Perpisahan

3.6K 566 27
                                    

Lisa sejak semalam disibukan dengan persiapan PKLPnya. Kebetulan kosannya yang dipakai untuk menyimpan barang logistik kelompoknya, karena ruang tamu kosannya lebih luas dibandingkan kosan Bintang, yang sesuai dugaan laki-laki itu menjadi ketua kelompok Gede Pangrango.

Dan sejak semalam juga Arkana merecokinya. Heran deh, memangnya kelompoknya tidak sibuk juga apa ya? Pagi ini pun saat Lisa baru saja selesai mempacking barang-barang pribadinya laki-laki itu muncul lagi. Saat itu Lisa baru saja mau sarapan sambil menunggu teman-teman kelompoknya datang.

"Ko Lo datang-datang mulu sih?"

"Kan lu mau berangkat."

'"Ya kan elu juga. Gaada kerjaan apa?"

"Gue kan ntar siang berangkatnya. Kerjaan gue udah beres kali."

Lisa hanya memutar bola matanya. Ia kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan makannya. Arkana mengekor.

"Barang-barang Lo udah lengkap semua kan? Gaada yang ketinggalan kan?" Arkana bertanya seraya duduk diseberang Lisa.

"Udah, lah."

Laki-laki itu lalu meletakkan sekantong goodybag yang dibawanya ke atas meja.

"Ini ada obat nyeri haid, obat maag kata Ochi Lo maag. Ada makanan juga. Sama vitamin. Bawa!" Katanya menjelaskan ini dari barang yang ia bawa itu.

"Gue juga udah siapin ko."

"Gapapa, bawa aja." Katanya yang entah kenapa terdengar suram.

Lisa menatap laki-laki itu. Aneh banget sih. Melihat Arkana tidak cengengesan tuh gimana ya. Lisa ingin bertanya, tapi ragu juga. Ya sudah lah. Ia memilih kembali menyantap bubur kacang hijaunya.

Hingga hanya hening diantara mereka. Dan membuat Lisa sedikit tidak nyaman.

"Lo gabakal kangen gua apa?"

Ohok!

Lisa hampir tersedak mendengarnya. Dibahas lagi nih?

"-ah kayanya enggak ya. Haaa." Ujar Arkana bermonolog diakhiri dengan helaan nafas berat.

Lebay banget sih. Astaga. Batin Lisa.

Lisa memilih tidak menanggapi. Karena ia juga bingung bagaimana harus menanggapi laki-laki itu. Suasana malah makin canggung karena Arkana masih saja terlihat suram. Lisa hanya mengerjap-ngerjapkan matanya tanpa ingin bicara.

Untunglah laki-laki itu mengalihkan ke pembicaraan lain.

"Lu beli bubur kacang ijo dimana?" Katanya menunjuk mangkok di depan Lisa.

"Hah? Semalem bikin. Ambil aja, masih ada di dapur. " Kata Lisa menawarkan.

Ih rajin amat ya. Istri idaman banget. Mau gak ya jadi istri gue. He.

Istri-istri, pacar aja blom diterima, Ka.

Sedih amat yak.

"Mau gak?" Tawar Lisa lagi karena laki-laki itu malah melamun.

"Mau nyicip aja deh." Waktu itu kopi miliknya kan yang maen diembat. Arkana juga bisa kelezzz.

Laki-laki itu mengambil alih sendok Lisa ketika sedang menganggur. Gadis itu biasa saja tidak keberatan sepertinya, karena tidak berkata apa-apa juga. Lisa hanya mengunyah makanan dalam mulutnya sambil menatap Arkana yang mulai menyendok buburnya.

Giliran begini ko cuek. Gak takut gue punya rabies apa nih cewek?

Eh gimana kalau nanti pas PKL Lisa juga biasa aja kalau makanannya diambil Bintang. Ah anjay.

ENIGMA - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang