"Dingiiiin ...."
"Dinin ...."
Teriakan kecil serempak mengawali pagi keluarga kecil Arya di Tawangmangu. Kemarin mereka bersama Elyas dan Dean ikut penerbangan sore. Ya, mereka semua akan menghadiri undangan pernikahan Raka dan Tiara.
Handuk kecil bergambar boneka membelit tubuhnya yang bulat seusai mandi. Tangan gemuk Ara mengepal dan diletakkan disebelah masing-masing pipinya. Sambil berteriak layaknya bintang iklan di televisi, bocah itu meringis memamerkan gigi kecil teraturnya. Membuat Arya maupun Kinan terbahak dan mengikuti gerakan yang dibuat oleh buah hati mereka itu.
"Ayo, pakai minyaknya dulu." Kinan memperlihatkan botol minyak dengan tutup ulir berwarna putih.
"Minak." Ara meniru ucapan mamanya.
"Iya, biar nggak dingin lagi." Arya membuka handuk Ara dan menahan bocah itu agar tak berlarian. Agar Kinan bisa menyelesaikan ritual rutin pagi mendandani Ara dengan cepat. Anaknya itu selalu punya akal untuk membuat ibunya ikut berlarian. Kadang berlari ke penjuru kamar sambil membawa popok ataupun minyaknya. Kadang malah memainkan boneka dan selalu bisa mengelak saat akan dipakaikan baju dan celana.
"Tayan." Tiba-tiba Ara malah mencium pipi Arya yang ada di dekatnya. Arya tentu tak bisa menolak, pria itu malah menyodorkan pipinya yang lain.
"Mama juga sayang dong." Kinan pura-pura merajuk setelah ia memakaikan popok sekali pakai pada Ara.
"Tayan." Seperti biasa, Ara menunjuk pipi ibunya ketika akan memberi ciuman. Bocah itu mencium pipi kiri sang ibu dan Arya tak mau ketinggalan, bapak satu anak itu mencium pipi kanan istrinya. Mereka berdua mencium pipi Kinan secara bersamaan dan membuat Kinan tersenyum bahagia dan geli disaat yang bersamaan.
"Makasih." ucap Kinan pada Ara.
"Ama-ama." jawab Ara dan Arya serempak. Pria itu meniru ucapan cadel anaknya.
Kinan masih tertawa kecil sebelum menyuruh Arya untuk mandi terlebih dulu dan nanti gantian dia sendiri. Wanita itu tidak mau jika sampai telat datang ke acara resepsi pernikahan sahabatnya. Setelah selesai mendandani Ara, ibu satu anak itu lalu menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya nanti. Sesetel jas hitam dan kemeja putih sebagai dalamannya.
×
Mereka berangkat bersama dari hotel menuju rumah Tiara dengan mobil jemputan. Ajaibnya, Ara mau dipangku oleh Dean yang duduk di samping Arya.
"Pada hari minggu kuturut ayah ke desa. Naik mobil istimewa ku duduk di blakang. Duduk sama om Dean yang ganteng luar biasa. Bernyanyi bersama sampai rumah tante Tiara." Sambil menggerakkan tangan Ara agar bertepuk tangan, Dean bernyanyi dengan suaranya yang tak enak didengar.
"Tutitutitutitu ...." sambung Ara tak jelas.
Tingkah dua orang beda generasi itu bisa membuat seisi mobil tertawa. Ada Arya, Kinan, Elyas, Pak Ramdan dan Ibu Dina. Tak ketinggalan calon pengantin pria bermata sipit itu. Bahkan pak sopir pun juga ikut tertawa karena kenarsisan Dean dan kelucuan Ara.
"Duh, duh lucu banget anak kamu Arya, Kinan. Tante jadi nggak sabar pengen punya cucu juga." kata Ibu Dina dengan wajah berbinar. Sudah membayangkan cucu yang akan diberikan Raka dan Tiara. Menoleh ke belakang karena Beliau duduk di kursi tengah antara Pak Ramdan dan Kinan. Sedangkan Raka duduk di depan di samping pengemudi mobil.
"Sabar Tante, cucunya lagi otw." timpal Dean, padahal dia tidak diajak bicara. Arya dan Elyas hanya tertawa simpul menanggapi jawaban Dean.
"Kamu sok tahu. Habis ini tinggal kamu, ya, yang belum nikah. Ayo buruan nikah jangan gonta-ganti cewek terus." ucap Ibu Dina telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable Baby 2 : With You
General FictionSekuel Undesirable Baby. "Mas!" "Sayangku, kan kita mau pacaran. Masa ngajak anak, sih." sahut Arya kala mendapat sambaran maut dari wanita berhijab coklat disampingnya itu. Kinan mengalihkan pandangannya, tak menatap Arya lagi untuk menyembunyikan...