Haechan melongo menyaksikan pemandangan gedung pencakar langit yang berlomba-lomba menggapai beberapa gumpalan awan yang bewarna kelabu kecut dari lantai 23 kantornya. Ia bersama beberapa orang tim dari unit kerja dan juga Herin sedang menunggu sang klien yang kini masih dalam perjalanan menuju gedung kantor Sir Alex James untuk melakukan meeting sehubungan dengan kerja sama yang sudah mereka deal-kan dari jauh-jauh hari. Haechan merasa nervous dan isi otaknya berputar mencari tempat-tempat nyaman untuk bersemayam. Ruangan meeting tersebut terasa sejuk dan sedikit lebih dingin dari hari-hari biasanya, lambat laun angin musim gugur di luar siap bertransformasi menjadi badai-badai salju yang kelam. Haechan agaknya kurang terlalu menyukai musim dingin, karena jujur saja temperatur rendah membuatnya lebih mudah terserang flu dan nyeri di tiap persendian tubuh kurus itu.
Haechan melenguh bosan, ia memandangi sekeliling dengan hampa. Herin sibuk di depan laptopnya, ia sedang mereview semua point meeting hari ini. Herin tampak serius dan dalam keheningan seolah ia mengeluarkan aura yang siap melahap siapapun yang menyentuhnya. Beberapa rekan Haechan yang lainnya sibuk dengan telepon genggam mereka masing-masing. Mengisi kebuntuan akhir pekan dengan bekerja bukanlah hal yang menyenangkan tentu saja. Haechan menggaruk tengkuknya dan menghela nafas perlahan, ia teringat tetangga gilanya sedang menunggu di lobby bawah. Ia terkikik, tentu saja Mark jika dihitung-hitung sudah menungguinya hampir satu setengah jam dan meeting bahkan belum dimulai. Haechan menahan mulutnya untuk tidak tertawa, ia berusaha keras menahan nafas hingga tekanan udara di rongga mulutnya keluar perlahan dan meledak begitu saja. Bagai gaung dari kejauhan ia tertawa tanpa kontrol diri memecah sepi yang merambat di dinding-dinding ruang meeting gedung tersebut.
"Haechan kau kenapa?" Herin dan beberapa rekan unitnya terkejut menyaksikan Haechan tertawa sendiri. Herin memandangi raut wajah Haechan yang nampak merah padam dengan kebingungan. Entah si empunya memerah karena malu atau akibat menahan nafas.
"Maaf, aku hanya teringat sesuatu yang lucu." Haechan menunduk menahan malu, tentu saja hal tersebut membuat penghuni ruangan tersebut ikut tergelak. Haechan hanya bisa tersenyum getir dan menertawakan kebodohannya sendiri.
"Kau bosan?" Herin menggeser kursinya mendekati Haechan.
"Sedikit. Hanya saja dibanding merasa bosan, aku lebih merasa sedikit tegang." Haechan memijit-mijit keningnya sambil terkekeh. Ia memandangi ekspresi serius Herin yang nampaknya sedikit khawatir dengan impulsivitas yang ia pertontonkan seolah urat malunya sudah putus.
"Serius?"
"Tentu saja." Haechan refleks mengelus-ngelus punggung tangan Herin yang tersampir di lengannya. Satu hal yang tidak Haechan sadari, jika sang empunya sedikit tremor dan wajahnya bersemu merah. Herin tidak sanggup bertemu pandang dengan kedua mata sayu itu.
"Haechan setelah ini, kau mau nonton bioskop bersama ku?" Herin mendadak berinisiatif untuk mengajak pria berperawakan skinny di hadapannya untuk sekedar melepas penat usai lembur akhir pekan yang menyita pikiran satu unit kerja tersebut.
"Maaf aku sudah punya janji hari ini." Haechan tidak enak hati menolak pimpinan unitnya namun ia juga tidak sampai hati meninggalkan tetangga gila yang mungkin sekarang sedang gusar karena Haechan menjanjikan meeting tersebut hanya berjalan selama 30 menit.
"Apa kekasihmu?" Herin blak-blakan mempertanyakan teman janjian Haechan yang jujur saja membuatnya sedikit kecewa karena ia gagal menculik Haechan untuk dijadikan teman kencan akhir pekan yang ia kira cukup menjanjikan.
"Tentu saja bukan, ia hanya tetanggaku." Haechan merasa canggung dan sedikit mengulas senyum. Reputasi yang ia bentuk sedemikian rupa harus ia jaga betul, Haechan tidak mau terlibat drama-drama omong kosong di kantor, apalagi jika rekan-rekannya tau bahwa ia kerap berkencan dengan seorang pria. Haechan bergidik ngeri hanya dengan membayangkan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Overtones (Completed)
RomanceThe chronicles of Mark and his new neighborhood. Haechan adalah tetangga baru Mark?