan rumahnya.

+×+


Ditemani hembusan angin malam. Di balkon rumahnya, Clara menatap layar ponselnya. Berharap bahwa pria yang baru saja menelponnya baik-baik saja.

Setelah dirasa cukup kedinginan, gadis itu memutuskan untuk melangkah masuk menuju kamarnya. Langkahnya terhenti saat melihat foto di dinding sebelah kamarnya. Hanya foto dua anak kecil, satu perempuan dan satu laki-laki mengenakan seragam Sekolah Dasar yang sama, namun mampu membuat hati gadis itu menghangat.

Two Sides Boy [Hueningkai - TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang