~ Boun P.O.V~
Kediaman keluarga Caturangga terasa sepi saat kami tiba. Sepertinya ayah dan ibu Fluke dan Earth sedang berada di Surabaya, sedangkan Prem mungkin belum kembali dari sekolah atau lesnya. Dia sudah berada ditahun terakhir masa SMA-nya, ia pasti sedang giat-giatnya belajar agar bisa masuk Universitas kami. Aku tidak sabar menantikan tahun depan agar bisa satu kampus dengannya dan kemungkinan akan satu UKM juga terasa begitu meyakinkan apalagi dengan karir golf Prem selama SMA. Jalan menuju cinta kami berdua terasa semakin dekat.
(Kerdus emang si Boun)
“Prem belum pulang?” bisikku pada Fluke saat kami membersihkan mangga yang siap kami rujak.
“Belum, paling sebentar lagi. Kenapa tanyanya bisik-bisik gini sih?”
“Saudara lu sensi kalo gue bahas Prem.”
“Hahahahaha, Earth tuh bukan sensi, dia cuma protektif aja sama keluarganya. Apalagi adik kesayangan kita dideketin sama kamu”
“Loh emang ada masalah apa sama gue?”
“Fckboy WabiSabi?”
“IHHH, itukan cuma gossip. Mereka juga yang deketin gue, bukan gue yang mepetin mereka.”
“Iya deh iya yang ganteng banget se-WBU, hahahaha” ledek Fluke.
Kamipun memulai acara rujakan kami di pekarangan rumah Caturangga yang sejuk meski ditengah hiruk pikuknya ibukota. Dengan Fluke yang asik mengupas mangga, Ohm yang ternyata ahli mengulek bumbu, dan dua bucin yang asik saling menggoda.
“Lu berdua gak ada niatan buat kontribusi gitu? Pacaran doank” cibirku pada pasangan Kao Earth.
“Eh ini rumahku yaaaa! Itu kontribusi juga” balas Earth
“Ini rumah Fluke juga, dia tetep rajin ngupasin mangga” balasku lagi.
Dan berdebatanku dengan Earth berlanjut, sedang ketiga manusia lainnya hanya tertawa melihat kami.
Tak lama terdengar suara gerbang terbuka, diiringi dengan masuknya bidadari super imut ke pekarangan.
(Jijikin beud emang si Boun)
“Loh, ada kakak-kakak? Eh, kok ada kak Ohm juga?” sapa Prem dengan begitu manisnya.
“Iya, kita lagi ngerujak nih, adek mau gak?” tawar Earth.
“Mau donk. Aku ganti baju dulu deh kalo gitu” jawabnya yang kemudian bergegas pergi ke kamarnya.
Mataku mengikuti kemana tubuh gembilnya pergi, hingga sebuah kulit mangga mendarat di kepalaku.
“Ini anak dajjal satu kenapa sih?” keluhku pada Earth yang memandangku dengan tatapan sinis.
“Gak usah yaa ganjen-ganjen ke adekku.” Ancamnya.
“Kenapa sih? Biarin aja kek.”
“Aku gak mau yaa Prem sama mahluk laknat kayak kamu yang cemcemannya tiap 1KM ada”
“Fitnah itu Earth fitnah. Gue suci tak bernoda. Pacaran aja gak pernah.”
“Bohong banget.” Sanggah Kao.
“Sumpahan.”
Dan pembicaraan kamipun terhenti saat yang sedang dibicarakan datang.
“Wuah, mangganya beli dimana nih? Banyak banget” tanya Prem antusias.
“Gratis ini, dari kost-an kak Boun.” Jawab Earth.
“Wuah, enak banget ya jadi kak Boun.”
“Iya donk. Dek Prem kalo mau mangga atau buah-buahan yang lain tinggal bilang aja sama kak Boun nanti kakak bawain apapun yang kamu mau.” Tuturku.
“Hilih, ngalus” cibir Earth.
Dan sore itupun kami habiskan waktu dengan rujak, mengobrol, bahkan sempat-sempatnya bermain werewolf, hingga adzan maghrib mulai berkumandang memberi tanda bahwa kegiatan kami hari itu harus dihentikan sejenak.
“Kalian sekalian makan malam disini saja yuk, tanggung juga sudah mau malam.” Tawar Fluke.
“Iya, kakak-kakak. Kak Fluke masakannya enak loh.” Puji Prem.
“Duh, istri idaman.” Gumam Ohm yang kebetulan masih sampai ditelingaku yang duduk disampingnya.
Akupun terkikik geli mendengarnya, membuat Ohm yang sadar bahwa gumamannya terdengar langsung bersemu merah.
Kami menikmati makan malam dengan riuh. Fluke benar-benar pintar memasak. Mungkin karena orang tua mereka sering pergi, dan Fluke sebagai anak tertua memiliki tanggung jawab untuk mengurusi saudara-saudaranya.
Selesai makan malam, ketiga bersaudara mengantarkan kami sampai ke pekarangan. Aku ingin mengobrol sebentar dengan Prem.
“Dek, kamu mau masuk WBU ya katanya?” tanyaku berbasa-basi.
“Iya, kak. Mudah-mudahan sih lolos, lagi usaha makanya semoga nilai UN-ku bagus.” Jawab Prem lucu, membuatku gemas.
“Kamu atlit golf juga kan? Kakak tahun ini jadi ketua UKM Golf di kampus, penerusnya kak Kao.”
“Oh iya? Wuahhh, aku rencananya mau ikut UKM Golf juga kalau sudah kuliah. Pelatihku minta buat meneruskan karir golfku.”
“Kalau begitu nanti sering-sering aja kabarin kakak. Boleh minta nomor kamu?” ujarku sembari menyodorkan handphoneku.
(Gassssss teroooss, jan kasih kendor)
Prem mengambilnya dengan senang hati dan mengetikkan nomor handphonenya lalu mengembalikkannya.
“Nanti kakak chat ya. Kakak juga pengen sekalian ngobrolin sesuatu sama kamu.”
“Ngobrol apa kak?”
“Ngobrolin tentang hati” ujarku.
“Hahaha, boleh kak boleh.”
“Oh iya, kalau kakak ngajak jalan atau makan bareng, kamu mau gak?”
“Mmmp boleh, sama kak Fluke juga kan?” tanyanya.
“Loh kok sama Fluke?”
“Loh kakak bukannya lagi naksir sama kak Fluke ya makanya mau ngobrolin soal hati itu sama aku?”
“HAH? BUKAN! YANG NAKSIR SI FLUKE MAH SI OHM.” Tuturku tanpa sadar dengan nada tinggi yang membuat keempat manusia lainnya memandang kearahku, dengan Ohm dan Fluke yang sudah bersemu merah.
Sepertinya, proses pedekateku akan sangat panjang. Anak ini terlalu polos dan tidak peka.
—·—·—·—·—·—·
Aku tuh kalo bikin cerita gak pernah tau endingnya bakal gimana, cerita ini juga aku gak tau endingnya bakal gimana. Jadi mengalir aja kali yaa se-moodnya aku bikin cerita wkwkwwk
Enjoy reading!!
♥️Looney
31/03/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Twins
Fanfiction(Lokal AU) Kenakalan si kembar Earth dan Fluke. Bagaimana keluarga, kekasih, dan sahabat-sahabat mereka menghadapinya?