9

26 6 1
                                    

Dihari yang sama part 4
_
_
_
_

Dinda mati-matian menahan kemarahan-nya. Rasanya tak segan akan mencabik-cabik pemilik suara saat ini juga.

Namun perasaan itu ia hilangkan, mencoba  menetralkan semua perasaan murka dari dalam hatinya. Dinda bukanlah gadis penyabar, emosi nya bisa meletup-letup seperti popcron. Namun kali ini ia harus melakukan nya.

Ia menghela nafasnya dalam, membalikan badan-nya, kemudian menatap kaka kelas yang sudah membully dan mempermalukan-nya itu.

"LU ANJ_" maki Bunga pun tertahan, kala Dinda meliriknya seraya tersenyum mengeleng untuk tak turut ikut campur.

Semua memperhatikan mereka dengan hening, mereka hanya mampu menonton adegan selanjutnya dari anak sang donatur sekolah dan Dinda yang bukan apa-apa.

Dinda mendongak, menatap menyeringai, memiringkan wajahnya bingung.

"ada apa kaka? Ada yang salah dari saya, sempe kaka sendiri repot repot gitu ngelabrak saya?" tanya-nya menaikan sebelah alis, menuntut jawab dari kaka kelasnya.

"ck, gua cuma minta" decaknya sinis melangkah mendekati Dinda."jauhin Daniel, lo cuma benalu sekolah, lo tau gua siapa disini. Jangan banyak tingkah, bitch" bisiknya tepat didaun telinga Dinda.

Ding Dong

"ayo gyus..."

Mereka berlalu dari hadapan Dinda, tak lupa menabrakan bahu nya hingga sedikit mudur.

Dinda mengepalkan jari-jemarinya kuat-kuat, membuat kuku-kuku nya memutih karena menahan emosi. Gadis itu bisa saja menonjok muka kaka kelasnya itu, namun ia urung karena tak mau membuat masalah disekolah sehingga membuat ibunya harus dipanggil.

Ia menghela nafasnya dalam. Menelisik sekitar yang sudah membubarkan kerumunan menuju kelas masing-masing.

"Bangsat" umpat Bunga yang tertahan karena tak memaki kaka kelasnya itu.

"Din..." panggil Pasah mengelus bahu gadis itu lembut.

"i'm fine" sangkal nya saat bahunya dirangkul oleh Yara.

Dinda tak merasa baik sebenarnya namun, ia mencoba untuk bersikap tenang dan tidak gegabah dalam masalah ini.

.
.
.
.

Dinda sedikit khawatir dengan kaka kelasnya itu. Viona Atmaja sang donatur tetap disekolah nya, gadis anggkuh yang suka merendahkan yang rendah.

Untuk kedua kalinya Dinda harus berurusan dengan-nya. Berawal dari ketertarikan Viona dengan Andika yang notaben-nya adalah sahabat terdekat nya sejak SMP dan beberapa kali memergoki Viona membully siswi lain.

Dinda menghela nafasnya dalam, menenggelamkan wajahnya dikedua tangan yang ia lipat diatas meja.

Berteriak bukan hal bagus saat ini. Tapi ingin rasanya berteriak sekencang kencangnya walau tak ada guna, hanya sekedar menumpahkan kekesalan nya. Ia menghela nafasnya dalam untuk kesekian kalinya.

"Din" panggil Sinta yang berada dibelakang bangkunya.

Dinda hanya berdehem.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LayoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang