Chapter 5

504 88 33
                                    

“Ketika kau harus memilih, mana
yang akan kau pilih?
Seuatu yang ada dalam genggamanmu,
tetapi masih kau ragukan, atau....
sesuatu yang dulu pernah ada dalam
genggamanmu, sempat terlepas,
tetapi ingin kembali pulang?”

.
.
.

Ryujin ternganga, begitupun Yuna dan Jisung yang ada di ruang tunggu ICCU itu. Dengan gugup Ryujin menelan ludah, menatap Hyunjin yang tampak begitu serius, menatap Yuna dan Jisung yang mengamati mereka dengan penuh keingintahuan.

Ryujin bingung harus bicara apa. Kalau menurut kata hatinya,
seharusnya dia langsung menolak mentah-mentah lamaran itu, bukankah saat ini mereka sedang mempersiapkan pernikahan yang hanya sandiwara?

Kenapa Hyunjin melamarnya di sini, di depan kedua adik mereka? Bagaimana Ryujin harus menanggapinya? dengan sungguh-sungguh atau bersandiwara?

"Hyunjin...?" Ryujin bergumam lirih berusaha supaya tidak terdengar oleh Yuna dan Jisung yang ada di ujung ruangan.

Hyunjin menatap Ryujin dengan mata membara, tampak tersiksa,

"Please.” mulutnya membentuk permohonan tanpa bersuara.

Ryujin menelan ludah lagi. Hyunjin pasti punya alasan melakukan ini, mungkin dia akan menjelaskannya nanti. Dan jika ternyata mereka salah arah, Ryujin berharap Hyunjin bisa mengeluarkannya dari masalah ini.

Dengan menguatkan hati, Ryujin menganggukkan kepalanya.

"Baik Hyunjin aku bersedia menikah denganmu." terdengar suara helaan napas Yuna di sudut ruangan, lega.

Sementara Ryujin mencuri pandang ke ekspresi adiknya yang tercekat. Mungkin sama seperti dirinya, Jisung kaget dan tidak menyangka hubungan Ryujin dan Hyunjin berkembang secepat ini.

Sedangkan Hyunjin, lelaki itu memejamkan matanya tampak lega luar biasa. Lalu dengan cepat, seolah takut Ryujin berubah pikiran, dia menyelipkan cincin yang mereka beli barusan ke jemari Ryujin.

"Itu jadi cincin pertunangan kita. Besok kita beli lagi cincin pernikahan,” bisiknya serak sambil mengecup jemari Ryujin yang bercincin. Hyunjin lalu berdiri dari posisi berlututnya, tampak menjulang di depan Ryujin,

"Baiklah Ryujin, karena kau
telah menyetujuinya, kita akan menikah besok."

"Besok??!"

Kali ini yang bersuara kaget bukan hanya Ryujin, tetapi juga Jisung dan Yuna.

Hyunjin menghela napas panjang, lalu menoleh sedih ke arah ruangan ICCU.

"Mama sedang memperjuangkan hidupnya di sana serangan ini tidak akan terjadi satu kali saja, pasti akan terjadi lagi, dan setiap terjadi kita mempunyai resiko kehilangan mama, satu-satunyapermintaannya adalah bisa melihat aku menikah." kesedihan di mata Hyunjin bukanlah sandiwara, lelaki itu benar-benar sakit dengan kondisi mamanya,

"Aku tidak mungkin menolak permohonan mama kan? Akan hidup dengan penyesalan yang mendalam kalau sampai mama meninggal dan aku tidak bisa melakukan amanat satu-satunya darinya."

Yuna mengusap air matanya dengan pedih, membiarkan dirinya dipeluk oleh Jisung.

Sementara itu, Jisung mengamati Hyunjin dan Ryujin berganti-ganti.

"Apakah... Apakah kalian yakin? Aku tidak tahu seberapa lama dan seberapa dalam hubungan kalian berdua... Meskipun aku sangat senang kalian bersatu, tapi... Pernikahan mempunyai dasar pertimbangan lain selain cinta dan
pemenuhan amanat untuk orang lain... Pernikahan adalah komitmen seumur hidup... Untuk selamanya kalau bisa," gumam Jisung, mencoba mencari jawaban dari ekspresi dua manusia di depannya.

Perjanjian Hati || Hyunjin Ryujin [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang