8

52 8 0
                                    

Dihari yang sama prat 3

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan-nya ♡
_
_
_
_

Fakih enggan untuk duduk. Laki-laki itu masih berdiri dengan semua kecurigaan yang berada diotaknya, sedangkan temen-temen-nya yang lain sudah duduk dengan nyamannya.

Sekarang mereka menatap keberadaan Fakih yang masih enggan beranjak dari ditempat-nya.

"Fakih lu kenapa?" tanya Adri bingung.

Dinda tersenyum manis menatap Fakih. Mereka yang melihat Dinda terperangah menatap gadis itu penuh puja ia terlihat megemaskan.

Namun busuk.

"Din, bilang sama gua lu mau apaan? Jan kek gitu, gua lebih takut"

Laki-laki itu menatap manik Dinda tajam. Namun Dinda tak masalah, ia masih mempertahankan mimik wajahnya tersenyum menatap sepupunya itu.

"Fakih duduk dulu mending!" titah gadis itu lembut, menunjuk bangku kosong dihadapan-nya.

Fakih beranjak takut-takut masih tetap dengan kezoliman dirinya yang tak bisa ia hilangkan.

Ia duduk dihadapan Dinda. Gadis itu menaruh kedua lengan-nya dimeja kemudian melipatnya, duduknya ia tegap kan.

"Mang. Gorengan Dinda Fakih yang bayar ya" kata gadis itu cepat.

Fakih merubah mimik wajahnya pias.

Mereka semua yang mendengar Dinda merasa iba terhadap laki-laki itu, masih pagi sudah tertiban kemalangan.

"eh endut, makan itu jangan ngebebanin orang napa sih" sewot Fakih kesal, mengusap wajahnya gusar.

Fakih mencubit kedua pipi bakpau Dinda. Gadis itu menepis kedua lengan Fakih agar menjauh dari pipinya.

"Fakih kok jadi gitu sama Dinda, Fakih bener ya udah berubah" srunggut-nya marah.

Mereka semua sudah terbiasa dengan Dinda yang merengek seperti anak kecil dengan laki-laki itu. Jadi mereka hanya menonton, menikmati Fakih yang akan kalah.

"Dulu Fakih tuh baik banget sama Dinda mang sering bayarin Dinda. Tapi semua itu berubah semenjak Fakih udah pacar-pacaran. Yang dibayarin makan selalu pacarnya, Dinda mah udah enggk pernah dikasih makan"

Dinda men dramatisir peran-nya seolah-olah kemalangan itu memang terjadi padanya. Fakih hanya membalas menatap nyalang Dinda dengan kesabaran laki-laki itu yang harus diacungi jempol.

'sabarkanlah hati hamba ya allah' rapalnya selalu.

Mang Memet yang mendengar nya merasa kasihan kepada Dinda. Namun lain hal dengan Adri, Daniel, Andika, Wisnu, Haikal dan Riki mereka mati-matian menahan tawanya agar tak meledak.

Menonton penderitaan sahabatnya yang tidak pernah kelar memiliki sepupu seperti Dinda adalah hiburan bagi mereka.

"Terus ya mang Fak.."

"Udah Din jan ngawur, berapa mang?" pinta Fakih datar, sambil mengeluarkan dompet-nya.

"tadi Dinda gak tau makan berapa gorengan" Daniel memberitahu.

"lah terus?" tanya Fakih bingung, seraya meninggikan suara-nya.

"dia tadi makan sepiring penuh gorengan sebelum-nya juga dia makan banyak" sambung Daniel. Fakih membola menatap Dinda.

Mereka semua terperangah, Dinda memiliki postur tubuh yang kecil, namun memiliki daya asupan yang banyak.

Dinda terlihat sedikit malu-malu.

LayoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang