Sinar matahari yang turun dari balik-balik jendela memapas keremangan di ruangan bercat putih yang marak dengan ornamen furnitur bewarna earthy dan gelap itu, Haechan mengerjapkan matanya mencoba membongkar alam bawah sadar untuk kembali berpertualang di dunia nyata. Satu hal yang membuat Haechan merasa sukar ingin beranjak saat ini adalah sebuah tangan yang sedikit kurus dan lumayan berisi, nyalang menjalar di pinggangnya. Ia tertahan dan merah padam. Ada apa semalam? Tentu tidak banyak hal yang terjadi. Usai Mark sekonyong-konyong mendatanginya bak kucing liar yang mengamuk, tanpa banyak bicara mereka berdua sedikit "cuddle" entah bagaimana mendeskripsikannya Haechan juga merasa sedikit kebingungan. Well, kira-kira seperti ini.
"Mark apa yang kau lakukan hmmph." Haechan mencoba memberhentikan kecupan-kecupan yang menimpanya.
"Ey, kau tidak suka?" Mark memberikan waktunya untuk mendengarkan interupsi Haechan.
Haechan tak bereaksi apapun selain memerah dan memerah, tubuhnya sedikit tremor. Ia sejujurnya ingin menolak namun Mark sepertinya meneguk sebotol racun sebelum melakukan pertukaran saliva dengannya. Racun itu masuk melalui pinggir-pinggir bibir Haechan lalu merangsek masuk melalui bulir-bulir lidah Mark. Haechan terkontaminasi dan tampak mau-mau saja.
"Kau tidak suka?" Mark mengulang pertanyaannya.
"Hmm aku...." Haechan tentu sedang memikirkan seribu cara untuk menjawab rasa sukanya dengan cara yang lebih hmm elegant, ingat harga diri.
Mark menyeringai melihat mimik muka Haechan yang tampak kebingungan dan tampak merah padam. Haechan juga berusaha betul menahan senyum yang menarik paksa ujung-ujung bibirnya. Selamat tinggal kewarasan, Mark mendesis. Ia gemas dan menjangkau tubuh tetangga mungilnya ke dalam gendongannya. Haechan tampak seperti Koala yang sedang mengamuk.
"Mark kau sudah gila ayo turunkan!" Protes Haechan sambil menggoyangkan tubuhnya yang malah membuat pertahanan iman Mark menjadi goyah.
"Haechan kau tidak suka?" Pertanyaan yang sama Mark selorohkan, entah Mark menghargai consent Haechan atau justru malah menggodanya untuk melayani harga diri Mark. Pilihan ke dua sepertinya lebih cocok untuk problem yang tengah terjadi saat itu.
Haechan ingin sekali memukul kepala Mark, karena tentu saja Haechan menyadari pria gila ini sedang berusaha membuat dirinya menyerah. Sayangnya semua itu tidak akan terjadi karena Haechan terlalu baik bahkan untuk memukul kepala Mark, Haechan mencoba menghibur dirinya sendiri memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak ada gunanya jujur saja.
Mark membawa Haechan ke sofa dan mendudukan pria itu di pangkuannya. Mark mengecupi semua sisi wajah Haechan dengan sangat-sangat lembut. Tidak ada tekanan di sana atau tidak juga terburu-buru mengeksekusi afeksi kimia mereka menjadi senyawa baru. Hanya ada Mark, Haechan, flat yang hangat dan ciuman yang lembut yang sukses membawa Haechan tergelincir masuk lebih dalam ke dunia Mark yang tidak terbaca. Dunia Mark yang misterius yang bahkan seolah setiap cerita di dalamnya dituliskan dengan rune-rune okultisme yang sulit untuk dienskripsikan.
"Markh." Haechan serak dan memutus pertautan mereka.
"Hmmm" Mark berdehem sambil melancarkan kebiasaanya apabila berdua saja dengan Haechan yakni memain-mainkan rambut dan juga telinga pria yang di atas naungannya. "Kau mau apa? Haus?" Tanya Mark lembut.
"Iya." Jawab Haechan datar, kerongkongan Haechan mengering setelah dilingkupi dengusan panas tanpa henti. Haechan malu namun segera menginterupsi Mark dengan senang hati.
Mark tidak banyak berbicara, ia mendudukan Haechan pada sofa dan beranjak ke dapur dengan lihai mengisi gelas dengan air putih dingin. Jantung berdegup kencang, tabuhannya mungkin sudah terdengar ke seluruh dunia. Mark diam-diam masih menjaga imagenya dan sedikit pretensius mengenai itu. Namun ia tidak memberi garansi kalau-kalau ia sendiri yang akan menghancurkan imagenya, Mark terkekeh dalam pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Overtones (Completed)
RomanceThe chronicles of Mark and his new neighborhood. Haechan adalah tetangga baru Mark?