Kinan menaruh paper bag berwarna hitam itu di atas meja. Ia baru pulang dari mal untuk membeli beberapa perlengkapan Ara seperti popok dan susu. Setelah meletakkan belanjaannya di kamar Ara, dia tadi langsung naik ke kamarnya hendak menyimpan sesuatu yang ia sempat beli tadi, spesial untuk sang suami.
"Lho, Mas. Kok udah pulang?" tanyanya ketika melihat Arya keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Ini memang sudah sore, tapi tak biasanya Arya pulang secepat ini. Ini masih jam setengah empat sore. Di depan tadi dia juga tidak melihat mobil Arya yang terparkir.
"Udah nggak ada kerjaan. Mau mampir ke rumah baru tapi males." ucap Arya lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya itu. Ia memberikan tangan kanannya ketika Kinan memintanya. "Habis belanja?" tanyanya sambil tersenyum melihat paper bag hitam berlogo merk fashion dunia.
Kinan mengangguk antusias. Wanita itu lalu duduk disamping kanan sang suami. "Iya, aku beli sesuatu buat kamu, Mas."
Dahi Arya berkerut, dia kira Kinan belanja untuk dirinya sendiri. Tapi ternyata malah belanja untuknya. "Oh ya, aku dibeliin apa?" tanyanya tak kalah antusias ketimbang bertanya, misal, kenapa Kinan tidak belanja untuk dirinya sendiri dan malah membelikan barang untuknya. Dia tidak mau menyakiti hati istrinya yang lugu itu.
"Ini." ucap Kinan sambil merogoh paper bag dan mengeluarkan isinya. Ada empat buah celana boxer dengan motif kotak-kotak dan garis-garis kecil. "Aku pas tadi lihat ini, tuh langsung keinget boxer yang kemarin kamu buang itu lho, Mas. Yang kamu udah nggak mau pakai padahal kalau dijahit lagi masih bisa itu." tutur Kinan panjang lebar. Tempo hari ada beberapa boxer Arya yang masuk tong sampah karena sobek di sedikit bagian. Kinan sudah menawarkan diri akan menjahit bagian yang sobek itu, tapi Arya bilang sudah tidak mau memakainya. Jadi Kinan sudah tak berani lagi beradu mulut walau dalam hatinya menjerit keras. Apalagi melihat harga celana itu yang satu potongnya saja satu lembar merah. Hanya untuk celana dalam sudah semahal itu. Sebenarnya banyak boxer yang lebih murah dari merk itu, tapi Kinan tak mau mengambil resiko dengan membeli barang yang tidak biasa Arya pakai. Bisa mubadzir jika Arya malah tak mau memakainya. "Kok malah ketawa, kamu nggak suka, ya, Mas."
Arya meredam senyumnya yang lebar. Niatnya ingin tertawa, tapi ia tak mau jika membuat Kinan tersinggung. "Siapa yang ketawa?"
"Kamu." jawab Kinan sambil cemberut. "Kalau nggak suka ya udah nanti bisa buat Adit aja. Sayang banget kalau dibuang." ucapnya sambil memasukkan celana-celana itu kembali ke dalam wadahnya dengan kesal.
Arya menahan tangan Kinan yang tengah memasukkan barang-barang tersebut. Ia susah payah menahan tawa walau tak berhasil. "Suka. Aku suka kok, Sayang. Terima kasih, ya, udah dibeliin celana. Gimana kalau nanti malam aku pakai." ucapnya dengan kerlingan nakal diakhir kalimat.
Pipi Kinan bersemu, datang dari mana sebenarnya suaminya ini? Kenapa sering sekali berhasil menggodanya dengan hal remeh-temeh seperti ini. Wanita itu memejamkan mata saat bibir dingin Arya sudah menyentuh bibirnya yang dipoles lipstik pink tipis. Menerima dengan pasrah cumbuan sang suami yang menggebu.
"Besok kamu ikut aku, ya." ucap Arya setelah melepas tautan bibir mereka. Setelah Kinan terengeh-engeh.
"Ke mana?" tanyanya dengan dada naik turun. Duduk bersandar di punggung sofa.
"Ada deh. Besok pagi kamu siap-siap aja. Habis sarapan kita berangkat." ucap Arya lalu memajukan kepalanya lagi. Posisi Kinan yang seperti itu sungguh menguntungkannya. "Ara nggak usah di ajak." lanjutnya sebelum bibirnya kembali beraksi.
Kinan mendorong dada bidang Arya. "Kok gitu?" protesnya, mereka sudah terlalu sering keluar berdua tanpa mengajak Ara. Anaknya itu lebih sering keluar bersama Ibu Ratri dan Pak Hadi. Seperti sore ini tadi, Ara diajak Ibu Ratri pergi ke arisan. Katanya Beliau ingin pamer cucu pada teman-temannya. Dan Dian yang di rumah malah mengajaknya pergi ke Mal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable Baby 2 : With You
General FictionSekuel Undesirable Baby. "Mas!" "Sayangku, kan kita mau pacaran. Masa ngajak anak, sih." sahut Arya kala mendapat sambaran maut dari wanita berhijab coklat disampingnya itu. Kinan mengalihkan pandangannya, tak menatap Arya lagi untuk menyembunyikan...