7

46 16 0
                                    

Hari yang sama part 2

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan-nya. Tetap semangat ♡
_
_
_
_

Mang Memet hanya menganggut-ngangut. Pria berumur tiga puluhan itu masih sibuk mengoreng.

"mang, Fakih juga sering kesini?"

"Fakih ma jarang madol tapi suka kesini kalau pagi-pagi atawa istirahat" jawab mang Memet sibuk melayani.

Gadis itu hanya ber'o'ria memperhatikan mang Memet yang sedang melayani pelanggan.

Pelanggan itu berpenampilan sedikit mencolak layaknya anak pang namun tampan walau bibirnya ditindik, kupingnya berhias anting hitam dan rambut 
bercampur merah. Dinda sedikit takut dengan orang-orang seperti itu.

Tapi ia tampan. Mampu menyedot perhatian.

"hayu mang..."
"enya" sahut mang Memet kepada pria itu ramah.

Pria itu tersenyum ramah kearah Dinda. Gadis itu membalas senyuman-nya takut-takut seraya mengangut sopan. Lalu ia berlalu pergi.

Setelah itu Dinda bengong.
'ganteng sih. Tapi keliatan gak bener, tapi sopan' gumamnya dalam hati.

"HAYO" kaget mang Memet. Dinda sedikit terperanjat.

"ihhh amang ngagetin tauk" suara Dinda meninggi.

Gadis itu sangat cempreng jika sudah berteriak.

Mang Memet membawa sepiring gorengan cireng dan menaruhnya dihadapan Dinda.

"neng Dinda mikir apa hayo, gak boleh loh mandang orang sebelah mata neng. Kang Aldo baik walau seperti itu penampilannya" jelas mang Memet.

"ihh amang apa si. Orang gak mikirin dia"
Elak Dinda sinis.

"ah masa" 

Mang Memet duduk dibangku panjang tepat didepan warungnya.

"neng Dinda teh enggk boleh lihat orang dari penampilan saja. Orang baik itu dimana aja neng, tapi dengan cara yang berbeda dalam tujuan-nya. Kayak Daniel, Daniel teh budak na nurut, dia baik sabenerna-mah, dia seperti itu hanya ingin semua orang menganggap nya ada. Tapi salah lingkungan rumah-nya saja yang belum bisa memberi perhatian itu sama Daniel.

Dinda mendengar kan dengan baik sambil mengunyah gorengan.

"Kalau Andika. Budak eta teh teu peduli lingkungan sekitar na, terlalu cuek. Mungkin penyebab na teh lingkungan rumah na anu teu perduli sama Andika. Makanya dia teh balas teu pedulian juga sama orang, omongan nya teh terlalu jujur sampai tidak memikirkan perasaan orang lain ia hanya tahu kenyamanan dirinya lebih penting dari orang lain.

"Andika kalau dilihat perhatian banget sama eneng, kalau amang lihat. Andika teh, baik kalau sama orang yang perduli sama dia neng, berarti.

"pada dasarna mah setiap orang punya sisi baik na walau dilihat dari kaper na teh jelek semrautan. Mereka mau berbuat baik jikalau lingkungan-nya juga baik sama mereka. Nah maka dari itu kita harus baik sama orang, walau sekali pun orang itu sudah jahat sama kita, kita kasih kesan terlebih dahulu baru orang itu akan terkesan ikut baik"

Dinda mengangut-ngangut mendengar penjelasan mang Memet. Lingkungan rumah memang sangat berpengaruh untuk setiap insan.

Hening. Dinda dirundung pikiran-nya. Sedangkan mang Memet asik dengan game mobile nya.

"nih" seseorang membuyarkan lamunan Dinda. Gadis itu sedikit tersentak dengan plastik yang disodorkan seseorang.
"eh"

Dinda melihat Andika yang menyodorkan plastik putih itu. Lalu mengambil duduk disampingnya.

LayoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang