2. Nasehat ibu

3.4K 240 1
                                    

02 April 2020

.

.

.

Citra merapikan selimut dan bantalnya yang berada di kasur dengan sangat telaten. Setelah acara ritualnya di kamar mandi dan beribadah solat subuh, Citra menyiapkan perlengkapan untuk berkerja nanti. Tak banyak hanya membawa buku materi dan map saja.

Citra adalah wanita lulusan Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Magelang. Di Bandung ini, Citra akan menjadi guru TK yang diajukan oleh sepupunya karena resign dari pekerjaannya ini. Alasan sepupunya itu pindah karena sudah mendapat pekerjaan baru yang lebih besar gajinya dan menjamin hidupnya. 

Citra yang posisinya belum mendapat pekerjaan, hanya bisa mengangguk mengiyakan tawaran dari sepupunya itu. Pasalnya, sekarang itu mencari pekerjaan sangat susah. Banyak sekali saingan diluar sana yang lebih berkualitas dan mempunyai prestasi tinggi.

Citra juga tidak masalah dengan pekerjaan mengajar anak-anak kecil. Baginya anak kecil itu malaikat mungil yang begitu manis dan menggemaskan. Seban itulah yang membuat Citra sangat senang jika berada diantara anak kecil.

Dan sekarang Citra berada di kota ini.  Menggantikan posisi sepupunya yang menjadi guru kanak-kanak. Citra sangat menerima dengan ikhlas. Baginya pekerjaan ini adalah sesuatu pekerjaan yang mulia dan jangan sampai di sia-siakan apalagi dibuang. Citra juga berpikir berada di kota orang ini dirinya bisa menemukan jati diri dan pengalaman sebanyak mungkin.

"Bismillah, semoga hari ini lancar semua." Doa Citra sambil menyibak gorden kamar kost dengan pelan.

Citra berdiri memandang lurus ke depan. Sinar matahari yang baru terbit menembus kaca milik Citra tanpa diminta. Rumah-rumah kecil membuat pemandangan indah dari atas kamar begitu juga dengan burung-burung yang berkeliling diatas awan. Sungguh cantik sekali kota ini.

"Semoga aja aku betah disini," guman Citra yang berharap agar kehadirannya disini membuat dirinya lebih baik dari sebelumnya. Citra ingin menjadi wanita karier seperti saudara-saudaranya. 

Drtt

Drtt

Drtt

Citra menoleh kebelakang melihat ponselnya yang berbunyi. Dengan segera Citra berlalu dari jendela dan menghampiri ponselnya yang terus berbunyi.

Citra meraih ponselnya yang berada di meja kecilnya. "Ibu," guman Citra yang memandang kearah layar ponselnya yang tertera nama ibunya disana.

Citra segera menekan tombol hijau dan menempelkan di telinga kanannya. "Assalamualaikum bu," salam Citra menyapa ibunya yang berada di sebrang sana.

"Waalaikumsalam," balas sang ibu. 

Dengan telepon yang masih tersambung. Citra mendudukkan dirinya di pinggir kasur. "Iya Bu, ada apa?" tanya Citra dengan basa jawa khas Jawa tengah itu.

"Ibu kangen sama kamu nak," seru Tutik- ibu Citra dari seberang sana dengan suara lemah.

Citra menghela nafasnya dengan pelan. Begini jika menghadapi orang tua yang selalu resah pada anaknya. Citra tau jika ibunya itu selalu takut terjadi padanya. Memang seharusnya begitu untuk semua ibu. Dan itu yang membuat Citra harus bersabar mengambil hati ibunya. "Oalah Bu, kemarin Citra baru berangkat. Kok sudah kangen aja," ucap Citra yang diselingi dengan candaan.

"Iya ibu tau, tapi kamu itu putri ibu satu-satunya," balas Tutik yang membuat Citra terdiam sejenak. Citra memang anak semata wayang yang sangat dijaga oleh kedua orang tuanya.

Citra tahu dampak keputusannya ini, meninggalkan ayah dan ibunya yang berada di luar daerah demi mencari nafkah hidup dirinya dan keluarganya. Citra hanya ingin membahagiakan mereka berdua.

"Bu, Citra tau kalau ibu itu takut kalau Citra kenapa-kenapa bukan?"
balas Citra tenang. Kali ini Citra harus menenangkan ibunya kembali yang termakan dengan rasa takut lagi.

Pergi merantau di kota ini saja Citra harus memberi arahan pada ibunya yang masih kolot dengan pemikiran itu. Hanya ibu yang seakan-akan tidak rela Citra pergi, sedangkan sang ayah menurut saja apa yang diinginkan Citra. Bagi ayahnya Citra itu sudah dewasa jadi apapun yang akan diambil pasti sudah dipikirkan dua kali.

"Iya nak, ibu takut."

"Buk, Citra sudah besar kok. Jangan takut, disini Citra akan selalu menjaga diri. Ibu tidak usah khawatir," ucap Citra menasehati Tutik untuk tidak takut dengan dirinya. Citra berharap di kota ini dirinya nyaman dengan pekerjaannya nanti.

Hening

Tidak ada sahutan apapun dari Tutik. Hanya helaan nafas yang terdengar disana. "Ibu mau nitip pesan sama kamu," tutur ibunya yang menyahut dengan waktu lama.

Mendengar itu Citra menganggukkan kepalanya meski sang ibu tidak mengetahuinya. "Iya bu pesan apa? Citra bakal ngelakuin nasehat ibu," ucap Citra yang akan mendengar nasehat ibunya ini. Padahal sebelum pergi kesini, Citra diberi wejangan nasehat sehari penuh oleh ibunya. Bahkan Citra sudah hapal betul dengan wejangan sang ibu.

"Ibu minta kamu jaga diri, jaga kesehatan disana, jangan keluar malem kalo tidak penting, jangan bergaul dengan orang-orang yang salah, satu lagi jangan pernah tinggalkan solat wajib dan sunnah-nya. Mengerti?" ucap Tutik menasehati cittra dengan suara halus dan pelan.

Disana Tutik sangat khawatir dan takut dengan putrinya itu. Berada jauh dari pengawasannya membuatnya gelisah apa yang akan terjadi menimpa putrinya itu.

Terlihat Citra mengangguk dan tersenyum hangat. Citra terenyuh dengan nasehat ibunya yang selalu membuat dirinya disayangi. "Iya bu, Citra akan menjaga amanah dari ibu. Citra juga akan melakukan apa yang ibu katakan," ucap Citra yang akan melakukan nasehat ibunya.

"Ingat, jangan terlalu dekat dengan anak laki-laki ya!" tungkas Tutik  tidak ingin Citra terlalu dekat anak laki-laki.

Citra kembali menganggukkan kepalanya. "Insyaallah kalau itu bu," balas Citra yang tidak bisa menjamin jika tidak dekat dengan anak laki-laki. Pasalnya di kost ini banyak penghuni anak laki-lakinya ketimbang dengan anak perempuan.

"Iya, tetap jaga jarak!" seru Tutik memperingatkan Citra untuk menjaga jarak dengan laki-laki. Karena laki-laki jaman sekarang dengan dulu itu berbeda. Banyak modusnya kalau sekarang itu.

"Iya bu, sudah ya bu. Citra mau siap-siap kerja dulu, hari pertama tidak boleh telat datang. Citra pamit, assalamualaikum," balas Citra meminta izin untuk menutup sambungan teleponnya karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Dan itu Citra harus bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah agar tidak terjebak macet dan datang terlambat.

"Waalaikumsalam," balas ibunya sebelum menutup teleponnya.

Setelah sambungan terputus, Citra segera mengambil pakaian yang tersimpan di lemari kayu tak bermotif. Citra menjatuhkan pandangannya pada kemeja putih lengan panjang dan rok hitam yang menggantung didalam sana.

Dengan segera, Citra mengeluarkan kemeja dan rok itu dari dalam lemari. Lalu menggunakannya untuk hari pertama mengajar anak-anak kecil. Setelah mengenakan pakaian itu, Citra memadukannya dengan hijab pashmina berwarna merah maroon yang membuat Citra tampak ayu.

Tak lama dalam berdandan, Citra hanya menggunakan bedak dan liptint merah untuk tak terlihat pucat.

"Waktunya berangkat, assalamualaikum," guman Citra keluar dari kamar kostnya yang sudah ramai dengan orang-orang beraktifitas.

Citra segera turun dari lantai 2 menuju lantai 1. Citra sudah memesan ojek onilne lewat aplikasi di handphonenya.

"Atas nama mbak Citra?" tanya seorang laki-laki yang berpenampilan layaknya ojek online.

Citra menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. "Iya pak," balas Citra.

"Ini helmnya," ucap sang ojek sembari memberikan helm untuk pelindung kepala.

Citra menerima dan memakai disana." Terima kasih pak." Citra pun menaiki jok belakang dan kemudian berlalu dari kost.

.

.

.

Hai hai ketemu lagi!!!
Jangan lupa vote dan komen ya!!
Kepoin ceritaku yang lainnya...

Janji Suci [KARYA KARSA & KBM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang