04. Super Dad

51.3K 4.4K 425
                                    

18+
Jika usia kamu ada di bawah 18, mohon untuk melewati part ini.

×

Kinan melepaskan apron merahnya dari leher. Melipatnya lalu memberikan benda itu pada asisten rumah tangga keluarga Pramono. Bukan Bulek Tatik karena beliau sudah keluar dari pekerjaan itu. Bulek Tatik pulang kampung karena harus mengurus Ibunya yang sudah renta dan lemah. Saat akan kembali ke Jakarta kemarin, dia dan Arya juga sempat mampir ke rumah beliau untuk berpamitan.

"Tolong diberesin, ya, Bik." ucap Kinan pada asisten rumah tangga yang ia perkirakan berusia lebih dari 40 tahun itu. Maksudnya adalah membereskan dapur yang berantakan setelah ia memasak untuk makan malam nanti.

"Baik, Bu." jawab Bik Inah. Asisten rumah tangga yang baru itu sudah memanggil Kinan dengan sebutan nyonya, tapi Kinan menolaknya dengan halus. Dia tidak suka dipanggil nyonya. Menurutnya, kata nyonya terlalu berlebihan.

Kinan lalu keluar dari dapur dan berniat mencari anak dan suaminya berada. Rumah terasa sepi karena Pak Hadi dan Ibu Ratri pergi menghadiri jamuan dari seorang rekan kerja. Dian juga belum pulang.

Kakinya melangkah menuju ruangan yang diperuntukkan khusus bagi Ara agar bayi itu bisa bermain sepuasnya. Dia mendengar ada suara tawa dari sana. Wanita itu membuka pintunya perlahan. Mengintip keadaan di dalam sana yang membuat senyum manisnya terpeta di wajahnya yang semakin hari semakin bersinar.

Terlihat anak dan bapak itu duduk di atas karpet. Arya mau memakai bando berpita besar warna merah muda. Tangan kanannya memegang tongkat warna serupa berujung bintang. Pria itu mengacungkan dan memutarnya beberapa kali sambil bibirnya menggumamkan kata-kata entah apa. Tapi anehnya, Ara akan tertawa terpingkal-pingkal setelah Arya selesai berucap. Wajah bayi itu juga sampai terlihat merah.

"Bebek berjalaaaan."

Arya menggerakkan jari tengah dan telunjuknya seperti kedua kaki yang sedang berjalan di atas karpet. Sementara Ara menunggu ke mana jari-jari itu akan melangkah.

"Gajah melompat. Bruk. Bruk. Bruk." lanjut Arya seraya mempercepat langkah jarinya menuju kaki dan perut Ara. Membuat tawa lucu bayi itu kembali terdengar ketika perutnya merasa geli.

"Bebek berjalan. Gajah melompat." ulang Arya berkali-kali sambil menggelitik perut Ara sampai bayi itu terbaring di karpet. Juga tawa yang memenuhi ruangan itu.

"Apo ... Apooo ...." ucap Ara. Maksudnya berkata ampun, agar dilepaskan oleh sang ayah.

Langkah pelan Kinan memasuki kamar. Senyumnya juga belum surut melihat kebersamaan orang yang dicintainya itu.

"Ma-ma ...." suara kecil Ara terdengar lagi, saat bayi itu melihat Kinan yang mengendap-endap di belakang Arya. "Mam-ma ...." ucapnya lagi setelah sang ayah melepaskannya. Dia lalu berlari ke sang ibu yang sudah bersiap dengan rentangan kedua tangan.

Ara sudah sampai di pelukan Kinan dan Arya masih tetap memburunya. Kinan ikut bermain dengan membawa Ara menghindar, tapi Arya selalu punya cara untuk menggelitiki anaknya itu. Bahkan, beberapa kali dia juga menggelitik ibunya Ara. Membuat dua perempuan itu tak bisa menahan tawa bahagia.

"Hik. Hik."

Terdengar suara cegukan di antara mereka. Spontan Kinan berhenti tertawa. Begitu pula dengan Arya yang berhenti menggelitiki mereka. Sementara Ara, bayi yang cegukan itu malah tertawa melihat kedua orang tuanya yang menatapnya kaget.

×××

Seperti malam-malam sebelumnya saat masih berada di Jogja. Malam ini Ara ikut tidur dengan kakek dan neneknya. Kinan tidak mengerti, mengapa anaknya suka sekali tidur tanpa dirinya. Oke, memang setelah makan malam tadi anaknya itu sudah dipepet terus oleh sang nenek. Tadi sore Ara dibelikan mainan dan baju baru lagi, padahal mainan dan bajunya sudah sangat banyak. Bu Ratri bilang akan mengurus Ara dengan baik. Lagipula Ara sudah tidak minum asi lagi jadi Kinan tidak ada alasan untuk merebut Ara. Anaknya itu tidak mau minum asi saat ia menikah ulang, saat ia didandani adat Jogja. Ara takut melihatnya dan lebih memilih bersama Tiara dan Dian.

Undesirable Baby 2 : With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang