Biar begini

3.7K 590 31
                                    

Belakangan Arkana senang minta ampun. Sebab Lisa makin hari makin jinak. Satwa kali jinak. Maksudnya perempuan itu tidak lagi banyak menolak. Tidak kabur-kaburan. Tidak banyak menghindar. Cuman masih kudu jaga jarak kalau lagi ditempat umum. Ga boleh rangkul ga boleh gandeng. Iya lah emang dia siapa? Orang statusnya masih digantung. Yaah.

Cuman Arkana gak bisa banyak gangguin dia. Lisa sibuk banget sama UKMnya. Waktu yang bisa Arkana recokin ya cuman pas berangkat ngampus, sesekali makan siang, atau pas mengantar pulang. Seperti malam ini Arkana juga berniat mengantar gadis itu. Dia yang tadinya sedang nongkrong langsung bangkit begitu jam menunjukkan waktu 15 menit lagi dari waktu bubaran rapat yang diinfokan Ravi.

"Kemane?" Tanya Junet yang sedang menghisap rokoknya.

"Kampus." Arkana masih mencari-cari kunci disaku celana, yang ternyata benda itu ada di samping cangkir kopinya.

"Jemput Neneng dong, kan rangkap jadi kang ojol sekarang. Iya ga boy?" Nyinyir ya mulutnya si Wira tuh. Bangkai memang.

"Cot, nying."

"Lu udah jadian tah?" Kini Abbi yang bertanya sambil membenarkan kacamata bulatnya.

Arkana tidak menjawab, sebab Yudha nyeletuk. "Belom lah. Kalau udah mah gak usah di tanya juga dia bakal pamer malah."

"-ya kan?" Lanjutnya.

"Pengen gue libas ya tuh congor?"

Yang bersangkutan nyengir aja. "Ampun, ampun. Yaudah sana cabut, nanti Neneng kelamaan nunggu."

Benar, Arkana lebih baik segera pergi. Daripada dia terus ditampar kenyataan di tempat itu. Dan membuatnya jadi bete. Hah udah kepalang kepikiran tapi. Sepanjang jalan dari tongkrongan ke kampus Arkana jadi banyak melamun.

Walaupun tanpa penolakan, Arkana gak tahu sama sekali perasaan cewek itu padanya. Penyataannya waktu itu belum dapat jawaban sampai detik ini pun.

Apa iya, dia harus ungkit lagi? Tapi kalau diungkit nanti Lisa malah jadi gak nyaman gimana?

Arkana udah bersyukur dengan hubungannya yang sekarang. Pelan-pelan mungkin, nanti di coba lagi. Nanti kali ya?

Laki-laki itu sampai tepat saat beberapa anak bubaran dari camp. Lisa muncul diantara beberapa orang di pintu keluar. Poninya udah ga beraturan, ikatan rambutnya sudah kusut. Mukanya tampak terlihat lelah juga. Sementara bahu kanannya menggeblok ransel coklatnya, tangan kiri gadis itu menjinjing goodybag ukuran lumayan beras dengan gulungan karton yang mencuat.

Arkana langsung menghampiri gadis itu dan mengambil alih beban dari tangan kirinya.

"Ngapain?" Tanya Lisa antara kaget gak kaget sih, laki-laki itu muncul tanpa bilang.

"Jemput lah. Ayok."

Lisa berakhir di dalam mobil itu. Iya bersandar dengan lelah dan kantuk yang menerpanya.

"Capek banget ya?"

Lisa hanya mengangguk. "Harusnya sih gue masih di kampus atau paling engga ke kontrakan Juwi. Cuman gue udah tepar parah, jadi gua bawa sendiri kerjaan ke kost."

Panjang ya ngomongnya? Iya Arkana senang mendengarnya. Lisa lebih terbuka padanya. 

"Gue bantuin mau gak?"

"Gak usah. Gue juga ngerjainnya nanti abis tidur dulu. Capek banget."

Arkana tidak membalas lagi. Iya segera menjalankan mobilnya. Membiarkan Lisa mengistirahatkan disampingnya. Lagu tenang mengalun dalam mobil, diluar juga sedang gerimis. Harapannya sih, Lisa tidur gitu selagi jalan pulang, tapi gadis itu masih melek aja.

ENIGMA - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang