Chapter 9

729 76 23
                                    

Warning!

Aku harap kalian baca notenya yaa jangan di lewat tengkyuuuuuu

Luvv 💕


___________________________________

“Kadangkala cinta yang kau nanti,
sudah ada dalam genggaman tanganmu.

Hanya saja kau belum menyadarinya.”

.
.
.

Ryujin merasakan napasnya sesak ketika air laut mulai menenggelamkannya, asin yang panas memasuki tubuhnya, membuatnya megap-megap mencoba meminta pertolongan untuk terakhir kalinya, lalu semuanya hampir terasa gelap.

Lalu lengan kuat itu mengangkatnya, menempelkan tubuh lemasnya ke dada telanjangnya yang keras. Aroma itu Aroma parfum yang sangat dikenalnya...

Hyunjin? Ryujin tersenyum dalam hati, menyadari Hyunjin telah menyelamatkannya. Lalu kesadarannya hilang.

•••

Ketika terbangun, Ryujin ada di rumah sakit. Yang dirasakan pertama kali adalah pusing dan kehilangan orientasi, lalu dia mengenali wajah itu, ibunya dan Jisung di belakangnya. Yang duduk di tepi ranjangnya dan menatapnya dengan cemas.

Dia terbangun dan langsung terbatuk-batuk, membersihkan tenggorokannya yang terasa panas, ibu Ryujin berusaha menepuk-nepuk pundak Ryujin untuk membantunya, sementara Jisung berlari keluar untuk memanggil dokter.

Ryujin menatap sekeliling ketika kesadarannya sudah kembali,

Dimana Hyunjin?

Itu yang terpikir olehnya pertama kali.

Bukankah waktu itu Hyunjin yang menyelamatkannya? Kenapa sekarang dia tidak ada? Tiba-tiba sebersit rasa kecewa memenuhi dirinya.

Jisung masuk kembali dengan dokter dan Yuna yang mengikuti dengan cemas di belakangnya. Dokter memeriksa Ryujin sejenak lalu pergi dan tampak becakap-cakap dengan ibu Ryujin dan Jisung, sementara Yuna duduk di tepi ranjang.

"Syukurlah kak Ryujin, kakak sudah sadar, kami cemas sekali menanti di sini."

Yuna duduk di pinggiran ranjang dan menggenggam tangan Ryujin. Ryujin tetap memandang ke sekeliling, masih susah berbicara.

Dimana Hyunjin? pikirnya.

Yuna sepertinya menyadari apa yang ada di benak Ryujin, dia tersenyum.

"kak Hyunjin sedang membeli kopi di bawah. Kami yang memaksanya supaya menyingkir karena seharian dia seperti orang gila, mondar mandir di koridor, keluar masuk kamar, menunggumu sadar."

Hyunjin mencemaskannya sampai seperti itu? benarkah? Sejenak dada Ryujin membuncah oleh perasaan hangat.

Lalu dia teringat akan kejadian sebelum dia tenggelam, kedatangan Somi, sikap acuh tak acuh Hyunjin ketika Somi terang-terangan menggodanya, dan kemudian kemarahan Ryujin yang kekanak-kanakan.

Astaga, kenapa dia marah? Kalau dia tidak mempunyai perasaan terhadap Hyunjin, dia tidak perlu semarah itu. Omong kosong kalau Somi memang tidak menghargai keberadaannya, seharusnya hal itu tidak akan mengganggunya kalau dia tidak mempunyai perasaan apa-apa kepada Hyunjin.

Pipi Ryujin memerah malu menyadari betapa kekanak-kanakan sikapnya sebelum tenggelam, Hyunjin pasti menertawakannya, karena dia seolah menunjukkan kalau dia cemburu berat kepada Somi.

Perjanjian Hati || Hyunjin Ryujin [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang