AL'8'

1.4K 69 6
                                    

Tinggalkan jejak setelah membaca cerita ini🙏

Terimakasih yang sudha memberikan vote dan komen:)

Selamat membaca!!

______________

Arlan terbangun saat merasakan tenggorokan begitu kering. Ia beberapa kali mengerjap. Berusaha mengumpulkan nyawa nya yang sepenuhnya belum terkumpul.

Ia menguap dan mengacak ngacakkan rambutnya. Mengernyit saat sebuah selimut menutupi sebagian tubuhnya. Arlan mengibaskan selimut itu dan melipatnya rapi.  Ia berdiri dari sofa itu dan melangkah ke arah dapur untuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.

Saat berada di dekat dapur, ia mendengar suara yang sangat familiar di telinganya memanggil namanya.

" Arlan?"

Arlan menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari arah Selatan. Ia mendekat dan terlihatlah seorang pria yang berumuran sama seperti kakaknya sedang duduk di meja makan, ditemani sepiring nasi dan teh hangat.

" Bang Kara?" ucapnya.

Pria itu mengangguk. Ayah dari Leta dan Aron itu menyuruh Arlan duduk berseberangan dengannya.

Arlan menurut. Tapi sebelumnya ia harus menghilangkan dahaganya dahulu, lalu setelahnya duduk berseberangan dengan abang iparnya itu.

" Apa kabar?" Tanya Kara hanya untuk berbasa basi.

" Baik" jawab Arlan. Ia menatap piring Kara yang berisi nasi dan lauk pauk.

" Baru makan bang?"

" Iya. Saya tidurnya keterusan sampai jam 11, sampai lupa belom makan" ucap Kara.

Arlan ber-oh. Lalu kesunyian melanda keduanya.

Kedekatan Kara dan Arlan sebenarnya tidak terlalu. Mereka masih kaku untuk berbicara berduaan saja seperti ini. Dan juga mereka berdua memiliki sifat yang sama. Tidak pandai memilih topik untuk mengajak berbicara dan tidak suka ber-basa-basi.

" Kafe kamu yang di Jakarta gimana? Saya dengar dari Papa mertua saya,  lagi ada masalah?" tanya Kara.

Arlan mengangguk. " Sedikit sih"

" Oh"

" Kamu kalau butuh bantuan, panggil saya aja"

" Ngerepotin nanti, bang"

" Enggak apa apa. Saya ga merasa di repotin" ucap Kara. " Terus, kamu gada niatan buka cabang disini?"

" Ada. Tapi ditunda dulu. Tunggu masalah yang disana selesai dulu"

" Oh"

Kara sudah selesai makan. Ia meminum air putihnya dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci piringnya.

" Kamu disini, terus yang atur kafe kamu disana siapa?" tanya Kara ditengah cuciannya.

" Temen saya yang ambil kendali. Si Fathan, Timothy sama Kris" ucap Arlan " Kalau ga salah abang kenal mereka kan?" sambung Arlan.

" Iya. Mereka sahabat kamu yang dulu kamu bawa pas acara ulang tahunnya Leta ke satu tahun kan?"

" Iya" jawab Arlan.

Kara berbalik. Kakinya melangkah ke arah kulkas dan mengambil beberapa bir dengan kadar alkohol nol persen sebanyak 4 buah kaleng. Tak lupa mengambil cemilan beberap bungkus dan menaruhnya di ruang keluarga.

Arlan masih berdiam diri di kursi meja makan hingga Kara memanggil namanya, Arlan menyaut.

" Mau nonton?" Tawar Kara " Saya udah ga bisa tidur lagi. Kebetulan malam ini ada pertandingan sepak bola. Madrid lawan Juventus"

ALeta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang