2

107 48 21
                                    

Dihari yang sama Part 1
_
_
_
_

Dinda mencoba untuk bersikap biasa dan menutupi keterkejutannya terhadap laki laki dihadapannya ini.

"duh malah ketemu ke gini si" gumamnya merutuk.

Dinda bangkit lalu menduduki dirinya dilantai lorong yang dingin, keadaannya sangat mengenaskan.

Laki-laki itu hanya manatap keadaan Dinda tak mau peduli.

Andika hanya berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mencoba untuk tak melihat apapun. Dengan perasaan masih dirundung kekecewaan yang  menghantuinya sejak beberapa hari yang lalu.

Dinda hanya meratapi kepergian Andika dengan perasaan bersalah.

Keramaian orang berlalu lalang tidak membuatnya merasa malu. Rasa malu itu tertutupi oleh sesek didadanya.

Rina menghampiri Dinda dengan dengan perasaan khawatir. Gadis itu berjongkok dihadapan Dinda yang sedari tadi menatap lantai.

"Din, ya ampun. Idung lo berdarah" pekik Rina.

Air mata yang Dinda tahan dipelupuk matanya sejak tadi sudah tidak bisa ia bendung lagi kala tangan Rina menyentuh pundaknya.

Air matanya mengalir mengikuti rasa sesak dihatinya. Dinda terisak tertundak sambil memegangi asal muasal rasa sakit itu, dadanya berdenyut nyeri kala terjatuh atau pun.. karena sosok laki-laki yang pergi meninggalkan dirinya.

"eh jangan nangis, Din. Dadanya sakit? Duh maaf atuh iya salah gue udah jangan nangis aelah, lu mau mukul gue kan ya udah nanti lu pukulin gue ya tapi jangan disini. Ayok ke UKS aja" panik Rina tidak mengerti harus berbuat apa dikala situasi ini.

Dinda hanya diam terisak tak memperdulikan Rina yang dirundung kepanikan.

"Eh, liat ember disini gak?" tunjuk seorang laki-laki yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua dengan ekspersi bingung.

Namun laki-laki itu hanya membuat Rina kesal, gadis itu memang salah namun laki laki dihadapannya ini sama salahnya dengannya dan ikut pertanggungjawaban dalam insiden ini.

"Woy gara-gara lo temen gue kepelest nih. Bego banget sih naro ember tengah jalan, gak ada otak banget." marahnya sambil menendang ember yang berada disamping, lalu berdiri dihadapan laki-laki itu.

Rina mulai mengomel tampa tahu disekitar dirinya banyak wanita yang menatap dirinya kesal.

Laki-laki  jangkung itu hanya memasang ekspresi bingung melihat wanita dihadapan-nya memarahinya.

"Yah anjir jangan ditendang nanti bolong"

"Eh temen lu rebahan gitu gk masuk angin?" tanyanya meperhatikan Dinda yang berada dibelakang Rina sambil mengambil embar yang tadi baru ditendang.

"rebahan gimana?"

Rina langsung menoleh ke arah Dinda yang sudah berganti posisi.

"temen lu pilek darah, si anjir" gumam laki-laki itu bergidig ngeri melihat keadaan Dinda.

"YA AMPUN, DIN" pekik Rina semakin panik
"Plis walau pun lu bego, plis tolong gue" tatap Rina memelas.

Tahu maksud dari gadis dihadapan-nya ini dengan sigap Daniel mengendong Dinda ala bridal style menuju ruang UKS.

                                      |☆☆☆|

"Gimana Dinda?" tanya Bunga penasaran.

"Dia masih belum sadar" jawab Rina lemah, perasaan bersalah menyelimuti dirinya, dikala dihujami banyak pertanyaan dari teman temannya Dinda.

"Duh lagian sih udah gede juga masih main kejar-kejaran" seru Yara datar memperhatikan Rina yang canggung dihadapan-nya.

LayoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang