Strange Overtones: XIX

8.8K 703 259
                                    

"Kau mau menemui siapa?" Tanya Lucas terheran-heran memandangi pria muda yang sedikit acak-acakan yang duduk tepat di sampingnya. Lucas mengeluarkan sapu tangan dari kantung jas kemudian menyeka pipi Haechan yang sedikit menghitam terkena debu dan asap kendaraan bermotor.

"Seseorang." Jawab Haechan singkat. Ia sedikit terengah usai melakukan serangkaian adegan dramatis dalam tajuk pencarian taksi siang itu, untung saja Tuhan mempertemukannya dengan Lucas. Haechan dengan tidak tau malunya meminta pria dengan mobil audi yang pantulannya berkilat-kilat itu untuk mengantarkan dirinya segera ke stasiun kereta.

"Apa pria tetanggamu itu?" Tanya Lucas sambil memandangi pria yang sedikit berjengit mendengar pertanyaan darinya.

"Iya."

"Kau menyukainya?"

"iya."

"lebih dari kau menyukai diriku?"

"Lucas, aku minta maaf. Aku selalu dan selalu menyukai... ah tidak! aku selalu mengagumimu sebagai sosok yang bersemangat dan optimis terhadap masa depanmu. Tapi aku tidak mau menghalangi mimpi-mimpimu itu." Haechan nanar menangkap retina Lucas yang melebar. Ada rasa panik dan kecewa tergambar di kedua mata yang membola sempurna tersebut.

"Haechan aku selalu siap melepaskan semuanya untukmu. Apapun. Apapun." Lucas menggenggam tangan Haechan erat, ia tidak ingin kehilangan pria yang selama ini membagi banyak kenangan indah bersamanya.

"Lucas.... aku minta maaf." Haechan menarik tangannya perlahan dari genggaman itu dan melengos menatapi atmosfer perkotaan yang membias dari kaca-kaca kemudian dimakan kecepatan mobil yang melaju kencang.

"Apa karena ibuku?"

"Tidak! Bukan seperti itu. Justru aku seharusnya berterima kasih kepada ibumu. Tanpanya aku hanya akan jadi benalu di tiap-tiap keinginan yang sudah kau rencanakan."

"Haechan bagaimana kalau kau adalah keinginan yang aku rencanakan? Apa kau tega?" Lucas mendengus tidak suka.

"Satu hal.... dengan segala kebaikan hati dan pencapaianmu itu, kau selalu membuat aku terlihat buruk Luke. Aku tau kau pria baik." Haechan meremang, air matanya sudah dipenghujung. ia mengepalkan tangan dan menegarkan hati, "aku pria dan punya harga diri." Batinnya.

"Hal klise apalagi yang mau kau sampaikan Haechan." Lucas sedikit banyak meradang walau ia masih menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang gentlemen.

"Lucas please."

"I know. Just do whatever you want to do. One thing for sure, i'll be there for you always." Lucas menutup perdebatan mereka dengan cukup sengit. Ia menghela nafas panjang dan ada emosi yang coba ia redam disana.

Haechan hanya terdiam, ia benar-benar merasa tidak berguna di hadapan Lucas. Ia selalu menahan diri untuk membiarkan dirinya dininabobokan oleh Lucas sampai ia lupa siapa jati dirinya dan apa tujuan hidupnya. Haechan sudah lelah, pikirannya berkecamuk sampai ia akhirnya ia sadar bahwa mobil audi Lucas sudah terparkir di halaman stasiun.

"Haechan...." Lucas mencoba usaha terakhir untuk memberikan tawaran atas semua keinginannya untuk memiliki Haechan, namun belum sempat ia melanjutkan kalimatnya Haechan sudah bersidekap dengan angin.

"Terima kasih Lucas. You're such a good man. I'm so sorry." Haechan menutup pintu mobil mengkilat itu dan mempercepat tungkainya menuju peron. Ia gelagapan namun langkah yang ia ambil begitu optimis. Now or never batinnya.

***

"Kau datang rupanya." Desis Sir Johnny sambil memandangi pria paruh baya yang terlihat masam hadir ke hadapannya. Sir Jeffrey terlihat lemas dan menarik kursi berornamen keperakan yang terkesan konvensional namun modern secara bersamaan.

Strange Overtones (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang