05. Gamis

45.3K 4.3K 533
                                    

"Kita mau ke mana, sih, Mas?"

Arya tersenyum misterius saat sang istri terus memburunya dengan pertanyaan yang sama di sepanjang jalan semenjak mereka keluar dari halaman rumah. Pria itu tak kunjung menjawab hingga cubitan kecil mendarat di pinggangnya. "Aduh." ucapnya sambil meringis pura-pura kesakitan.

"Kenapa tadi aku nggak boleh ngajak Ara?" Kinan mengajukan pertanyaan lain saat pertanyaannya yang berulang tak mendapat jawaban.

"Mas!"

"Sayangku, kan kita mau pacaran. Masa ngajak anak, sih." sahut Arya kala mendapat sambaran maut dari wanita berhijab coklat di sampingnya itu.

Kinan mengalihkan pandangannya, tak menatap Arya lagi untuk menyembunyikan rona merah di kedua pipi. Lemah sekali hatinya, digoda begitu saja sudah meleleh.

Laju mobil sedan silver metalik itu mulai melambat dan menepi, lalu berbelok masuk ke halaman depan sebuah butik, Itu yang Kinan tahu saat ia membaca tulisan di tembok bangunan tiga lantai tersebut.

"Mau ngapain ke sini?" tanya Kinan ketika Arya mematikan mesin mobil lalu melepaskan sabuk pengaman yang membelit tubuhnya.

"Ya belanja lah, emang di butik jual makanan?" Arya malah balik bertanya hal yang tak penting, kemudian mengecup pipi Kinan yang tepat berada di hadapannya.

Bibir Kinan merengut, lagi-lagi Arya mengecupnya sembarangan. "Baju aku masih banyak, Mas."

Arya yang tengah melepas sabuk pengamannya sendiri itu lalu menoleh, menatap istrinya dengan teduh. "Baju kamu kan banyak yang lengan pendek."

"Yang lengan panjang juga ada kok. Rok panjang juga ada." ucap Kinan membela pakaiannya.

"Kinan ...." Arya raih tangan kanan istrinya itu dan menggenggamnya erat. Tatapannya masih teduh memandang wajah ayu wanitanya yang dibingkai jilbab syar'i. Sangat cantik dan selalu bisa menenangkan hatinya didalam situasi apapun. "Ijinin aku nafkahin kamu. Ijinin aku menebus semua kesalahan aku."

"Apa sih ...." Kinan menarik tangannya yang berada di genggaman sang suami. Dia tidak suka jika Arya mengungkit masa lalu. Menurutnya, yang telah berlalu, ya sudah. Karena tidak akan pernah ada masa depan tanpa masa lalu. Apa yang telah terlewati tidak mungkin bisa diulang kembali. Yang harus diambil dari masa lalu adalah pelajarannya supaya kita bisa lebih maju kedepannya. "Aku nggak suka ya mas kalau kamu ngomongin itu lagi. Aku kan udah maafin kamu. Kita juga udah punya Ara. Sekarang, tinggal gimana kita memperbaiki diri supaya nggak melakukan kesalahan besar lagi."

Arya menatap Kinan sambil bersusah payah menahan haru yang bisa dengan mudah menyeruak menjadi tangis. Selalu seperti ini, dia akan menjadi lelaki cengeng ketika mengingat kesalahan fatalnya. Dia merasa beruntung karena Kinan mau memaafkannya dan membalas cintanya dengan sama besar. Arya sangat beruntung memiliki Kinan. "Iya, maaf nyonya."

"Dimaafkan." sahut Kinan dengan senyuman merekah. "Ya udah, nggak usah jadi belanja ya." lanjutnya dengan memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi. Tak lupa kedua telapak tangannya menangkup memohon.

"Nggak bisa, kamu harus tetep belanja." tolak Arya lalu keluar dari mobil. Mengitari sisi depan kendaraan tersebut untuk sampai di samping pintu seberang untuk mempersilahkan sang bidadari juga ikut keluar.

"Maaaassss ...." rajuk Kinan manja sambil memegang lengan Arya, bersikeras tak mau turun dari mobil.

"Mau aku gendong?" Arya memberi penawaran menarik, menurutnya sendiri.

Kinan menghembuskan napasnya, sebal. Harusnya dia ingat jika tidak akan ada gunanya berdebat dengan Arya si tuan pemaksa itu. Wanita itu lalu turun setelah meraih tas kecil berwarna coklat dengan motif seperti huruf C yang tergeletak di sampingnya. Tas hadiah dari kakak iparnya satu bulan yang lalu.

Undesirable Baby 2 : With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang