Adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Seperti biasa, Kinan selalu terjaga ketika panggilan wajib itu terdengar di telinganya. Sejenak meregangkan otot-ototnya yang kaku. Kepalanya menoleh ke samping kanannya di mana ada hembusan napas hangat dan teratur yang membentur pipinya. Arya, suaminya itu masih terlelap pulas dalam posisi tidur miring. Matanya terpejam dengan bibir yang mengatup. Kinan mengucap maaf dalam hati, memohon ampun karena belum bisa menunaikan kewajibannya dalam memenuhi hak Arya sebagai suami sahnya. Kinan selalu saja belum siap ketika Arya ingin menyentuhnya. Terhitung sejak empat hari pernikahan ulang mereka hingga kini yang sudah hampir tiga minggu. Bukan perihal alat kontrasepsi karena ia sudah memakainya beberapa hari yang lalu. Entahlah apa penyebabnya, Kinan sendiri juga bingung. Setiap mereka sampai di tahap yang lebih intim, Kinan selalu teringat akan perlakuan Arya yang telah merenggut kegadisannya dengan paksa. Napasnya mendadak ngos-ngosan dan secara spontan mendorong tubuh Arya. Membuang muka tak mau melihat wajah suaminya lagi. Pada saat seperti itu Arya hanya tersenyum dan mengecup keningnya cukup lama. Menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua. Arya memeluk tubuh Kinan yang bergetar seraya mengucap maaf berulang kali.
"Mas." panggilnya lirih seraya mengubah posisinya menjadi miring. Tidur berhadapan dengan sang suami. "Bangun, udah subuh." lanjutnya lalu menoel hidung mancung Arya,
"Engh." Arya hanya melenguh dan malah menarik Kinan lebih dalam ke dekapannya yang hangat. Melesakkan wajahnya ke dalam cerukan leher Kinan. Tidak ada Ara di antara mereka. Bayi itu seperti tahu kalau orang tuanya butuh waktu berdua dengan terus merengek ingin ikut tidur neneknya saat malam mulai larut.
"Mandi terus sholat." ucap Kinan lagi, meski tak menolak posisi itu. Berada di pelukan Arya adalah hal paling nyaman.
"He-em." jawab Arya singkat.
Kinan memainkan jemarinya di dahi Arya. Merapikan helai-helai rambut yang potongannya cukup panjang. Memberanikan diri untuk lebih mengenal suaminya. Berharap rasa takutnya akan segera sirna.
"Jerawat aku kayaknya makin banyak." ucap Arya lirih terdengar seperti gumaman.
"Enggak, cuma ada dua." tutur Kinan setelah melihat jerawat kecil di dahi Arya yang tak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit pula. "Kok bisa ngerasa ada banyak jerawatnya, sih?"
"Soalnya aku lagi jatuh cinta sama kamu."
Blush.
Pipi Kinan merona merah. Sepagi ini suaminya itu sudah menggombal dan telah berhasil membuatnya bersemu. "Nggak nyambung." balas Kinan. "Tolong lepasin dulu, aku mau bangun." pintanya kemudian sambil berusaha menarik lengan Arya yang melingkari pinggangnya.
Arya membuka mata, semenjak tidur berdua dengan Kinan, dia jadi ketularan bangun sangat pagi. Pria itu lalu menjauhkan wajahnya dari leher tanpa melepaskan dekapannya. "Sun dulu dong."
Kepala Kinan agak mundur dan keningnya berkerut. "Tadi malem kan udah." ucapnya lalu kembali menarik lengan Arya yang mendadak berat dan kaku. Wajahnya tak melihat ke arah Arya yang menatapnya dengan tatapan yang menurutnya agak aneh.
"Tadi malem sama sekarang itu beda, sayang." Arya memaju-majukan bibir dan dagunya. Memberi kode keras pada Kinan.
Kinan melihat tingkah Arya dengan sedikit ngeri. Tadi malam bibirnya sudah dihabisi oleh Arya sebelum tubuhnya bergetar hebat merasa takut. Apa kini dia harus mengulanginya lagi? Bagaimana jika gurat kecewa itu terlihat kembali? "Mas, ayo bangun dulu. Nanti telat lho ke bandaranya." ucapnya mencoba menolak dengan memberi alasan lain. Hari ini mereka akan pulang ke Jakarta setelah kemarin mendadak harus pergi ke Tawangmangu untuk menjenguk Tiara yang sakit.
"Masih nanti jam sebelas. Nggak perlu buru-buru." tolak Arya yang tak melepaskan Kinan dengan mudah. Tekatnya adalah menghilangkan trauma dalam diri Kinan. Memang salahnya sendiri yang dulu telah melakukan dosa besar itu. Namun, salahkah dia berharap jika mereka bisa menjalani rumah tangga selayaknya pasangan lain. Dia pria dewasa yang sudah beristri. Tidur berdua di satu ranjang yang sama dengan orang yang dicintainya. Tak ada hal lain yang ia inginkan selain memadu kasih dengan Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable Baby 2 : With You
General FictionSekuel Undesirable Baby. "Mas!" "Sayangku, kan kita mau pacaran. Masa ngajak anak, sih." sahut Arya kala mendapat sambaran maut dari wanita berhijab coklat disampingnya itu. Kinan mengalihkan pandangannya, tak menatap Arya lagi untuk menyembunyikan...